10:08 AM
IDE SUBAGYO
PEMERINTAH MAU MEMBANTU MENANAM CABE, INI CRASH PROGRAMME.
Pak Jokowi orang Kehutanan, tau betul soal tanam menanam.Menterinya orang
pertanian, familiair dengan Lembaga Penelitian, paling sedikit di Maros,
Sulawesi Selatan, satu Lembaga Penelitian (Padi) yang terkemuka.
Lah ini “crash programme” menanggulangi
harga cabai yang menggila.
Secara politis memang mengesankan dan “harus” diketahui rakyat banyak.
Jangan sampai kayak membuat jalan tol Jakarta-Bandung lewat jembatan Cisomas,
saking tergesa gesa digunakan, oleh ahlinya untuk membuat pecobaan, blunder, sekaligus guna bleeding pembeayaan nantinya. (
Blunder yang disengaja atau memang gak tahu ) – pokoknya semua Pimpinan yang
terkait sudah tanda tangan termasuk Pak
Dahlan Iskan – menurut blue print itu – pekerjaan jalan ( termasuk Doktor ilmu
Teknik Sipil, bilang saya cuma tanda tangan thok kok, tidak membaca detail blue
print gambarnya) – akhirnya Cuma bikin malu, dan keturutan bleeding duit
Negara.
Pemerintah itu hanya punya uang ( dikit ) dan Administasi. Tidak punya ketrampilan
nanam cabe. Uang mesti diberikan turun kebawah kepada Departemen sampai ke
PPL/Mantri Tani di desa desa. Di Propinsi ada Kepala Bagian Hortikultura, di
Kabupaten mungkin ada, disertai dengan PPS (Petugas Penyuluhan Spesialis. peringkat sajana pertamian SP).
Masih ada Lembaga , Lembaga penelitian yang mempunyia program program sendiri dengan
wawasan wilayahnya, dan program khusus, menangani persoalan mendesak seperti
cabai ini. Tentu membutuhkan anggaran, dan hasilnya berupa laporan, keatas
sampai Menteri .
Lha mbok iya, uang anggaran ini diberikan kepada Lembaga Penlitian untuk
secara luas melewati jajaran administrasi Kedinasan, memberikan blue print
percobaan demonstrasi ke tingkat desa
dengan PPS dan PPL sebagai pelaksana ( asal duitnya ndak ditilep dijalan). Lha kan sungguh to ? Dana ini sudah diincar oleh Ketua Komisi B DPRD Jatim, lantas diperas, cabe, petani memang sudah nanam tapi tanpa inovasi dengan inovasi yang sangat bervariasi menurut sikon setempat ( maka itu di beayayai Negara) nggak brani ngawur, karena beayanya sangat tinggi. Beaya pecontohan ini habis untuk bancaan. Dasar, Kepala Dinas Propinsi kok gak lapor ? Memang enaknya ya kongkalikong, kan ada jalan tol ? Lewat jalan ini lena OTTnya KPK - Andaikata Kepala Dinas Pertanian ini Politisi - mestinya ya mendakwa KPK tebang pilih.
Jelas bahwa sejak cabai ditanan monoculture
secara luas, kok banyak sekali problimnya. Ya cendawan pathogen, se umum
mildew, Phytoptora, apa saja, menyerang daun, buah rontog, dan leher akar. Banyak
sekali hama, ya Thrips, ya Tungau, ya Insect kayak Lepidoptera ya jangkrik
dll. Penanaman monoculture semula memang punya latar belakang ekonomi,
bisa sekali petik memenuhi satu pick up , beberapa pick up dijadikan satu truck,
untuk lusanya sampai ke Jakarta. Lha balik ke zaman masih ada "pasetren" ( tempat
istri istri menanam kebutuhan dapur)
kok ndak menonjol hama dan
penyakit bumbu dapur itu ya, temasuk cabai, malah kadang kadang buat bertengger ayam waktu tidur ?
Kok nggak kayak zaman sawah masih mempunyai
“pasetren”cabai ditanam campur aduk dengan tanaman sayuran lain, seperti
lembayung, ketimun, bawang merah, terong dan kacang panjang, sawi menurut musim, kok
ndak parnah ada probkim ?
Bila jenis horticultura cabe
ini sudah di infiltrasi benih hasil
seleksi dari Thailand. Taiwan, atau negeri lain dengan spesifikasi potensi panen
yang tinggi, menurut petani penanamnya
cacatnya apa, apa rentan terhadap mildew, apa rentan terhadap Thrips atau Tungau
jingga – atau virus kriting, ya pakai benih local saja, yang perlu hemat beaya,
untuk pestisida.
Biar pasetren ini kecil kecil, karena rata rata pemilikan sawah sudah
kecil, ya biar, yang agak luas ya para petani kaya, panen setiap pasaran atau pekan
( 5 Hari) dibawa ke pasar local biar di
jajakan dilapak bakul kecil kayak zama dulu, yang perlu harga tidak melonjak
lonjak, dan barang ada.
Lain halnya bila di NTT sudah banyak dibangung embung embung, biar air embung ini tentu mahal harganya, kerena water catchment tidak bisa luas, curah hujan yang sedikit, maka harus diimbangi dengan komoditas yang nyatanya sekarang mahal, karena sulit ditanam bila musim meleset ( ya tidak meleset wong bulan ( Oktober, Nopember, Desember) pasti banyak hujan dan basah. Ndak ada kartel cabai, yang ada bersama saling mempertahankan stock langka selama mungkin, cukup dengan ponsel, dalam sejam seseluruh jangkauan truck ke Jakarta tiga malam, sudah mengerti dan akur.
Baru diciptakan cultivar yang cocok dari segala tanaman horticultura seperti straw berry, grapes (anggur) yang buahnya sak bola pingpong, pears, cherry dengan pengairan netes /drip irrigation untuk cabai atau bahkan hydrophonic, yang hemat lahan dan hemat air, hanya selang selang PVC dan plastik semua sangat mahal. Tapi pasti terjual, karena di Europa, Jepang dan China dan Australia sudah diluar musim, jadi harga bisa menutup ongkos. Lantas difikirkan gimana mbangun Lapter khusus cargo.*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar