2:45 PM
IDE SUBAGYO
TEMANKU DARJOTO,
MELONGOK KERJA AGRARIA BERTAHUN
TAHUN SEBELUM SEKARANG. TERIMA KASIH PARA NETIZENS, PESAN SUDAH SAMPAI.
Saya sungguh lega melihat di strip Metro TV sore tg 15/01/2017, ada tulisan di strip itu, Presiden Jokowi
akan melakukan reformasi besar besaran dibidang pertanahan Nasional tahun 2017
ini. Alhamdulillah. TERIMA KASIH
Sekaligus saya ingat teman saya Darjoto, anak Pekalongan.
Selama kita kumpul disatu kos kosan,
saya malah patungan masak dengan Darjoto ini, kecuali waktu waktu
persiapan ujian, kami lebih suka beli makan diwarung. Aku kutu buku di pendidikan
aku sukses, nilaiku selalu sempurna, terus terang aku agak memandang rendah
temanku Darjoto ini karena dia agak lelet dalam pelajaran
Lah apa hubungannya dengan persoalah
agraria ? Sabar, ini prelude cerita
kehidupan jadi agak panjang crita prelude nya
Th 1965 bulan Juni kami lulus, kami sama sama mencari kerja di Jakarta, ngekost di
paman saya adik Bapak saya ( keduanya sudah almarhum).
Mulai saat itu saya baru mnyadari watak teman saya Darjoto ini. Dia anak
Pekalongan, tradisi dagangnya sangat
kental disatu sisi saja, ini satu watak tradisional yang satu ini sangat saya sesalkan, yaitu watak “bakul” Jawa, diantara tradisi pergaulan para bakul yang
banyak, satu saja yang sangat saya
sayangkan jaitu -PELIT INFORMASI – kepada
siapapun. Menurut saya, watak ini
menimbulkan bencana finansial berat kepada
Darjoto kemudian.
Critanya dimasa sulit kami mencari pekerjaan th 1965, Darjoto ini sudah
paling dulu mendapat pekerjaan di Kekaryaan KKO ( sekarang Marinir), di Tanjung
Pinang, ternyata setiap Angkatan waktu itu ada satu seksi kekaryaan, yang
kasarnya mencari penghasilan buat Corps. Yang dibutuhkan oleh Corps apa saja, banyak membutuhkan tenaga sarjana apa saja, yang bisa berbahasa asing.
E, lha kok si pelit ini memperlihatkan watak aslinya tidak memberi nformasi
pada temannya. Bahkan kepada saya, Tau tau dia terbang ke Tanjung Pinang,
setahun kemudian dia kawin dengan putri paman saya, jadi kami bersaudara, tapi
watak pelit informasi -nya tetap malah tambah, karena keberhasilannya.
Baru tahun 1970 aku dapat pekerjaan agak
sesuai, di perusahaan asing Produsen Pestisida, dilengkapi satu
kendaraan kebanyakan jeep, dibidang pekerjaan saya apapun kendaraan, setiap
terpakai 100 000 km, diganti baru, aku
habis 5 kendaraan baru satu bekas pakai teman kerjaku, untuk supervisi project Bimas product
Perusahaannya. Kantor pusatnya di Jakarta, tugas saya di Bagian Timur Indonesia.
Lha Darjoto, sudah mempunyai usaha membuat segala macam ikat pinggang/ban/riem
tenunan benang campuraan cotton, benang nylon, benang Dacron, malah
filament fibre glass menjadi semacam ikat pinggang/kopel riem dan penggantungnya di pundak, pelengkap
ransel, berwarna kehijauan, hitam sampai
putih bersih, yang sangat kuat untuk keperluan militer – dia supplier dan punya
mesin tenun membuat keperluan ini, dia cepat sekali menjadi kaya raya. Pernah
kami bertemu sekali dia menceritakan sekilas,
dia membeli banyak tanah dan ada yang dipotong jalan tol ribuan meter persegi, kompensasi
harganya sangat bagus, menjadikan dia gila membeli tanah.
Karena didahului dengan kepelitan dia mengenai informasi, saya pun demikian
terhadap dia. Almarhum ayah saya
pegawai kantor notaris, paman saya dari
ibu juga notaris di Jakarta, saya familiar dengan persoalan tanah ( bukan bidang
prakteknya tapi kunci pokok persoalannya). Saya ganti menutup diri, tidak
memberikan informasi apapun mengenai pertanahan, wong tidak ditanya. Yaitu bahwa setiap jengkal
tanah yang dimiliki warga Negara negeri ini harus dilindungi oleh sertifikat
tanah dari BPN. atas namanya. Bila tidak, pasti ada persoalan kemudian dan
bisa hilang begitu saja, teryata bidang tanah itu dimiliki orang lain. Makanya segala
urusan dengan BPN pasti ada harganya untuk oknum pemangku jabatan apa saja disana. Sampai puluhan juta rupiah,
bahkan ratusan juta rupiah. Contohnya
peristiwa Hambalang, untuk BPN Bogor , tanya saja sama Andi malarangeng, yang
mendapat otoritas pengeluaran uang Negara untuk apapun namanya, juga kepada oknum Negara BPN !.
Atau tanya kepada Nazaruddin, itu masih antar Instansi Pemerintah , lha rakyat kecil harus gimana sama BPN ? Orang cerdas ngerti sendiri.
Ndelalah teman, Darjoto mati muda umur sekitar 60 tahun, kini pewarisnya kehilangan semua bidang tanah yang dibeli oleh
suami/bapaknya dibawah tangan dengan
surat dari Lurah dan Camat, surat
keterangan kepemilikan dari akta jual beli mereka lebih rendah posisi hukumnya ( karena dengan jangka waktu terbatas bisa diproses untuk mendapat sertifikat tanah dari BPN) dibanding sertificate
dari BPN sendiri. Jadi setiap oknum dari mereka bisa berkomplot untuk menukangi sertifikat tanah, yang
pemiliknya hanya memegang akta jual beli. Bukan merupakan tanda hak atas tanah,
bahkan resi pajak tanah dan bangunan (PBB) tidak bisa
menjadi indikasi mengganti sertifikat dari BPN.
Perlu saya tambahkan, konon di Situbondo, seseorang bisa menguasai tanah pertanian sampai puluhan, ratusan, hektare bertahun tahun, karena pembelian bawah tangan oleh Notaris petok D tanah dikumpulkan disana, PBB dibayar, saban kali ( dua tiga tahun ) akta jual beli tanggalya di update, dilaporkan ke BPN, setifikat masih diurus sampai puluhan tahun, yang perlu kan pemakaian tanah aman terlindungi, karena pemilik pertama tidak lagi memegang petok D, dan pemilik si tuan tanah dalam gelap tersembunyi di pembuat akta jual beli, PBB tetap dibayar, minta duplikat dengan nama pemilik lama, tidak bisa -satu loophole untuk mafia tanah. Jadi si tuan tanah baru tetap leluasa menggunakan puluhan ratusan hektare tanah pertanian, bahkan puluhan hektare, ratusan hektare, tanah ini malah untuk spekulasi, dan usaha tani dengan input subsidi !, Atau tidak dipakai tapi diperdagangkan. Diluar sistim memang ada mafia, belerjsa sama dengan orang dalam BPN atau siap saja yang mengetahui project apa yng membutuhkan tanah banyak. Sebab aturan penuh loophole hukum. Persoalan kepelitan informasi bisa
merugikan siapa saja, padahal bila
berbagi informasi, si donor tidak kehilangan apa apa, tidak menjadikan si
donor miskin, meneguhkan silaturakhmi
dan menuntun ke keselamatan, siapa tahu
? Dasar bakul*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar