PANGAN PERIODE
PRESIDEN JOKOWI ?
(Artikel ini saya buat setelah
terinspirasi dari berita yang saya baca pada Harian SURYA. 3 September 2012 Senin)
Lho kok ?
Menurut Harian itu, ini bicaranya
Pak Menteri Pertanian jadi tidak sembarangan.
Selanjutnya diberitakan bahwa “road
map” yang dibuat dasar upaya Swa Sembada Pangan Nasional hingga tahun 2014 itu
ketinggian, karena sekarang areal tanam dalam setahun saja di Pulau Jawa thok
yang mempunyai area tanam 3,5 juta Ha dibandingkan tahun lalu, sudah berkurang
600.000 Ha. diteruskan lagi di Jawa Barat saja pengurangan yang hebat ini
disebabkan peruntukan lahannya dirubah jadi Perumahan.
Hati saya jadi mencelos, lemas mau muntah,
maklum sudah tua.
“Road map” nya seorang Menteri Kabinet
yang dibuat jauh-jauh hari untuk mulai merencanakan Kerja Kabinet selama lima tahun sampai tahun 2014 kok keliru begitu fatal apapun alasannya. Kok baru
sekarang mau direvisi.
Saya jadi menerawang ingatan terhadap
berita-berita yang sudah lalu, sudah basi, dan nampaknya terpisah- pisah, saya
hubung-hubungkan sendiri.
Nyonya Besar dari Negeri Adhkuasa yang, Corporations di Negerinya sangat berkepentingan mengenai
pertambangan emas yang mereka caplok, sering datang ke Indonesia, mengajari
kita mengatur ekonomi rumah tangga kita, salah satu dalilnya adalah privatisi,
dia serious banget sebab bolak-balik ke sini.
Satu Nyonya Besar lain Hartati Murdaya Poo dari dalam negeri,
seorang Nyonya Pengusaha Besar yang mengeluh dengan emosi, di siaran TV :
“Kok di negeri ini apa-apa usaha ndak boleh”, dia menyuap Bupati Amran Betalipu, 3
milliard rupiah untuk dapat menguasai lahan di Kabupaten Buol, tanah
seluas 75 000 Ha, dan semula urusan lancar-lancar saja, entah kena
apa upaya ini diendus oleh KPK (semoga Allah tetap bersama para anti korupsi
tulen). Sekarang th 2018 baik
penyuap maupun yang disuap sudah keluar dari penjara.
Di sisi yang lain, dari sumber yang
saya baca di buletin Kementrerian Riset dan Teknologi Republik
Indonesia,(www.ristek.go.id) ada tulisan Prof. Haryadi, (kok tumben tidak pakai
gelar berderet), berjudul "Mengapa Swasembada Kedelai" :
“Pemerintah memang berniat memperbaiki
nasib para Peneliti, sampai sekarang niat itu belum terlaksana, bahkan
mungkin dilupakan, Kalau demikian barangkali swasembada kedelai memang hanya
impian”.
Nah loh, siapa yang memelas sekarang ?.
Lagi satu dari artikel Ristek:
Bapak Eko Budiharjo “From ‘Rio’ to
Riau Declarations” July 18, 2012 di Google
Terjemahan, dari tulisan beliau dalam
Bahasa Inggris :
"Negara yang sudah maju tanpa
malu-malu merndominasi Conferensi di Rio de Janairo ini untuk membela
kepentingan Corporasi -Corporasi raksasa, dari pada membela kepentingan rakyat
negeri miskin dan nasib planet Bhumi. Mereka cenderung untuk menggalakkan
swastanisasi pengerukan kekayaan alam di sana sambil bicara
mengenai kemiskinan penduduk dari Negara yang Sedang Berkembang.”
Ini Artikel saya yang paling mudah dibuat,
hanya menyunting tulisan-tulisan di google. Namun dada ini jadi sesak dan
kepalaku yang sudah tua jadi pusing.
Saya kira seorang Menteri Kabinet dipilih
oleh Presiden RI bukan orang bodoh. Presiden
yang sebelum kini.
Saya yang terlalu bodoh, karena
keberpihakan mereka sudah jelas, jadi saya mengharapkan apa ?, mestinya dari
dulu saya sudah menyadari ? Berkat
pencitraan, dikira teamnya ya pembela rakyat.
Cuma mereka cari alasan untuk tidak
swasembada pangan hanya sembarangan saja, wong sudah tercapai dominasinya
terhadap rakyat banyak yang tanpa Kepala (untuk berpikir).
Kata kunci dari kaum Neolib kalau memang
tidak bisa swasembada pangan, ngutang kan masih bisa. Di sini prinsip
Neoliberalisme bila lahan berkurang, wong mereka sudah siap dengan pasukan naga, biar rakyat petani kecil bersaing dengan
investor macam di Buol, yang jelas tiga milliard rupiah sudah ditebar, mau
menanam kelapa sawit OK, mau nanam kedelai OK. Wong kelapa sawit lebih
diperlukan untuk bio diesel oleh para Tuan dari Negara adhidaya.
Asal jaminan atas utang investasi diterima
Bank (ndak diterima bagaimana, wong Banknya sendiri hanya duitnya dari Bank
Indonesia) lha bila rakyat petani dibantu dengan perluasan lahan, malah minta bantuan membuka lahan, bantuan bibit
yang baik, bantuan traktor, jalan , jembatan, dan berbagai infra structure,
meskipum mereka bayar sebagai Warga Negara yang baik dalam bentuk lain,
misalnya kesetiaan Bela Negara, kesetiaan membayar pajak dan bergotong-royong. Satu saja yang beda Si Ratu suap dan quangxi calo tanah dengan aseng, duitnya sudah aman disimpan menurut Padise paper.
Tapi semua ini akan tidak ada nilainya
dibandingkan dengan uang tiga milliard cash, sesudah itu biar digondol kayak bank Century, kayak embahnya bank : Enron tapi kan sudah menurut Petunjuk si Nyonya
dari Adhikuasa.: Privatisasi !
Dalam upaya Bangsa untuk merebut kedaulatan pangan, ternyata mendapat perlawanan berat dari fihak ratusan naga ihtikar beras dalam dan luar Negeri, desertai dengan kekuatan quangxi yang telah dekerjakan membelit berabad abad. (*)
Dalam upaya Bangsa untuk merebut kedaulatan pangan, ternyata mendapat perlawanan berat dari fihak ratusan naga ihtikar beras dalam dan luar Negeri, desertai dengan kekuatan quangxi yang telah dekerjakan membelit berabad abad. (*)
0 comments:
Posting Komentar