Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 15 April 2015

PUNDAK ITU TERLALU KECIL, MEMIKUL BEBAN YANG TERLALU BERAT

PUNDAK YANG TERLALU KECIL, MEMIKUL BEBAN YANG TERLALU BERAT
Alangkan trenyuh hati saya, merasakan betapa putra putri Bung Karno yang saya kenal dari semua tulisannya, dari semua perjuangannya. Dari sejak tahun 1965, semua karya yang berbau Ir Sukarno, founding father kita di usahakan untuk dilenyapkan oleh Orde Baru, penguasa dan kroninya yang dibentuk sejak lama oleh musuh musuh rakyat yang baru saja masuk dalam alam merdeka bebas dari penjajahan. Dari yang berbentuk nyata seperti gambar, photo photo, kemudian naskah naskah pidato, kemudian buku buku karangan beliau. Semua pengikutnya diamankan dan disukabumikan dengan gaya militerisme Hitler, yang dibentuk dengan metode Alamut. Hanya tersisa pundak pundak kecil dengan keluarga morat marit dan pendidikan pengajaran atas mereka yang diasingkan dari masyarakat seperti penyandang kusta oleh para sudrun,  putra putrinya bung Karno ini. Pundak pundak kecil ini yang de facto memikul beban lambang pembebas dengan sejarah perjuangan yang sangat panjang  secara moral. Dan terutama juga himpitan material. Memang negeri ini bukan negeri menarchy feudal, jauh dari itu. Tapi bagi si pencari muka, penjilat pantat yang sangat banyak, korban paling empuk sebagai simbol  penghancuran ajaran Sukarno adalah putra putrinya yang masih belum dewasa penuh. Mereka dihadapkan pada kebohongan kebohongan murah, diejek dan dinista yang dialamatkan kepada ayah yang dicintainya, yang mereka tidak berdaya menangkisnya. Sebagai putra putri musuh. Sudah beruntung mereka masih bisa hidup di suasana menjijikkan facist secara kurang lebih normal. Trauma dendam kapada penistanya, trauma menjadi “anak baik” yang bisa diterima dengan sinis penyiksa Bapaknya selama tigapuluh lima tahun tidak bisa kita bayangkan. Ini siksaan mental yang sangat berat yang anda bisa ikut merasakan. Wahai 24% pemilih Presiden JKW/JK yang bukan orang PDI Perjuangan maupun orang P Golkar. Maka maafkanlah segala kesalahannya dengan ikhlas, itu hanya letupan kecil, yang sebenarnya adalah teriakan dari sanubari kepada siapa saja, mari kita laksanakan TRISAKTI nya Bung Karno kita,  Jangan kuwatir beban perjuangan Sukarno yang mengejawantahkan perjuangan bangsa ini selama ratusan tahun akan kita bantu, kita dukung dengan bersemangat pantang mundur mengangkat sampai ke tujuan. Sudah kita buktikan bahwa PDIP yang masih penuh dengan penumpang gelap tetasan sampah Orde Baru, masih bisa kita menangkan dengan memilih JKW/JK dengan memberikaan suara hak pilih kita kepada Pak Joko Widodo dan bapak Jusuf Kala tanpa dinyana nyana jadi Presiden dan Wakil Presiden Republik ini. Meskipun dilain peristiwa pemilu, kita adalah GOLPUT SADAR, saya sampaikan salam hormat kepada Ratna Sarumpaet, semoga beliau anggap bahwa letupan kecil ini bukan raungan Thyranosaurus , melainkan gaung lolong arwah Marsinah*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More