TEKNIK ENTITAS LINUWIH ( YANG DIBERI TANGGUH) MEMPERMAINKAN UANG NEGARA, TANPA TERSENTUH HUKUM.
Teknik pembeayaan Perusahaan Negara yang tidak bisa disentuh BPK (Badan Pengawas Keuangan) dan Hukum sekalipun , adalah semudah membalik telapak tangan bagi entitas linuwih ini.
Musalnya, dalam benak saya ada skenario yang saya bayangkan: Ada Badan Usaha Negara yang bersangkutan dengan penanaman padi, dia suruh untuk menanam padi dilahan baru yang sangat luas ditempat lain, dengan iming iming pangkat dan anggaran yang menggoda bila berhasil nanti. Problimnya adalah pembiayaan. Saya bayangka;:
Entitas linuwih ini memang sangat kaya, dan langsung merogoh dari kantongnya sendiri, uang lima milliard rupiah, yang membuat si Direktur terlongong longong sambil menanda tangani kwitansi penerimaan uang, yang diterima oleh Pak Menteri sembarangan dilipat dan dimasukkan saku belakang celananya.
Segera Pak Direkbatur manggil staff ahlinya, ahli tanam padi, ahli irrigasi, ahli ilmu tanah, ahli budidaya padi untuk melaksanakan kerja ini. Sambil menerima kisikan bahwa dana empat milliard rupiah ini dari kantong pribadi Entitas bapak kita yang sangat luar biasa ini. Yang satu miliard unutk jaga jaga di kantongnya sendiri, sukur sukur bila proyek berjalan lancar, bila ada kemacetan dia masih sedia dana disaku.
Merka sudah sama sama tahu ditempat lain ada lahan mangkrak dan alat alat pertaian yuga setengah mangkrak. Segera team menuju ketempat itu dan membicarakan dengan Direktur setempat yang sudah lama nganggur, beserta iming iming uang tiga milliard rupiah untuk mulai kerja. yang satu miliard untuk persediaan modal, bila lapangan membutuhkan. Dari pada tidak ada dana sama sekali ini ada dana tiga milliard yang untuk mulai mengumpulkan alat alat seadanya, membuka lahan yang sudah menjadi rawa dangkal, dicukup cukupkan untuk beberapa puluh hectare dari 7000 ha yang akan disiapkan saluran saluran pengisi dan saluran saluran pematusnya di pulihkan kembali.
Yah, apa boleh buat, ada ceperan untuk para manager lapangan ini mendapat ceperan buat nginap di Hilton Jakarta sambil menyaksikan Bon Jovi sekeluarga, untuk mengingat kembali zaman keemasan zaman Orde Baru dulu.
Sebagai entitas yang dikenal pakar ilmu komunikasi, dia suruh shoot semua proses pembukaan lahan dan tanaman yang sudah berumur tiga bulan meskipun hanya beberapa puluh hectare, Bapak yang nyleneh ini mengadakan pertemuan dengan semua Direktur Perusahaan Negara bidang pertanian , industri pupuk dan idustri migas untuk menyaksikan, sambil memberi tugas pada mereka menyiapkan dana 700 miliard rupiah dari mereka, dari mana saja (anggaran belanja, kemsyarakatan, pastisipasi dll). yang jelas Direktur Direktur Usaha Negara berbasis petanian yang selalu menghadapi flukutasi musim, sangat risau, sebelum ada gambaran hasil mereka berapa nanti, beda dengan yang berurusan dengan Produksi industri (pupuk urea) dan tambang (gas) . lantas para Petani bersepakat untuk menerima pembelian "kosong" dari produk industri sampai tiga kali percel, sedang uang akan digunakan sebagai sebagian pembayaran iuran yang harus terkumpul. Dari industri yang beban beayanya tinggi minta gas diberikan tanpa bayar tiga parcel untuk sebagian parcel tanpa bayar dari pupuk urea pertanian - toh gas keluar saja dari bumi. Ini yang sebenarnya memikul beban iuran paling besar hingga 75 %, sisanya 10% dari industri pupuk, dan 15% dibagi antara perusahaan Negara Pertanian. Jadi dari semua yang diminta iuran 700 miliard rupiah, sebenarnya yang bayar paling besar adalah industri gas yang dapatnya gratis siang malam, dari perut bhumi Sedangkan kerugian Negara ada di gas yang tidak dibayar, dan pupuk yang jumlahnya dikurangi, bisa tidak begitu kentara. Inilah kehebatan entitas yang tidak wajar ini.
Pokoknya uang terkumpul demi pembangunan kembali 7000 ha lahan tanaman padi, sudah ada. Sendika dhawuh, uang diserahkan dan diterima oleh Ketua Proyek Kementerian dengan sepenuhnya dan diserahkan kepada Bapak Menteri begitu saja. Selanjutnya Bapak Menteri entitas linuwih ini, sambil bercanda memberi omongan lirih dsertai tertawa kecil bahwa dia telah ketamu Bapak Presiden, untuk persiapan membeayai citra partainya yang lagi terpuruk.( mesti saja hanya omong kosong)
Jadi dari sawah yang dibeayai dari kocek sendiri lima milliard rupiah tokoh linuwih ini mendapatkan 700 milliard rupiah dari iuran dan diterima kembali oleh entitas yang diberi tangguh ini setelah satu tahun. Lha sawahnya gimana, yaa maklum 7000 ha ini terlalu luas untuk dibuat normal kembali perlu waktu dan mesti saja dana dari Pemerintah untuk memulihkan kesuburannya ( Sebenarnya sisa areal contoh yang hanya puluhan hectare ini dari yang 7000 ha) tidak dekerjakan dengan semestinya karena solar mahal, trakatornya mogok spare parts tidak ada dan operatornya sudah tidak menerima uang incentive sejak lama)
Lantas apakah BPK bisa menggapai asal uang iuran arisan Direktur Usaha Negara ini, lantas bukti apa yang dipegang oleh penerima uang dari proyek abal abal ini, apa hukum formal bisa menjerat Entitas linuwih ini ?
Masih ada mega proyek yang dikerjakan dengan cara yang sama anggunnya waktu dimulai, dan ditarik kembali berkali kali lipat, sehingga seandainya entitas ini mau beli Partai yang lagi naik daun bisa sangat lancar dngan restu anda yang berupa elektabilitasnya yang tinggi, tunggu sedang disiapkan*) E ladalah, elektabilitas Rio Sekjen Nasdem ada dipuncak lho, sekjen partai Nasdem !
0 comments:
Posting Komentar