9:26 AM
IDE SUBAGYO
INFRA STRUCTURES DIBAWA KEARAH MANA ?
Setiap pimpinan eksekutip di wilayah Nusantara ini dari zaman ke zaman dari
dulu selalu bertumpu pada infra structure yang kokoh menurut zamannya di Nusantara ini.
Misalnya zaman kerajaan Majapahit, infra structure andalannya adalah
keamanan pelayaran antar pulau dan gudang gudang kelas satu di Ibu kotanya, sawah berpengairan sudah diadakan pada zaman
sebelumnya.
Zaman Kerajaan Demak Bintoro, persawahan beririgasi yang bisa panen dua
kali setahun dicetak di rawa rawa dengan teknologi dari Mesopotamia , yang sebelumnya
merupakan tanah nganggur karena teknologi pemanfaatannya belum ada.
Termasuk transportasi hasil panenannya
ke pelabuhan menggunakan perahu dengan draft yang kurang dari setengah meter. Sedang dari sawah berundag
basis kekuatan zaman sebelumnya mungkin hanya diangkut dengan orang pemikul beban
secara estafet, hewan penggendong beban, karena jalan jalan yang diperkeras dan
jembatan jembatan sangat sulit pemeliharaannya
menghadapi kekuatan alam, sangat mahal, jadi moda angkutan beroda tidak
berperan banyak. Itupun sudah mampu merubah structure masyarakat, dari
masyarakat berkasta a’la Hinduisme menjadi masyarakat yang lebih egaliter di
Demak Bintoro, dengan adanya para Wali yang ikut dalam sidang Kerajaan Demak, karena
para Wali ini berperan untuk mencetak sawah dirawa rawa yang luas sekitar ibu
kota Demak, infra structure andalan kerajaan itu. Yang akhirnya hancur oleh
endapan vulkanik letusan gunung api. Ibu kota dipindah ke Pajang.
Lha sekarang, zamannya Pak Jokowi- Pak Yusuf Kalla. Beliau beliau sudan
menyadari ini, Infra structure harus dipacu pembangunannya.
Duit dari rakyat dan hutang, “diawasi” oleh DPR RI, yang sarat dengan kongkalikong dengan
para kapitalis kapitalis kita, kenyataannya ya erzats kapitalis. Novanto saja sudah hampir dapat anggaran trilyunan untuk bikin amusement centre di DPR RI !, untung ditinggal pulang oleh Presiden Jokowi.
- Kelompok kapitalis ini, seperti di Negara lain
selalu lebih fokal dari rakyat banyak, untuk membangun infra structure,unutk kepentingannya dan ini
wajar wajar saja.
Wawancara TV dengan salah satu Kapitalis kita
Mochtar Riyadi:
Pak Mochtar
Riyadi menekankan bahwa harus dibangun jalan lalan bebas hambatan untuk kendaraan berat yang
menghubungkan kawasan kawasan industry disekitar Jakarta Raya dengan segera, antara
Krawang Bekasi, Gunung Putri dan Tangerang Priok. Sebagian sudah terlaksana, tapi
kurang sempurna, ini masih membutuhkan ratusan trilyun rupiah lagi.
Supaya produk produk pabrik pabriknya yang tersebar di kawasan kawasan
itu lebih mudah dan murah untuk terintregrasi, sehingga product product kita
bisa bersaing di pasar bebas, terutama produk poduk otomotive, yang sudah didirikkan lebih dari
puluhan tahun yang lalu. Pertanyaannya kena apa pabrik pabriknya tidak di
design disatu wilayah sehingga mudah terintegrasi ? Memang kedepan lebih menuntut integrasi ini. Percayalah, mereka bukan golongan yang bisa berfikir secara integral persoalan bangsa ini, mereka piawai cari uang iya, piawai menggunakan kesempatan di sistim kekuasaan feodalisme iya. tapi memikir masib bangsa kedepan ..... tidakk. Rugi jam wawancara di TV yang pembawa acaranya sangat sopan hampir bersujud didepan lensa TV !! kagum oleh uangnya, yang berbau harum seperti semua uang didunia.
Lantas di TV yang sama selama tiga empat bulan yang lalu marak kebakaran hutan
dan hutan gambut di pulau pulau Sumatra, Kalimantan Maluku Utara dan Papua,
nyaris ribuan titik api ( lebih dari 90% disebabkan oleh ulah manusia untuk
membuka lahan kelapa sawit, izin pemerintah, menggunakan jalur seperti yang
dilewati oleh Hartati Murdaya Poo, yang sangat dirindukan para penjabat
Tidak ada cara yang lebih baik
untuk melestarikan lahan gambut dari
mempertahankan level air di zona akar
lahan lahan ini, dengan merencanakan saluran saluran yang bisa mengatur level
air di lahan lahan macam ini dengan menaruh disana penjaga penjaga tanah yaitu
rakyat petani untuk menjaga api di lahan gambut, ini sambil bertani. hanya perlu dicukupi untuk permulaan saja, saluran atau sumur sumur pompa, dan petani bisa menjaga permukaan air dengan
kaidah pemeliharaan tanaman budi daya oleh petani yang didatangkan kesana, untuk selanjutnya maintenance dan amortisasi dilakukan sendiri pasti oleh mereka, ini seharusnya seluas dan sesegera mungkin.
Contohnya waktu zaman pendirian Pabrik pabrik penggilangan tebu di Pulau
Jawa, kaum kapitalis Belanda dan China, terlebih dahulu merentangkan jalur
jalur rel kereta api sempit untuk menghubungkan antara seluruh pabrik gula di
Jawa Timur dan Jawa Tengah denga jalur kereta api besar yang lagi dibangun,
disamping ke gudang gudang pelabuhan juga ke komplex pabrik spare parts disepanjang kali Mas di
kota Surabaya, jauh terlebih dahulu dari jalan jalan beraspal dari pabrik gula
di Jati Tujuh, Kadipaten ( Jawa Barat) Kali Bagor ( Jawa Tengah) ke Surbaya.
Hla lahan gambut ya demikian, terlebih dahulu ya
transportasi rel sempit dan mudah di rentangkan
( sampai sekarang masih digunakan untuk transportasi panen tebu dari lahan ka
pabrik pengolahan. Rel rel kereta api sempit ini juga telah terentang dikedalaman hutan jati pulau Jawa, untuk transportasi log jati yang sangat berharga ada mulai jama dulu di utara Bengawan Solo yang tidak dipetakan.
Sekarang ya mestinya rel rel sempit, dan jembatan jembatannya yang daya dukungnya
kecil untuk transpotasi serba guna, yang secara ekonomi sangat dibutuhkan,
direntang antara lahan lahan gambut yang dijaga oleh petani ke kota Pelabuhan.
Sementara jalan yang diperkeras yang beayanya tinggi, dicicil (meskipun minyak
mentah waktu itu masih melimpah) masih
dalam blue print.
Tunjukkan blue print ini ke kapitalis la[italis model “ me too” ini supaya
mengerti di mana mereka harus mendirikan pabrik pabriknya.
Jangan biarkan mereka mengobok obok rencana
pembangunan untuk seluruh bangsa ini.
Percyalah kapitalis kapitalis kita menjadi konglomerat kebanyakan juga oportunistis dari hasil KKN, ingat menjamurnya "pabrik" extrusi bahan plastik PVC, PP, PE, PE, nylon semua grades. dan sekarang semua bangkrut. Mereka hidup untuk menumpuk modal sendiri, sebagian sudah migrasi ke Veitnam dan bukan dengan niat mebangun bangsa dan Negara ini, mereka tidak hafal lagu
Idonesia Raya.*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar