Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 18 November 2015

KSATRYA ASUHAN TOGOG, MENGACAU MENCADI CALO, MENJUAL PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN REPBLIK INI.

  Stasion TV pada ramai,  bersaing mengundang pembicara orang pandai atau yang nampak sangat pandai  ( ngomong). Membicarakan keluhan Menteri ESDM Sudirman Said berteriak pertama adanya jual nama  RI 1 dan RI 2 minta jatah saham preman dari Pertambangan dengan kontrak kerja, seperti yang terhormat Freeport di Papua yang kontrak kerjanya akan habis. Semua yang terlibat dalam ramai ramai ini mempunya track record yang sama, kelompok KKN manisnya jaman Orde Baru. Satrya asuhannya Togog, baik Satrya anak manis Orde Baru ( di era Orde Baru tidak ada manisan lain selain gepokkan uang), maupun Ksatrya bejat dalam naungan pohon gendruwo.

Dalam scenario ini, percaloan dengan issue penjualan nama yang dibicarakan diam diam dengan CEO Freeport, bisa memberikan bargaining power baru yang tidak akan berharga apa apa bagi Freeport, yaitu adanya pengakuan nama si calo. Dingomong ke Pemerintah oleh Freeport  ya tidak kehilangan apa apa, tidak dingomong juga tidak mengurangi posisinya yang dominan di setiap pemerintahan Indonesia. Terbukti dengan kilahnya untuk tidak membuang satu sen bolong untuk investment membuat smelter di Indonesia hingga kini toh ya ndak apa apa.

Begitu pula janjinya berlanjut  sesudah diperpanjang kontrak kerjanya. Kalok gitu maksudnya, baik ngaku atau tidak ngaku CEO ini dimintai jatah preman, toh akan tetap mencoreng nama Pemimpin kita. Jadi artinya langkah mereka untuk tidak menyinggung RI 1 dan RI  2 sebagai pengakuan, tanpa atau dengan menyebutkan si calo, sudah berharga ditukar dengan keengganan menanam uang demi infra structure di Papua walau untuk kepentingan mereka sendiri. Sedang yang memerankan keramaian ini, baik si anak manis dari Orba ( yang punya track record dari Petral ) maupun anak bejat pohon gendruwo dari Orba tidak akan terbukti kesalahannya menurut Hukum, karena tidak ada pengakuan dari fihak yang dimintai saham preman. Ini kan kayak sikap Hakim terhadap pelecehan seksual, si hakim selalu tersenyum bila wanita pelapor mengaku diperkosa, sebab kesalahan terlapor (lelaki) itu sebetulnya hanya memegang tubuh nyonya pelapor tanpa izin, dan itu diakui oleh terlapor, kalau tidak, ya diputus tidak salah sebab pemerkosaan itu sendiri tidak ada saksi, selanjutnya mereka tidak ada yang salah. Hakim juga akan bersikap begitu terhadap CEO Freeport sebagai korban, kan omong percaloan dengan menjual nama tidak akan ada saksi, sedangkan tidak ada pengakuan dari korban. Tapi menurut hukum moral, baru mereka datang ke Kantor Freeport atau bertemu dengan CEO Freeport saja, diluar procedure  Protokol Kenegaraan, sudah merupakan kesalahan besar bagi si Ksatrya bejat, ataupun Ksatrya manis ex kroni Petral dihadapan rakyat, seperti si terlapor perkosaan, wong memegang badan nyonya pelapor tanpa izin saja sudah salah. Malah saksinya ada yaitu semua Saptam, waiter atau waitress atau housekeeper, Doorman atau petugasa front office yang lagi lewat atau bertugas bila di tunjukkkan foto tembem si Satrya bejat atau tamu yang berkaca mata khas apakah tanggal tanggal tertentu ketemu dengan yang Mulia CEO perusahaan raksasa ini? Apakah mereka mau bersaksi ? Pasti ada yang mau,  saya yakin, jadi jangan aggap sepele rakyat, bisa menjatuhkan anda dari takhta anda hai para ksatrya anak asuh Togog. Malah malam ini dibuka semua pertemuan itu di Mata Najwa, program Metro TV Rabu malam jam 8 dan diakui oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. dengan dalih wakil rakyat boleh ketemu siapa saja dan menampung segala persoalan rakyat dari tukang becak sampai ke profiteers yang mengajak kerja sama, itulah tugas wakil Rakyat (yang terhormat). Alias menurut keyakinan si Zon dan temannya Novanto mereka ( Wakil Rakyat di DPR RI) bebas seperti WTS ( yang tidak terhormat).

Wahai rakyat Indonesia lihat berapa jauh orang pilihanmu telah dengan rapi berbagi tugas untuk menjatuhkan nama Presiden dan Wakilnya yang secara pribadi anda pilih untuk pertama kali selama Republik ini ada, sebagai tumpuan harapan anda . Di TV, dimuka umum, pintar menghitung uang, pintar omong.   Jangan berikan suara anda kepada mereka sebab anda tahu mereka siapa, orang yang pintar omong dan menghitung uang.  Anda lah  yang menjadi Hakim yang tepat sebulan lagi*)

 


 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More