IMAGINASIKU MELEDAK MERETAS SEJARAH FORMAL TERBENTUKNYA KERAJAAN MAJAPAHIT HINGGA PENYEBAB RUNTUHNYA.
Sejarah formal yang dicekokkan kepada saya, sejak zaman Sekolah Dasar, hingga saya berumur 78 tahun ya itu itu saja. Kerangka kejadian kejadian zaman lalu dari prasasti prasasti berita dari catatan pengelana dan utusan dari luar negeri yang sampai pada tangan sejarawa kita, dan tulisan tulisan dalan bahasa Jawa Kuno atau bahasa kawi yang sampai ditangan para archeologic kita. Saya sangat menyesalkan kenapa sejarah kita hanya sebatas temuan dan umpan ilmu sastra yang dipelajari oleh sastrawan sastrawan untuk membahas naskah naskah kuna dan prasasti prasasti. Sedangkan sejarah manusia seharusnya sangat erat hubungannya dengan ketercapaian teknology pada zaman itu, yang jarang sekali dabahas oleh lingkup illmu sastra, terutama di Indonesia
Remah remah catatan sejarah yang nyaris tidak diperhatikan oleh sejarawan sejarawan formal, saya cari interpretasinya kembali ke zamannya untuk turut memeriahkan fantasi saya, karena saya tidak bakal mendapat cukup bukti yang nyata, dan toh masih mungkin menggelitik penerus saya kemudian untuk mencari bukti bukti material yang sudah sangat sulit ditemukan di alam iklim tropis di tanah ”ring of fire” yang sangat dinamis berubah setiap saat, menghancurkan dan menimbun dengan endapan vulkanik bahkan sampai puluhan meter dikedalaman zaman sekarang, membuat bukit dan memindah aliran sungai srngai dalam sesaat, mengikis lembah lembah, mendangkalkan rawa rawa sambil membuat yang baru, dalam skala waktu yang sangat singkat.
Misalnya mengapa Gresik menjadi lokasi hunian Penganjur agama Islam medahului yang lain ( saya mengingat dari bacaan saya di cerita bersambung d Koran Jaw Post berjudul “Kathraat” tahun 1980- han, yang menjelaskan kata Gresik dari Garowisi yang artinya oleh pengarang cerita bersambung itu adalah menara tinyau). Saya cari hubungan bukit gersang ini dengan pantainya atau teluknya pada kurun waktu dimana tempat itu menjadi pusat ajaran agana Islam dan ternyata letak kota itu adalah hunian yang paling mungkin untuk mengusahakan sawah di wilayah rawa rawa pasang surut di Manyar dan lebih masuk kedalam sebelah utara kota Lamongan sekarang yang mereka jadikan persawahan yang bisa tanam padi dua kali setahun dengan teknologi mereka. Saya hubungkan dengan tarikh jirat makam islam yang paling tua ( abad ke 11 Masehi) di Jawa dari Fatimah bnti Maimun yang masih tersimpan di musium kota Gresik, denga bangunan makan serupa candi candi zaman itu. Sesudah itu adanya makam Islam Troloyo ditengah situs bekas ibukota Kerajaan Majapahit, Wilwatiktapura dengan yang dimakamkan disitu adalah Syekh Juamidil Qubro, Syelh Asmamorokandi ( As Samarkandi – dari kata Samarkan di Asia Tengah), mengapa ada ditengah ibu kota Kerajaan Hundu yang mampu bertahan dua setengah abad ?). Sedang Ibu kota Majapahit sudah hilang bekas bekasnya hanya tertinggal umpak umpak tiang bangunan dan candi candi batu bata merah yang khas zaman itu. Nama nama ini sangat menarik bagi saya untuk ditelaah. Sebab lokasi asal nama nama itu bisa menunjukkan ajaran islam dan kelebihan technology yang dibawa untuk merubah masayarakat Hindu di Jawa menjadi pemeluk ajaran Islam, yang sekarang menjadi penting bagi sebagian dari msyarakat Indonesia.
Siapakah diantara sejarawan formal kita yang menjadi syndics ilmu itu yang pernah meneliti seluk beluk perahu perahu macam apa yang digunakan untuk melaksanakan sumpah palapa dari Mahapatih Gajah Mada ? Ternyata sejarah mencatat bahwa hanya dalam kurun waktu dinasnya sang Mahapatih, keamanan pelayaran di Nusantara sudah aman, hak merompak dari penguasa di pulau pulau sebelah Timur sudah di taklukan. Meskipun Wilwatrtiktapura jauh dari persawahan berundag dan perpengairan baik kok bisa menjadi ibu kota Negara yang kuat bertahan selama dua setengah abad ? Saya kira, bahan kebutuhan hidup akan dibawa ke Ibu Kota yang kaya, penuh dengan pedagang yang membawa barang berharga ( terutama tembikar dan keramik - juga tenun kapas yang kuat dan halus dari India dan China) dan membeli rempah rempah dari kepulauan di Timur Nusantara yang sudah di sortasi dan dikeringkan di Ibu Kota itu, terkumpul tinggal dipunggah ke Kapal samudra mereka. Tentu saja emas yang beredar disitu, bahkan uang sangatlah menarik bagi penjaja barang dari seluruh Negeri ini..
Situasai perdagangan ini tidak tercerna oleh Penguasa Penguasa model lama, yang menguasai persawahan beririgasi. Hanya menjamin keuntungan pasar mereka, maka tidak satupun diantara mereka mengadakan penyerangan dan pemberontakan kepada Majapahit selama dua abad.
Mulai pada abad kedua sejak berdirinya kerajaan dagang ini ada perubahan pasar yang sangat drastis, dari rempah rempau pilihan ke beras dalam jumlah besar, sehungga fungsi gudang gudang di Wilwatikapura mengalami kemunduran, dibandingkan dengan Gresik Ampel Denta dan Terung dimuara sungai Brantas yang mendapat supply beras dengan perahu perahu dari Pamotan ( sekarang Lamonan) dan Delta Brantas, yang kebetulan merupakan pusat kekuatan Islam. Yang telah membangun persawahan di rawa rawa dengan technology dari Mesopotamia yang telah dibangun selama satu abad oleh para Ulama Islam dari sana, Jadi akhir Wlwtiktapura sebagai bandar besar rempah rempah, teersaing oleh kegiatan ekonomi yang baru perdagangan beras yang berjumlah besar sangat mudah didapat dari persawahan Delta Brantas dan sawah pasang surut di Manyar dan Pamotan ( sekarang Lamongan) yang panennya bisa diangkut dengan perahu khusus berlambung datar dengan draft yang pendek lewat kanal kanal berpintu ganda, sehingga dalam waktu yang singkat dapat memunggah ke kapal basar yan muat sampai seribu koyan beras dengan cepat , maka suramlah Wilwatiktapura*)
0 comments:
Posting Komentar