6:07 PM
IDE SUBAGYO
JADI PEMELUK AGAMA ISLAM YANG BAIK
Saya mendapat messege liwat HP saya dari orang yang tidak saya kenal. Isinya memberi tips kepada saya bahwa menjadi
orang islam yang baik itu harus sekaligus mendalami empat macam bidang agama
islam, yatu Syari’at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifat / tasawuf, saya jawab,
secara spontan dengan sms juga: Iya so
pasti.Begitu messege saya kirim, saya tersadar, apa yang sudah saya pelajari ya ?.
Saya belajar bukan dari Ustadz, bukan dari Kiai, tapi dari bacaan disemua
media, tarmasuk siaran TV dengan Bapak Qurays Sihab sebagai pembicara, atau
lain Da’i dari program TV, radio Suara
Surbaya atau lain pemancar, yang
mengenai agama Islam sangat jarang saya
dengarkan sampai tuntas karena pembicaranya banyak yang kliche, disertai canda tawa.
Sekarang ini banyak informasi dari internet, sebab google memuat apa saja
ekspresi seseorang dalam semua hal, termasauk karya ilmiah calon lulusan IAIN
dari seluruh Indonesia jadi saya pasti ada waktu buat tanya di google dan
berdiskusi dengan kawan dekat saya, meskipun dari agama lain, dan berfikir
sendiri.
Maaf saya terpaksa ngaku saya ini tidak
punya guru agama sebagai sosok figure gembala saya, saya pikir saya bisa
bertahan dengan cara ini, tanpa menjadi
gila. Kadang waktu sholat jum’at mendadak saja uneg uneg saya terjawab dari
potongan kalimat khatib, waktu berkhotbah bila saya beruntung.
Soal mengetrapkan syari’ah, saya secara normatip, ada ribuan pembicara,
jadi saya ya normatip saja sepantasnya. Yang tertera di jus ama’ , surat surat
pendek Soal tartil dan tajwid pembacaan
ayat ayat pendek ya normatip saja, saya
tidak memakai surah yang panjang panjang, karena tidak hafal hafal.
Saya melakukan sholat sebisa mungkin
menurut petunjuk Abu Sangkan, lewat google, meskipun disisi lain dia dikritik juga
sebagai bid’ah, dan dia sekarang bungkam.
Dalam menela’ah Al Qur’anul karim, saya cenderung dengan metoda pak Qurays Sihab,
meskipun sekarang beliau juga jarang muncul di program TV. Beliau juga dikritik
oleh ulama salafiyah, dari faksi manapun.
Tentu saja, pemikiran saya sangat terbatas pada surah dan bacaan dalam sholat
saja, yaitu mulai dari bacaan iftitah, bahwa sholat dan Ibadan saya adalah
didedikasikan melulu pada Allah semata, merupakan kewajiban tanpa pamrih
apapun. Lha iya, karena permohonan yang esensial sudah disebut dalam ruku’ dan sujud. Ini modal saya untuk mengenal tarikat, tentu
saja sangat sedikit.
Mengenai seruan “Allahuakbar” sebagai
isyarat mulainya sholat, demi berkonsentrasi – karena otak harus bersih
dari angan angan dan pikiran lain kecuali
ALLAH yang Maha Agung, menguasai segala Alam. Urusan saya sangatlah kecil, senacam zarah yang harus diabaikan, bila berhadapan dengan Allah waktu sholat. Bahkan apapun yang sudah tertanam dalam otak manusia, seperti ilmu pengetahuan, misalnya pengetahuan mengenai gejala penuaan manusia yang mengakibatkan penurunan fungsi fa'al organ organ tubuh, penyumbatan saluran saluran sperti saluran kencing, yang pengobatannya mahal dan sakit sekali karena di bor lagi. Menimbulkan ketakutan kedepan nanti. Tapi seruan Allahuakbar ternyata adalah sumber semangat untuk menyongsong kedepan bagi orang setua saya. Allahuakbar, berarti semua hukum Allah adalah yang terbesar, terpenting untuk terlaksananya, bila perlu keharusan masuk neraka sekalipun ( semoga tidak perlu), jangankan sakit karena ketuaan. Ini baru semangat dari ilmu Hakikat yang menyertai sholat yang lima waktu itu. Seruan Allahuakbar.
Bacaan
dalam sholat sudah meliputi semua, plus penyerahan/pasrah setulusnya. Jadi tidak ada gurunya selain nuraninya sendiri.
Sudah itu ayat Pembukaan dari Al’Qur’anul karim yang tidak boleh ditinggalkan pada setiap
rakaat yaitu “Al Fatihah”. Bila didalami maknanya, memang surah pembukaan Al
Qur’an ini merupakan petunjuk bagi jalan nyata kehidupan manusia, sekaligus pembimbing, waktu nazakh
nanti, jadi sangat penting untuk difahami benar benar. Sekelumit lagi modal
buat mengerti persoalan hakikat dan makrifat..Bila ada Gurunya, lantas apa yang akan diajarkan ? Karena yang mengerti mengenai dirinya sendiri secara sebenar benarnya, ya setiap pribadi sendiri.
Selanjutnya ajaran berkonsentrasi dengan zikir sekian ratus kali diambil dari
kalimah Al Qur’an, inilah yang dajarakan
oleh para Mursyid. Ajaran para Kiai dan Ustadz, semua berbasis kebenaran dan
kesabaran, mengenai hakikat hidup
Islami saya cari menurut qadar saya
sendiri. Sebab resultante ajaran ajaran cenderung untuk menguasai, mengurung jadi
penimbang salah dan benar menurut petunjuk mereka, sehingga kelakuan ummat
menjadi amburadul, bercampur nafsu, sebab nurani ini adalah berkah Allah
sendiri, yang dihadiahkan kepada
manusia, gratis. Saban hari wajib membacanya tujuh belas kali sehari, dalan
sholat lima waktu, dengan Al Fatihah setiap rokaat. Dalam surah Al Fatihah setiap satu raka’at – Yaitu “Tuntunlah
saya kejalan yang benar, bukan jalannya mereka yang sesat dan bukan jalannya
mereka yang mendapat murka dari Allah” ,
ini juga modal saya untuk mengintip pelajaran makrifat, amiin. Karena sebagai khalifah Allah di bumi,
segala tingkah lakunya harus sesuai dengan kehendak Allah yang mengangkatnya ke
derajad yang sangat tinggi dimuka bhumi, maka dalam memohon untuk diberi
petunjuk lewat nurani ini, tidak berani menyebut benar yang bagaimana, tapi
seperti yang telah Allah berikan pada
mereka yang diridhloi, bukan yang sesat dan yang dimurkai – Artinya juga
berserah diri secara total, tanpa berani memohon apa yang dia (si pribadi) anggap benar,
sebab setiap saat nurani ini bisa dibutakan oleh nafsu.
Jadi sebenarnya dalam sholat wajib
pun keempat tiang agama islam ini sudah harus dilaksanakan secara sadar berbarengan,
baru ada nilai tambah yang semestinya, untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di
bhumi yang memang sangat berat*) Uraian versi lebih panjang ada di tulisan yang sudah lalu dengan judul " Menjadi islam yang baik"*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar