Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 30 November 2015

JADI PEMELUK AGAMA ISLAM YANG BAIK

Saya mendapat messege liwat HP saya dari orang yang tidak saya kenal.  Isinya memberi tips kepada saya bahwa menjadi orang islam yang baik itu harus sekaligus mendalami empat macam bidang agama islam, yatu Syari’at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifat / tasawuf, saya jawab, secara spontan dengan sms juga:  Iya so pasti.Begitu messege saya kirim, saya tersadar, apa yang sudah saya   pelajari ya ?.

Saya belajar bukan dari Ustadz, bukan dari Kiai, tapi dari bacaan disemua media, tarmasuk siaran TV dengan Bapak Qurays Sihab sebagai pembicara, atau lain Da’i  dari program TV, radio Suara Surbaya atau lain pemancar,  yang mengenai agama Islam sangat jarang saya  dengarkan sampai tuntas karena pembicaranya banyak yang kliche, disertai canda tawa.

Sekarang ini banyak informasi dari internet, sebab google memuat apa saja ekspresi seseorang dalam semua hal, termasauk karya ilmiah calon lulusan IAIN dari seluruh Indonesia jadi saya pasti ada waktu buat tanya di google dan berdiskusi dengan kawan dekat saya, meskipun dari agama lain, dan berfikir sendiri.

 Maaf saya terpaksa ngaku saya ini tidak punya guru agama sebagai sosok figure gembala saya, saya pikir saya bisa bertahan dengan cara ini,  tanpa menjadi gila. Kadang waktu sholat jum’at mendadak saja uneg uneg saya terjawab dari potongan kalimat khatib, waktu berkhotbah bila saya beruntung.

Soal mengetrapkan syari’ah, saya secara normatip, ada ribuan pembicara, jadi saya ya normatip saja sepantasnya. Yang tertera di jus ama’ , surat surat pendek  Soal tartil dan tajwid pembacaan ayat  ayat pendek ya normatip saja, saya tidak memakai surah yang panjang panjang, karena tidak hafal  hafal.

Saya  melakukan sholat sebisa mungkin menurut petunjuk Abu Sangkan, lewat google, meskipun disisi lain dia dikritik juga sebagai bid’ah, dan dia sekarang bungkam.

Dalam menela’ah Al Qur’anul karim, saya cenderung dengan metoda pak Qurays Sihab, meskipun sekarang beliau juga jarang muncul di program TV. Beliau juga dikritik oleh ulama salafiyah, dari faksi manapun.

Tentu saja, pemikiran saya sangat terbatas pada surah dan bacaan dalam sholat saja, yaitu mulai dari bacaan iftitah, bahwa sholat dan Ibadan saya adalah didedikasikan melulu pada Allah semata, merupakan kewajiban tanpa pamrih apapun. Lha iya, karena permohonan yang esensial sudah disebut dalam  ruku’ dan sujud.  Ini modal saya untuk mengenal tarikat, tentu saja sangat sedikit.

Mengenai seruan “Allahuakbar” sebagai  isyarat mulainya sholat, demi berkonsentrasi – karena otak harus bersih dari angan angan dan pikiran lain  kecuali  ALLAH yang Maha  Agung, menguasai segala Alam.  Urusan saya sangatlah kecil,  senacam zarah yang harus diabaikan, bila  berhadapan dengan Allah waktu sholat. Bahkan apapun yang sudah tertanam dalam otak manusia, seperti ilmu pengetahuan, misalnya pengetahuan mengenai gejala penuaan manusia yang mengakibatkan penurunan fungsi fa'al organ organ tubuh, penyumbatan saluran saluran sperti saluran kencing, yang pengobatannya mahal dan sakit sekali karena di bor lagi. Menimbulkan ketakutan kedepan nanti. Tapi seruan Allahuakbar ternyata adalah sumber semangat untuk menyongsong kedepan bagi orang setua saya. Allahuakbar, berarti semua hukum Allah adalah yang terbesar, terpenting untuk terlaksananya, bila perlu keharusan masuk neraka sekalipun ( semoga tidak perlu), jangankan sakit karena ketuaan. Ini baru semangat dari ilmu Hakikat yang menyertai sholat yang lima waktu itu. Seruan Allahuakbar.

Bacaan dalam sholat sudah meliputi semua, plus penyerahan/pasrah setulusnya. Jadi tidak ada gurunya selain nuraninya sendiri.

Sudah itu ayat Pembukaan dari Al’Qur’anul karim  yang tidak boleh ditinggalkan pada setiap rakaat yaitu “Al Fatihah”. Bila didalami maknanya, memang surah pembukaan Al Qur’an ini merupakan petunjuk bagi jalan nyata kehidupan  manusia, sekaligus pembimbing, waktu nazakh nanti, jadi sangat penting untuk difahami benar benar. Sekelumit lagi modal buat mengerti persoalan hakikat dan makrifat..Bila ada Gurunya, lantas apa yang akan diajarkan ? Karena yang mengerti mengenai dirinya sendiri secara sebenar benarnya, ya setiap pribadi sendiri.

Selanjutnya ajaran berkonsentrasi dengan zikir sekian ratus kali diambil dari kalimah Al Qur’an, inilah  yang dajarakan oleh para Mursyid. Ajaran para Kiai dan Ustadz, semua berbasis kebenaran dan kesabaran,  mengenai hakikat hidup Islami  saya cari menurut qadar saya sendiri. Sebab resultante ajaran ajaran  cenderung untuk menguasai, mengurung jadi penimbang salah dan benar menurut petunjuk mereka, sehingga kelakuan ummat menjadi amburadul, bercampur nafsu, sebab nurani ini adalah berkah Allah sendiri, yang  dihadiahkan kepada manusia, gratis. Saban hari wajib membacanya tujuh belas kali sehari, dalan sholat lima waktu, dengan Al Fatihah setiap rokaat.  Dalam   surah Al Fatihah setiap satu raka’at – Yaitu “Tuntunlah saya kejalan yang benar, bukan jalannya mereka yang sesat dan bukan jalannya mereka yang mendapat murka dari  Allah” , ini juga modal saya untuk mengintip pelajaran makrifat,  amiin. Karena sebagai khalifah Allah di bumi, segala tingkah lakunya harus sesuai dengan kehendak Allah yang mengangkatnya ke derajad yang sangat tinggi dimuka bhumi, maka dalam memohon untuk diberi petunjuk lewat nurani ini, tidak berani menyebut benar yang bagaimana, tapi seperti yang telah Allah  berikan pada mereka yang diridhloi, bukan yang sesat dan yang dimurkai – Artinya juga berserah diri secara total, tanpa berani memohon apa yang dia (si pribadi) anggap benar, sebab setiap saat nurani ini bisa dibutakan oleh nafsu.

 Jadi sebenarnya dalam sholat wajib pun keempat tiang agama islam ini sudah harus dilaksanakan secara sadar berbarengan, baru ada nilai tambah yang semestinya, untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di bhumi yang memang sangat berat*)  Uraian versi lebih panjang ada di tulisan yang sudah lalu dengan judul " Menjadi islam yang baik"*)


 


 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More