Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 20 Juli 2016

EKONOMI INDONESIA --MENYIMPANG-NYA PERKEMBANGAN YANG KETERUSAN, HARUS DINILAI KEMBALI

ENYIMPANG-NYA PERKEMBANGAN EKONOMI  YANG  KETERUSAN (KETERLANJURAN – KEBACUT), HARUS DI  NILAI KEMBALI.
Sudah disadari oleh founding fathers Negara kita ini, bahwa sesudah perang Dunia ka II rakyat jajahan Hindia Belanda ini rata jadi miskMin semua.
 Jadi untuk efisiensi tenaga Negara yang baru merdeka  ini diperlukan satu sistrim yang agaknya bisa mempercepat perkembangan ekonomi rakyat  dalam waktu sesingkat singkatnya. Pendek kata – gotong royong.. Ekonomi sistim gotong royong melibatkan seluruh rakyat, untuk memanfaatkan  bersama, memperbaiki kehidupan seluruh rakyat yang selama perang Bunia ke II dibawah penjajahaun pemerintahan militer Nippon dan perang kemerdekaan yang makan waktu 8 tahun sangat morat marit. Negara muda ini harus mulai dari nol, tapi Balatentara Dai Nippon telah berhasil menyertakan akar rumput ikut Piket, jadi sangat sulit bagi  pasukan Komando Sekutu dari Australia menerobos diam diam masuk ke wilayah Nippon Taikoku, dibekas Hindia Belanda.
Akarnya dalam UUD tahun 1945 pada pasal  33 yang selalu dihianati, terutama oleh mereka yang mempunyai “naluri” yang kuat sekali untuk mencari keuntungan dengan cara apapun, bukan untuk bangsanya tapi untuk puaknya, bersinergi dengan kaum feodal kampung..
Disaat peperangan-pun  mereka berdagang dengan melintasi garis demarkasi/ batas wilayah antara Republik dan tentara kerajaan Belanda – termasuk Liem Siu Liong dengan penjaga perbatasan antara Republik-  tentara pendudukan Kerajaan Belanda , bekerja sama dengan Penjaganya dari  Republik Indonesia. Kedua sahabat ini  sangat beruntung karena komandan perbatasannya kemudian jadi Diktator Negeri ini selama 32 tahun
Bukan sejenis penembusan blockade demi Republik muda ini seperti Mayor John Lie, Sumatra hanya punya karet, minyak nilam, lain bahan pokok sangat langka, yang sangat dibutuhkan Euorpa dan Jepang sesudah perang, Yang lewat garis demarkasi dsiini jauh dari kepentingan petani,  hanya untuk kepentingan perdagangan puak saja, dan kekayaan sang Komandan. Sebab di Jawa, perkebunan kopi, kina, coklat, sudah jadi kedudukan empuk lasykar dan barisan bersenjata para oportunis.segolongan warga bekerja DILUAR  SISTIM. Dengan cepat menimbun memupuk kekuatan ekonomi.
Sementara Negara Muda ini meng-angan angan-kan sistim ekonomi kebersamaan  ,
Jadi apabila sekarang pembangunan ekonomi Negara kita ini didominasi kegiatan ekonomi diluar sistim ya wajar,  karena jiwa feodal kampong yang masih jadi cetakan kamapanan dimana mana, tidak peduli perjuangan Republik, tidak peduli tetangga lapar dan papa sengsara.
Terbukti sampai sekarang, seluruh anngauta PRD Daklamasi menimbun laut pantai jadi pulau pulau, bukan oleh dalih yang lebih rsional dan benar benar dibangun atas dasar itu,  tapi  dari uang suap yang didapat rame same oleh  fraksi apa saja disana. (ndak percaya ? tanya pak M Sanusi ketua dprd aklamasi DKI )
Tapi bukan sampai disitu saja, kegiatan ekonomi diluar sistim ini sekarang telah mendirikan Partai Politik, dengan motief dan tujuan yang sama,  untuk dominasi ekonomi yang jauh lebih besar, telah mempunyai basis diluar otoritas Hukum Negara sebagai wakil kekuasaan rakyat,  basis modal uang international  di bank bank di Pulau Kayman, di Panama, di Singapore, sampai berjumlah berkali kali lipat anggaran belanja tahunan terkini Republik kita ini, artinya sudah bisa untuk membeli negeri ini,  BERJUMLAH RIBUAN TRILYUN RUPIAH,  sampai segitunya. Angka ini bocor keluar akibat bahwa dinegara maju, tindakan  ini dianggap pelarian pajak  kekayaan yang merupakan tindak kejahatan, bukan apa tapi dluar kontro mereka juga..
Lha para Bankir BI di Negeri ini lebih baik mengundang mereka pulang dengan amnesty pajak, daripada Republik ini dibeli mereka, atau BI nya saja, wong utangnya ya sudah banyaaak sekali. Benar,kita sangat malu, tapi ada harapan masih punya Republik ini.
Padahal kekayaan yang dicuri Penjajah sudah mencapai berjuta- juta trilyun rupiah, kita biarkan saja. "Kami ra pa pa" . Wong Belanda sudah ciri di Negeri ini, rakyat sudah tahu wataknya.
 Hanya saja erefeld (makam  tentara Kerajaan) di kota kota besar, Kedutaan dan Konsulat mereka  masih kita beri konsesi menjadi dirinya,  karena kita bangsa yang sopan.
Jadi yang pokok adalah memberi batas gerak pelaku ekonomi diluar sistim ini dengan melibatkan rakyat di akar rumput, sebab disitu letak kekuatan merusak mereka., menyebar kekuasaan teror 
Lurah, Camat, Polsek, Babinsa, Koramil akan hati hati bergaul berkonco  dengan para penggiat ekonomi diluar sistim  ini, bila rakyat dididik untuk piket kegiatan mereka.
Selanjutnya setelah pengakan kemerdekaan Republik ini artinya:   Kegiatan perjudian gelap yang bersifat masal  seperti hwa hwe, togel segera ditandai rakyat dan dibuat perkara, kegiatan pabrik tanpa izin,usaha  rumahan yang memalsu barang, maupun  rekaman disk hak milik intelectual dikampung kampung.
Gudang penyimpanan hasil bumi  dengan alasan pembersihan dari limbah lapangan harus di piket oleh rakyat dan didata oleh Negara,  gudang dengan mesin listrik menyala terus menerus ( itu tandanya ada mesin lisrik pendingin - turama untuk daging ayam dan daging sapi) , penimbunan dan penambangan pasir, kapur, mangan,  dipiket oleh rakyat dan didata secara konsisten, lahan yang dikelilingi pagar tinggi di desa dan kampung dipiket rakyat dan diteliti penggunaannya.  Tempat pengumpulan tenaga kerja migran yang akan diselundupkan keluar negeri.
 Piket terhadap pendakwah  agama apa saja yang  menimbulkan kebencian terhadap apa dan siapa saja.
Mass media yang tidak doyan suap diberi kebebasan dan mecurahan perhatian untuk menampung hasil piket ini, tanpa takut UU Penyiaran, atau dikriminalisasikan, disamping Aparat Negara di tingkat Propinsi  memfasilitasi, menampung laporan rakyat, sebab ditingkat bawah sudah berkonco, keluar dari rel.
Sebaliknya kekuasaan negara harus merangsang pendirian usaha "up grading" limbah pertanian/peternakan/pengolahan ikan  jadi makanan ternak konsentrate bricket  atau granule, dimana mana pinggiran desa, tidak malah mematikannya berdasarkan segala macam alasan, perusahaan ini sangat berguna, bahkan malah mengimbangi  merintgangi manopoli perusaah raksasa berkartel ria. Perusaan kecil pengolah limbah pertanian ini sangat rentan, mereka masih memerlukan bimbingan, Tapi dirintangi oleh penjabat bawah karena ulah pengusaha besar monopoly makanan ternak, walau dari bulu ayam menjadi tepung, Walau dari hama  siput sawah menjadi tepung protein, walau dari limbah plastik jadi perkakas lain.Walau dari nira tebu jadi gula merah tanpa membuang molase, sedang refinery tebu selalu memasok molase ke pabrik MSG International, dan membeli tebu secara kartel juga. Merela selalu dibela penjabat Negara tingkat bawah  yang bisa memanjakannya.
Rakyat harus diberi pengetahuan dengan penyuluhan yang luas mengenai kegiatan ekonomi diluar sistim yang berurat berakar disekitarnya,  penggiat usaha ini yang selalu menggandeng aparat Negara yang paling bawah untuk memperalat mereka, malah mengerahkan pengikutnya para preman sperti di Kumajang desa tanjunv awar awar menteror petani, tndakan ini membuat  apatis rakyat,.premanisme kepada rakyat, sehingga  APATIS  terhadap apa yang terjadi di lingkungannya. Ini kerugian Repubik yang membuat  Negara tidak ada artinya.

Piket artinya mengawasi dengan pengertian akan mata rantai diatasnya, yang merusak ekonomi. Piket artinya menyadari akibat luas gangguan ekonomi dan keamanan selanjutnya. Piket artinya ikut mengerti mengapa satu sektor ekonomi didahulukan dari yang lain. Piket artinya ikut merasakan memikir dan menulis ruas jalan yang mana didahulukan sedang ruas jalan yang mana dilaksanakan belakangan seperti jalan tol  Nganjuk - Ploso didahulukaan dari jalan yang sama dari Saradan ke Nganjuk lewat hutan jati Negara, yang pasti macet karena  memotong jalan KA yang berkali kali,tidak ada alternatip lain, rakyat HARUS bertanya KENA APA ?
Piket artinya mempertajam kesadaran bernegara, menjaga kehidupan bermasyarat lebih dari kehidupan pribadi yang tanpa batas kepuasan, berkoordinasi dengan aparat Negara secara gotong royong dan benar.
Piket bukan berarti tidakan masa yang anarkis semaunya sendiri kayak yang dilakukan oleh FPI   *)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More