Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 28 Juli 2016

TEXT BOOK THINGKING DAN MASS MEDIA tv

TEXT BOOK THINKING DAN MASS MEDIA TV.

Siaran stasiun TV yang sudah terlanjur mempunyai nama, mendadak menyiarkan di program yang sudah ber reputasi  di masyarakat pemirsa.

Wawancara mengenai topic yang vital, bagaimana menilai kinerja menteri.   Si pembicara yang nampak pintar dan lancar bicara seperti menghafal text. Isinya sepintas benar tapi beda bila dipikir panjang menurut kenyataan yang ada.

Misalnya mengenai harga harga kebutuhan bahan pokok, kok naik dari menjelang bulan Rmadhan sampai sekarang tidak pernah turun.  Si Pembicara berbicara lancar mengenai transportasi antar pulau yang masih terkendala, karena komoditas yang naik harganya ketersediaannya melimpah dilain pulau. Satu pernyataan permukaan yang tidak mendetail sering berkesimpulan yang menyesatan. Perkara jumlah dan kebutuhan setempat.

 Umpama bawang merah, bila ketersediaan disatu wilayah  jumlahnya hanya  satu dua ton atau ratusan ton.?

Kena apa demikian ?  Ambil contoh di Jawa Timur, ada empat wilayah penanaman bawang merah, di Probolinggo, di Sekitar Pare, dan dsekitar Nganjuk, paling besar.  Padahal situasi iklim dan cuaca, texture dan kesuburan tanah ya bervariasi diwilayah masing masing. Kendala cuaca hama dan penakit sama. Ya karena petani diwilayah lain tidak biasa menanam bawang merah. Tidak mengenal teknologi pananamannya, toko penyedia bibit dan sarana penanamannya jauh jaraknya.  Bila Kepala Dinas Propinsi ditanya Pak Gupernur Jatim, jawabnya mesti petani dilain Kabupaten kurang penyuluhan mengenai budidaya bawang merah. Kenyataannya, bagaimana Penyuluh bisa omong perkara bawang merah wong dia sendiri tidak pernah punya pengalaman empiris menanam bawang merah.

Lha kalau begitu setiap Kabupaten harus ada kebun untuk mencoba menanam komoditas yang akan disuluhkan, ini dikerjakan oleh PPS (Petugas Pewnyuluhan Spesialis.)

Sebaiknya  parkara bawang merah,  sudah di garap BAPPENAS dulu secara Nasional posisi Indonesia bagaimana ? Berapa kebutuhan riel per tahun dan bisa dipenuhi dengan lahan panen rata rata berapa hectare. Bila memang kekurangan produksi, ya menambah areal sebisa mungkin merata sampai level Kabupaten, semua punya lahan penanaman bawang merah, yang memungkinkan.  Disana perlu ada lahan percontohan untuk penyuluhan dan pengalaman empiris penyuluhnya. Di zaman Kolonial, disetiap Kabupaten, bahkan setiap Kecamatan sudah ada kebun percontohan semacam ini, tapi di era Orde Baru banyak yang dikonversi jadi Kantor Kantor Pemerintah dan Perumahan Pegawai.

Yang jelas, motive keuntunganlah  mengendalikan dan  menentukan harga kebutuhan pokok  seluruhnya. Kartel perdagangan yang sudah berkiprah lebih dari limapuluh tahun dari tujuhpuluh tahun Merdeka di Negeri ini, diluar sistim. Kena apa kartel perdagangan, karena dia bekerja dengan resiko paling kecil, jadi keuntungannya besar, tangannya yang terlibat banyak, gampang menjadi sangat kuat, itu saja.

Kapan mass media  berani mengungkap hal ini ?

 


 


 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More