10:39 AM
IDE SUBAGYO
TEXT BOOK THINKING DAN
MASS MEDIA TV.
Siaran stasiun TV yang
sudah terlanjur mempunyai nama, mendadak menyiarkan di program yang sudah ber
reputasi di masyarakat pemirsa.
Wawancara mengenai topic
yang vital, bagaimana menilai kinerja menteri. Si pembicara
yang nampak pintar dan lancar bicara seperti menghafal text. Isinya sepintas
benar tapi beda bila dipikir panjang menurut kenyataan yang ada.
Misalnya mengenai harga
harga kebutuhan bahan pokok, kok naik dari menjelang bulan Rmadhan sampai
sekarang tidak pernah turun. Si Pembicara
berbicara lancar mengenai transportasi antar pulau yang masih terkendala,
karena komoditas yang naik harganya ketersediaannya melimpah dilain pulau. Satu
pernyataan permukaan yang tidak mendetail sering berkesimpulan yang menyesatan.
Perkara jumlah dan kebutuhan setempat.
Umpama bawang merah, bila ketersediaan disatu wilayah
jumlahnya hanya satu dua ton atau ratusan ton.?
Kena apa demikian ? Ambil contoh di Jawa Timur, ada empat wilayah penanaman bawang merah, di Probolinggo,
di Sekitar Pare, dan dsekitar Nganjuk, paling besar. Padahal situasi iklim dan cuaca, texture dan
kesuburan tanah ya bervariasi diwilayah masing masing. Kendala cuaca hama dan penakit
sama. Ya karena petani diwilayah lain tidak biasa menanam bawang merah. Tidak
mengenal teknologi pananamannya, toko penyedia bibit dan sarana penanamannya jauh jaraknya. Bila Kepala Dinas Propinsi ditanya Pak Gupernur Jatim,
jawabnya mesti petani dilain Kabupaten kurang penyuluhan mengenai budidaya
bawang merah. Kenyataannya, bagaimana Penyuluh bisa omong perkara bawang merah
wong dia sendiri tidak pernah punya pengalaman empiris menanam bawang merah.
Lha kalau begitu setiap
Kabupaten harus ada kebun untuk mencoba menanam komoditas yang akan disuluhkan,
ini dikerjakan oleh PPS (Petugas Pewnyuluhan Spesialis.)
Sebaiknya parkara bawang merah, sudah di garap BAPPENAS dulu secara Nasional
posisi Indonesia bagaimana ? Berapa kebutuhan riel per tahun dan bisa dipenuhi
dengan lahan panen rata rata berapa hectare. Bila memang kekurangan produksi, ya
menambah areal sebisa mungkin merata sampai level Kabupaten, semua punya lahan
penanaman bawang merah, yang memungkinkan.
Disana perlu ada lahan percontohan untuk penyuluhan dan pengalaman
empiris penyuluhnya. Di zaman Kolonial, disetiap Kabupaten, bahkan setiap
Kecamatan sudah ada kebun percontohan semacam ini, tapi di era Orde Baru banyak
yang dikonversi jadi Kantor Kantor Pemerintah dan Perumahan Pegawai.
Yang jelas, motive
keuntunganlah mengendalikan dan menentukan harga kebutuhan pokok seluruhnya. Kartel perdagangan yang sudah
berkiprah lebih dari limapuluh tahun dari tujuhpuluh tahun Merdeka di Negeri
ini, diluar sistim. Kena apa kartel perdagangan, karena dia bekerja dengan
resiko paling kecil, jadi keuntungannya besar, tangannya yang terlibat banyak,
gampang menjadi sangat kuat, itu saja.
Kapan mass media berani mengungkap hal ini ?
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar