10:08 AM
IDE SUBAGYO
USAHA MENANAM SAYUR LOKAL
Usaha menanam sayur lokal ini mempunya dua sisi srategis, yaitu melestarikan pemakaian tanaman local untuk menambah gizi disatu sisi dan menambah penhasilan dari lahan
kecil diseputar kota kota disisi lain.
Secara tradisi memang kebiasaan “
ramban” ini sudah dipunyai oleh penduduk Nusantara ini. RAMBAN ( bahasaa Jawa) adalah memetik daun muda yang bisa dimasak dari tumbuhan liar maupun tanaman tanpa mencabutnya
hanya memilih pucuk pucuknya yang baik, dari lahan lahan tak tidak
diusahakan ditanami, pinggir pingir jalan setapak dan pinggir
tegalan atau sawah atau sengaja ditanam
untuk diramban.Pucuk pucuk ini tentu saja masih lunak untuk di olah atau direbus.
Bahkan di Sulawesi Utara bubur Menado yang terkenal itu sebenarnya harus dilengkapi dengan hasil “ramban” berbagai pucuk tumbuhan liar maupun
tanaman di bawah kebun kelapa yang masih
sangat luas yang hanya diketahui oleh penduduk asli setempat, makanya rasanya
sangan khas dan sangat menyegarkan. Juga nasi lembek sayur pecel di kota Madiun
Jawa Timur, yang sekarang mengalami krisis sayuran yang gawat.
Semakin meluasmya kota dan sesaknya hunian di kota kota, kebiasaan ramban
ini semakin tidak bisa dilaksanakan dan hilang
karena lahan kosong hampir tidak ada. Begitu pula pengetahuan mengenai
tumbuhan dan tanaman yang bisa diramban, baik jenis tumbuhannya yang pasti dan
memasaknya artinya bisa dibuat sayur atau direbus bahkan di makan mentah dengan sambal ( sebagai lalapan). Sedangkan
“pasar” didesak oleh permintaan akan sayur sayuran yang murah, maka patani di pedesaan menggantikannya dengan sayur
yang paling mudah diusahakan yaitu yang
selalu ditanam di “kebun sayur” dipinggiran saluan saluran pematus kota kota,
lahan kosong ini diusahakan oleh petani yang mengembara dikota kota dengan
sangat intensive dengan mendapan air dari seluran got got pematus dikota kota,
dan pupuk buatan, seperti bayam cabut ( Amaranthus tricolor ),) kangkung darat ( Ipomea reptica L) , dan sawi hijau maupun sawi putih,mulai
ditanam di pematang sawah, bahkan seluruh
lapik sawah yang semakin sempit. Diseputar Surabaya lahan sawah dan embung yang mengering ditanami semanggi ( Salvinia crenata)
Di daerab Bogor, dimana hujan bisa sepanjang tahun, lahan bekas kebun kebun karet telah
diubah menjadi lahan milik, dan ditanami singkong sayur,
lembayung cabut, bahkan papaya cabutan hanya dinamfaatkan daun daun
mudanya , ini merupakan upaya menanam sayur yang baru, dipasarkan untuk restoran dan warung padang
dan lembayung cabut ( daun kacang
tunggak yang dtanam bijinya dengan rapat
baru berdaun empat tangkai terus dicabut
– dalam umur 2-3 minggu) untuk penjual karedok diseputar
Jobodetabek( Jakarta- Depok-Tangerang-Bekasi).
Penanaman sawi hijau bahkan meranbah di pematang pematang sawah sekitar Banyuwangi untuk melayani
penjaja Bakso hingga Bali !
Bagaimana keadaan dikota yang landmark nya penjual nasi Pecel ? Sangat menyedihkan, bakul pecel
ribuan tapi penyediaan sayur pecelan di pasar sangat sedikit, karena itu
petani/pedagang sayur di pasar tradisional menjual daun pucuk decampur dengan
daun tua banyak, sehingga sangat liat dimulut, menjadikan pembeli pecel merasa tidak dihargai, disepelekan.
Bia tidak ada perbaikan, segera pecel Madiun akan tidak ada peminatnya lagi di
Kotanya, punah, karena dikota lain
sayurannya malah lebih baik.
Misalnya Banyuwangi, disana mereka, para bakul pecel lebih kreatip, bisa
dicampur rawon ( sayur khas jawa Timur
bumbu khasnya keluwak atau pangi (
Pangium edule ( Reinw and Blume) bahan utamanya daging iga. Jangan lupa di Suriname “pical” menjadi
makanan yang diminati oleh orang Creole dan India. Di Madiun malah punah *)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar