Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 27 Oktober 2016

SEKALI LAGI JIWA FEODALISME MASIH MARAK DIANTARA KITA.

FEODALISME,  SUMBER SEGALA KERANCUAN MASYARAKAT KITA.

Coba simak,  bagaimana FEODALISME ini merasuki jiwa  masyarakat kita dimana saja dan pasti menimbulkan kekisruhan  masyasakat luas.

Semua  lapisan para cerdik pandai, dari ahli ilmu Sosiologi, Politisi, Ahli Ilmu hukum,  Ahli Ilmu Agama telah bicara dan bicara  kerkara hasil dari prilaku masyarakat yang rancu ini, saya tidak mendengar uraian menyentuh akarnya: FEODALISME

Misalnya Menghilangkan nyawa seorasng aktivis HAM,  dilanjutkan oleh perlakuan asal asalan pada perkara itu oleh seorang Presiden yang sudah dua periode berkuasa dari lingkaran yang sama,  penipuan  ratusan miliar  rupiah oleh seorang Dimas Kanjeng ( ini titel abal abal dari bangsawan jawa berkedudukan Bupati ) , Pemilihan Rektor  Universitas dengan cara yang tidak patut,  Politisi yang mendirikan dinasti  dengan kedekatan  keluarga,     sudah 17 Gupernur yang tersangkut kerkara korupsi ,  Menteri, Dirjen  Kementrian,  yang memperkaya  diri, merasa tidak   salah, tidak mau dihukum sehari-pun, dia yang begitu pintar, pemasukan Negara jadi besar, lebih besar dari yang masuk ke kantongnya sendiri, malah ada yang mengangkatkan haji ribuan orang,  Ketua DPRD  yang mempersatukan aklamasi uang, Kepala Stabilisasi dan Pengadaan pangan  seluruh Negeri yang menciptaka kartel dengan kroninya selama puluhan tahun, mengumpulkan dana yang misterius, Hakim MK yang emasnya berton ton,  Pegawai Tinggi Mahkamah Agung tahan sangat lama disinggasananya karena dia    yang mengendalikan sekalian memberi  tarif pemenangan perkara kepada hakim hakimnya.   Bedebah apa yang  tidak ada di Republik ini ?

Semua mereka adalah hasil dari jiwa yang sudah sangat lama berkembang dalam masyarkat manusia  JIWA FEODAL  yang sudah ada dalam satu zaman yang jangka waktunya  sangat lama, ribuan tahun yaitu menggunakan kepentingan umum untuk  kegilaan  nafsu syahwat  sendiri, bahkan sampai memperbudak bangsa lain, seperti Nazi Jeman Hitler, Fascist Nippon Jendral Hideki Toyo,  Mussolini , mereka sudah membakar  Dunia demi  kepentingan  kelompoknya dengan menyeret bangsanya untuk memerangi  dan memperbudak bangsa lain.

Habis itu , baru masryarakat Demokrasi  menggantikannya ditempat mereka dengan bangsa Jerman  bangsa Italia dan bangsa Jepang yang sudah  kalah Perang Dunia kedua, kapok dengan prilaku kaum militer, kaum samurai, kaum junker. Yang dikita baru saja terbentuk dari semua elemen masyarakat yang tahu menggunakan kekuatan, yang ke-kesatria-annya tidak pernah teruji, seperti jendral Thahir kroni minyak jendral Ibnu Sutowo, menumpuk harta curian demi memuaskan nafsu syahwat kekuasaan sampai ke anak cucunya, tapi hartanya  di Sumitomo bank dirampog habis oleh istri mudanya, mereka bercampur aduk dengan feodal puak dan kampung, supaya memperkuat posisinya di alam demokrasi,  telah mempersiapkan bintang "Karya Golongan Puja Nugraha"   Malah mereka sekarang nimbrung masuk dalam eksekutip, legislatip dan judikatip, membentuk Dewa Keormatan masyarakat Demokrasi, dan mencemarinya dengan tingkah polahnya, berlari sambil kencing.

JADI JELAS   JIWA FEODALISME –LAH YANG MASIH ERAT BERCOKOL DI SEBAGIAN BESAR BANGSA  INDONESIA  KITA INI.  Karena kaum feodal ini sangat alergi kepada sosok atau kelompok orang yang  peduli pada kepentingan umum,  mau atau tidak mau, secara halus atau terang terangan,  jadi lawan mereka seperti duri dalam daging. Maka dengan segala jalan mereka harus dibungkam. Sepuluh tahun ditandai dengan keengganan mengusut kritikus yang dibunuh, karena sang sasaran kritik sosok dari jiwa yang sama.

Dalam Partai Partai politik kaum yang masih berjiwa feodal ini memakai segala cara untuk menjadikan anggauta Pertainya alat Partai yang patuh dan fanatik.  Terutama demi mencari dana dari kekuasaannya, disinilah kaum feodal kampung dan puak mengembangkan bakatnya, untuk memenuhi nafsu syahwatnya kepada harta tahta dan wanita, seperti Wisnuwardana di Jawa Timur. 

Marwah Daud ada disana, ikut cawe cawe, jiwanya sama saling memperkuat dengan si penipu.  termasuk para bedebah yang ahli permainan kata, ahli demagogi,  raja mass media dan propaganda, ahli   manggandakan uang,  akhli adhikodrati yang tidak jelas, tapi Yang Terhormat anggauta DPR kita, Ibu Marwah lekat dengan dia. Merusak fasilitas umum adalah pelepasan nafsunya, menjadi Rektor adalah pelampiasan nafsu syahwatnya yang feodalistik. Kenapa  disana dia dipilih jadi Rektor ?  Ya  karena mayoritas civitas akademika dan mahasiswanya masih dalam alam feodalistik,masih menggemari titel  titel  kosong akademik untuk pamer, bukan untuk berkarya bagi bangsanya,  tentu saja akan bertabrakan dengan jiwa demokrasi,  muda lemah dan miskin. Tapi siapa mengira, sesaat  meletik  bara api, terpicu  sejenak oleh  sentuhan  Nabi Khidir seperti teman Ahok itu, semoga *)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More