9:58 AM
IDE SUBAGYO
FEODALISME, SUMBER SEGALA KERANCUAN
MASYARAKAT KITA.
Coba simak, bagaimana FEODALISME ini
merasuki jiwa masyarakat kita dimana
saja dan pasti menimbulkan kekisruhan
masyasakat luas.
Semua lapisan para cerdik pandai, dari ahli ilmu
Sosiologi, Politisi, Ahli Ilmu hukum,
Ahli Ilmu Agama telah bicara dan bicara
kerkara hasil dari prilaku masyarakat yang rancu ini, saya tidak
mendengar uraian menyentuh akarnya: FEODALISME
Misalnya Menghilangkan
nyawa seorasng aktivis HAM, dilanjutkan
oleh perlakuan asal asalan pada perkara itu oleh seorang Presiden yang sudah
dua periode berkuasa dari lingkaran yang sama,
penipuan ratusan miliar rupiah oleh seorang Dimas Kanjeng ( ini titel abal abal dari bangsawan jawa berkedudukan Bupati ) , Pemilihan
Rektor Universitas dengan cara yang
tidak patut, Politisi yang mendirikan
dinasti dengan kedekatan keluarga, sudah 17 Gupernur yang tersangkut kerkara
korupsi , Menteri, Dirjen Kementrian, yang memperkaya diri, merasa tidak salah, tidak mau dihukum sehari-pun, dia yang begitu pintar, pemasukan Negara jadi besar, lebih besar dari yang masuk ke kantongnya sendiri, malah ada yang mengangkatkan haji ribuan orang, Ketua DPRD
yang mempersatukan aklamasi uang, Kepala Stabilisasi dan Pengadaan pangan
seluruh Negeri yang menciptaka kartel
dengan kroninya selama puluhan tahun, mengumpulkan dana yang misterius, Hakim MK yang emasnya berton ton, Pegawai Tinggi Mahkamah Agung tahan sangat
lama disinggasananya karena dia yang
mengendalikan sekalian memberi tarif
pemenangan perkara kepada hakim hakimnya. Bedebah apa yang tidak ada di Republik ini ?
Semua mereka adalah hasil dari jiwa yang sudah sangat lama berkembang dalam
masyarkat manusia JIWA FEODAL yang sudah ada dalam satu zaman yang jangka waktunya sangat lama, ribuan tahun yaitu menggunakan kepentingan
umum untuk kegilaan nafsu syahwat
sendiri, bahkan sampai memperbudak bangsa lain, seperti Nazi Jeman
Hitler, Fascist Nippon Jendral Hideki Toyo,
Mussolini , mereka sudah membakar
Dunia demi kepentingan kelompoknya dengan menyeret bangsanya untuk
memerangi dan memperbudak bangsa lain.
Habis itu , baru masryarakat Demokrasi
menggantikannya ditempat mereka dengan bangsa Jerman bangsa Italia dan bangsa Jepang yang sudah kalah Perang Dunia kedua, kapok dengan prilaku
kaum militer, kaum samurai, kaum junker. Yang dikita baru saja terbentuk dari semua elemen masyarakat yang tahu menggunakan kekuatan, yang ke-kesatria-annya tidak pernah teruji, seperti jendral Thahir kroni minyak jendral Ibnu Sutowo, menumpuk harta curian demi memuaskan nafsu syahwat kekuasaan sampai ke anak cucunya, tapi hartanya di Sumitomo bank dirampog habis oleh istri mudanya, mereka bercampur aduk dengan feodal puak dan kampung, supaya memperkuat posisinya di alam demokrasi, telah mempersiapkan bintang "Karya Golongan Puja Nugraha" Malah mereka sekarang nimbrung masuk dalam eksekutip, legislatip dan judikatip, membentuk Dewa Keormatan masyarakat
Demokrasi, dan mencemarinya dengan tingkah polahnya, berlari sambil kencing.
JADI JELAS JIWA FEODALISME –LAH YANG
MASIH ERAT BERCOKOL DI SEBAGIAN BESAR BANGSA INDONESIA KITA INI. Karena
kaum feodal ini sangat alergi kepada sosok atau kelompok orang yang peduli pada kepentingan umum, mau atau
tidak mau, secara halus atau terang terangan, jadi lawan mereka seperti duri dalam daging. Maka dengan segala jalan mereka
harus dibungkam. Sepuluh tahun ditandai
dengan keengganan mengusut kritikus yang dibunuh, karena sang sasaran kritik sosok dari jiwa yang sama.
Dalam Partai Partai politik kaum yang masih berjiwa feodal ini memakai
segala cara untuk menjadikan anggauta Pertainya alat Partai yang patuh dan fanatik. Terutama demi mencari dana dari kekuasaannya, disinilah kaum feodal kampung dan puak mengembangkan bakatnya, untuk memenuhi nafsu syahwatnya kepada harta tahta dan wanita, seperti Wisnuwardana di Jawa Timur.
Marwah Daud ada disana, ikut cawe cawe, jiwanya sama saling memperkuat dengan si penipu. termasuk para bedebah yang ahli permainan kata, ahli demagogi, raja mass media dan propaganda, ahli manggandakan uang, akhli adhikodrati yang tidak jelas, tapi Yang Terhormat anggauta DPR kita, Ibu Marwah lekat dengan dia. Merusak fasilitas umum adalah pelepasan
nafsunya, menjadi Rektor adalah pelampiasan nafsu syahwatnya yang feodalistik. Kenapa
disana dia dipilih jadi Rektor ? Ya karena
mayoritas civitas akademika dan mahasiswanya masih dalam alam feodalistik,masih
menggemari titel titel kosong akademik untuk pamer, bukan untuk
berkarya bagi bangsanya, tentu saja akan
bertabrakan dengan jiwa demokrasi, muda
lemah dan miskin. Tapi siapa mengira, sesaat meletik
bara api, terpicu sejenak oleh sentuhan
Nabi Khidir seperti teman Ahok itu, semoga *)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar