3:25 PM
IDE SUBAGYO
ALANGKAH BERATNYA MEWARISI NEGARA
YANG TELAH DIKUASAI KAUM BEDEBAH.
Meminjam istilah Adi Massardi, Negara Bedebah, ialah Negara yang telah dikuasai oleh kaum yang tidak peduli, Cuek terhadap
aturan yang maksud bakunya: mementingkan kepentingan rakyat. Kalau pencuri telah bergerombol dalam pimpinan Partainya, lantas pajak kita, tabungan kita, kita sendiri, mau dikemanain, tinggal tunggu saja kapan dia bisa menipu rakyat lagi , menambah kursinya di DPR RI. ?
Lebih berat
dari mewarisi Negara bekas jajahnan 350 tahun. ( karena hampir tidak ada tinggalan infra structure
apa apa.)
Bagi para bedebah aturan apa saja cocok asal tidak menentang cara kerjanya
yang srampangan, sambil menggali tugas.. Tugas apa saja pasti jadi sumber uang
untuk disetor pada Atasan.
Tiga puluh dua tahun, setiap jenis anggaran jadi sumber balatentara Rahwana. Istilanya sekarang
kroninya, sampai ke pekerjaan yang paling bawah, misalya menggali tanah. Bukan
menggali sembarangan tapi menggali buat menanam pipa, apa air baku, apa gas, kabel kabel apa pondasi jembatan atau bangunan tingkat tinggi. Artinya bukan menggali sembarangan itu juga melihat yang mau didirikan itu apa, kalok tiang pancang gedung bertingkat banyak paku bhuminya harus notog dasar di lapisan yang cukup kokoh dan luas dan relatip stabil, merupakan lapisan bhumi, kayak Ayers Rock, lapisan pasir bawah kedalaman tanah dasar Selat Madura di Kenjeran, memper. Lha kalok bongkahan raksasa batu vulkanik yang tidak menyatu dengan lempeng lapisan keras, ya bener batu tapi numpang diatas lempeng yang kayak kulit telur yang hancur, cara nangkringnya saja mana kita tahu, wong dibawah bukit, ya kayak jambatan Cisomas itu gerak sendiri, dasar sudrun. Kelihatannya keren murah tapi mbuang. Drun- Sudrun.
Ini Pekerjaan Mandor, meskipun sudah pakai alat alat canggih, finishing
galian ini pasti manual dengan mandor, dan koeli menggunakan cangkul dan
pengki, bawahan dari bawahan satu project.
Sesudah pekerjaan selesai maka galian ditutup dengan tanah yang sudah
ditanami tiang beton, kaki pylon beton, sudah
ditanami pipa PDAM, pipa Gas, pipa apa saja,
diatasnya tanah yang sudah rata bisa jadi interior bangunan, atau jalan
raya apapunlah, sudah tidak ditanyakan
lagi perkara berapa dalam galian yang “berisi”
itu.
Tentu saja pekerja bawahan dari bawahan ini mendapat upah dari volume pekerjaan,
lha kalok galian ya berapa panjang lebar dan dalam. Untuk memendam pondasi atau
pipa pasti sangat diperhitungkan berapa dalam, bila tidak bangunan atasnya bisa
miring, bergeser tergantung dari berapa meter kekurangan kedalaman dari galian itu. Apabila yang di pendam itu pipa PDAM berapapun besar dan
kuatnya, akan tergantung dari beban tanah
diatas galian itu – apabila jalan raya yang dilewati truck dan muatannya 30
ton, ya tentu saja menjadi beban pipa yang ditanam. Cacat tentu saja bukan hasil curian bawahan dari
bawahan saja tapi keseluruhan apa yang
dipendam dalam tanah yang sudah tidak nampak.
Cacat konstruksi karena dijadian sumber keuntungan untuk setoran, bisa
muncul kapan saja, dan dimana saja. Alasan teknis banyak, bisa gerakan lapisan bhumi/ ndak ada gempa, ngglinding sendiri ( coba Ayers sock, gerak apa tidak drun ? ) bisa mendadak tanah
kebanyakan air, bisa macam macam yang lazim berlaku.
Padahal diseluruh Indonesia ini berapa ribu juta m3 galian yang sudah ditimbun,
bagaimana dulunya, sudah cocok dengan perhitungan, apa kekurangan suatu factor
yang diabaikan demi keuntungan, sekarang kita
tidak tahu, itu warisan orde Bedebah. Apa bedebahnya masih bercokol disana*)
Faktanya PDAM Surabaya sekarang lagi membenahi pipa primair diameter 1000 mm. di Jl H.
Ir. Sukarno , Karang Pilang III – berhenti produksi ( google). Jalan diatasnya yang dipenuhi
truck berat saban hari, untuk
Pelabuhan Tanjung Perak dan Pabrik
Pabrik yang ratusan jumlahnya, O Allah drun sudrun, mau kaya saja kok bikin susah orang banyak**)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar