Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 10 Juni 2017

ORANG MISKIN DAN KEKUMUHAN

ORANG MISKIN DAN KEKUMUHAN
Kekumuhan selalu menyertai in-efisiensi. Dan inefisiensi adalah lawan utama dari kapitalisme.
Para Politisi, sangat menikmati keadaan ini. Sebaliknya para Teknokrat, PENJELMAAN dari efisiensi sangat ALERGI pada kedodoran, boros energy, lamban, artinya in-efisiensi.
Kesimpulannya, Dunia pasti dikuasai oleh Politisi, karena situasi inefisiensi dalam masyarakat ini, 
bisa jadi dalih mengapa janji tidak ditepati. 
Bikin janji lagi, makin banyak saja kroni yang nimbrung ikut mencuri. 
Menang lagi. 
Awas pak Jokowi, 
Anda bukan "Politisi"
Tapi pemimpin  bangsa yang merasa risi.
Bila masyarakat sudah merasa nyaman dengan demokrasi, 
artinya suara satu kapitalis sama dengan satu pengemis. 
Mereka berhak memilih, mesti saja milih Politisi. 
Yang membiarkannya berkerumun  kumuh 
menyumbat dataran resapan, 
lengkung dalam kelokan sungai patusan, 
atau mepet nyerempet rel.
Daripada milih si tekhnokrat rokh efisiensi, 
apalagi si Kapitalis di dunia ekonomi, 
dibalik tembok gerbang usahanya sendiri, 
suka suka mau jadi pabrik exstasi, atau menimbun daging sapi.  
Sang teknokrat dfitnah dan dibui, 
si miskin tetap, gubug sarangnya tetap berdiri.
Kapitalis dan Politisi, Preman pengutip pungli, 
mereka masih juga dapat duit dari sini. 
Sonny boy ......   
Dimulai dari pulau pulau ini,
Hiduplah, berkembanglah, efisiensi  
Tapi in-efisiensi tidak bisa mati. 
Taknokrat masuk bui, dfitnah kanan kiri.
Hidup demokrasi.
Untuk berdemokrasi secara ideal warga harus merata berbudaya, 
terdidik berfikir luas berbudipekerti dan tenggang rasa, mengadopsi watak rakham dan rakhim. 
Dua dari 99 asma  Allah yang kita sebut setiap saat – kita diperkenankan, dianjurkan diharapkan taat, mengemasnya  – tembus ke prilaku kita?
Kepada siapa saya harus minta tolong 
untuk menjadikan bangsa saya, 
mayoritas warga Negara Indonesia 
menjadi ideal untuk mengemban amanah demokrasi ?
Sebab syaithan sendiri datang 
untuk memimpin warga 
ke jalan sesat menggunakan demokrasi juga ?
Kubu bentengnya di wiayah kumuh, 
kebodohan dan in-efisiensi, dari ceruk ceruk kumuh Metroplitan ini ?
Sejak zaman kekaisaram Romawi, 
bagi  orang miskin selalu disediakan anggur roti
dan gladiator,  
pertandingan olah fisik yang menantang maut.  Selingan untuk legioner memeras emosi dan energy 
bagi komunitas kumuh ini. 
Kota metropolitan bertahan dengan selalu diselipi disana sini dengan rombongan si miskin kumuh ini. Satu Kaisar Romawi yang kesal menghadapi 
kekumuhan ini: 
Kaisar Nero membakar kota Roma. 
Malah sampai kini menjalar smpai ke Lavela 
di Rio de Janairo, Argentina 
sampai ke The Jungle di Silicon Valley, 
sampai di distric San Juan New York City, 
di Davari, Mumbai,
diseluruh kota besar kapitalis Dunia 
kumuhnya ya sama saja.
Di zaman modern kekumuhan si miskin yang terselip disana sini 
makin menggumpal diruang kosong tanpa peduli, menyumbat banjir dan menyebar epidemi, 
katanya juga mencipta ekonomi biaya tinggi.
Zaman demokrasi, Kapitalis  tentu menuntut efisiensi disegala bidang,
 PASTI merupakan satu tantangan.
Kita masih ada peluang, ada bidang bidang yang tanpa merampas kasur busa usang.  
milik pemulung malang ? 
Mengembalikan ke desanya, dari  kota metropolitan, yang sudah separoh hidupnya dihabiskan hingga sekarang.

Tanah gambut ada air ada ruang, hanya harus dirambah dengan uang. 
Aku mohonkan kepada Allah 
wahai Tekhnokrat yang tertantang, 
kau yang junjung keperkasaan rakyat  
setelah meditasimu di Gipinang, 
pegang kendali 
hasil upaya warga senegara, 
kekayaan moyang kita, 
kita percaya. 
MARI KITA BIKIN PARTAI PEMBELA KPK, 
TEMAN MARHAEN, 
TEMAN ORANG MISKIN – 
namanya PARTAI "BAGIMU NEGERI"  *) 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More