SAKSI
Aku merasa beruntung kerena dalam hidupku aku bisa menjadi Saksi kejadian –kejadian penting dalam Masyarakat yang merupakan kulminasi dari rentetan perubahan yang besar. Masyarakat terbelah menjadi dua kubu.
Aku merasa beruntung kerena dalam hidupku aku bisa menjadi Saksi kejadian –kejadian penting dalam Masyarakat yang merupakan kulminasi dari rentetan perubahan yang besar. Masyarakat terbelah menjadi dua kubu.
Dua
kekuatan dalam masyarakat manusia berlawanan saling berhadap hadapan dengan
kukuhya harus ada satu yang jadi pemenang, yang lain punah.
Kejadian
semacam ini sebenarnya sudah berkali kali terjadi, tercatat dalam sejarah
perkembangan umat Manusia.
Akan
tetapi banyak contoh kejadian semacam itu, yang berakhir dengan munculnya
fenomena baru, dan dari dua kekuatan itu tidak ada yang menang maupun
punah, karena mereka sudah tidak relevan lagi.
Seperti revolusi Perancis, pertentanan marti matian antara wangsa Feodal sudah tidak relevan lagi melainkan persaingan antar Penjajah.
Suatu kenyataan yang tak terpungkiri, bahwa Manusia bisa survive, malah berada di puncak piramida makanan diantara makhluk hidup dan melesat lebih tingi dari itu dengan kemampuannya menjelajahi alam physics dan alam metaphysics berkat kemampuannya menghimpun dan menggunakan kekuatan dan kemampuan setiap individu dan mengorganisasi diri untuk hidup bermasyarakat.
Suatu kenyataan yang tak terpungkiri, bahwa Manusia bisa survive, malah berada di puncak piramida makanan diantara makhluk hidup dan melesat lebih tingi dari itu dengan kemampuannya menjelajahi alam physics dan alam metaphysics berkat kemampuannya menghimpun dan menggunakan kekuatan dan kemampuan setiap individu dan mengorganisasi diri untuk hidup bermasyarakat.
Tarik
menarik antara dua kekuatan individualisme dan sosialisme dalam prilaku
Manusia menimbulkan kemajuan yang merupakan spiral naik. Kecuali itu
setiap sisi dari daya yang tarik menarik itu menghasilkan juga
excesses/ampas – dari sisi individualisme adalah egoisme, kesrakahan dengan
segala kelicikan dan keculasannya, komplotan a'la kartel dagang, kejahatan dan ketidak
pedulian, sedangkan sosialisme menimbulkan excess / ampas yaitu :
Regimentasi, konformisme, dan kemalasan karena setiap
individu dapat sepenuhnya menyandarkan hidupnya kepada
masyarakat, menghasilkan lebih sedikit dari kebutuhannya, dan mendapatkan
kekurangan-nya dari Masyarakat, juga watak dasar sejak dalam kadungan ibunya,
yaitu egoismenya toh masih lekat.
Jadi
watak manusia yang didapat sesudah lahir dan ternyata kebersamaan lebih bisa
menjamin kelangsungan hidup species Homo sapient, toh akan selalu diselipi
dengan watak dasar dari sebelum lahir, dalam setiap individu. Maka itu
pelajaran para Nabiullah dasarnya selalu
mempersiapkan perilaku setiap individu, menggugah dari hatinya, dari jiwanya, dari
rasanya dengan cara apa saja, baik gerak ragawi maupun tuntunan dengan kalimat
kalimat petunjuk Allah yang bisa
menyentuh bathinnya, diberi contoh dari sunnah Nabinya, bahwa kepentingan individu akan lebih berharga di alam baka nanti, harus dicapai bila hidupnya menuju ke
rakhmatan lil alamin. Itulah maka sangat
diperlukan ajaran agama agama besar untuk menyadari bawa manusia hidup untuk
manusia lain juga, bukan dari keringat manusia lain.
Hidup
dengan nama Allah yang maha Pemurah dan Maha Pengasih, setiap individu sebagai
rakhmat/ berkah Allah untuk seluruh Alam.
Sudah
begitu jelas, seorang ahli ilmu yang berlindung dibawah agama, dosen ilmu politik sang
sangat sukses dari kepiawaiannya berpolitik, ex ketua partai ber-azas memperjuangkan
pengajaran agamanya, masih menutup nutupi, secara memalukan berlagak tidak
mengerti asal usul uang donasi puluhan kali sampai bernilai enam retus juta rupiah dari satu donatur saja, konon bukan hasil perbuatan haram aggauta partainya, tapi dari usahanya mejadi tukang pijat, khusus dipisahkan dari hasil KKN di Kementerian, yang ini tidak didonasikan. Bagaimana seeorang petugas partai memperalat
partainya mendapatkan uang haram dan tidak didonasikan kepada sang ahli ilmu ex ketua partai, sugguh fatsun politik yang sangat terpuji, ndak rugi ajaran dari dosen POLITIK kelas wahid, apalagi bila dipraktekkan oleh seluruh pengurus partai dan menjadi tradisi. Mesti
saja bathilnya tidak sejelas perkara daging sapi. yang sangat semata mata membangun kartel daging sapi LHI dan Fa.
Sang ex ketua secara memalukan ngotot bertahan secara juridis formil, bahwa donasi yang
sampai ratusan juta dan bukan anonym, sama sekali halal, kroninya sesama aliran juga secara koor mendukungnya, bisa menunjukkan kwitansi dari sekain banyak (jutaan) pasien yang dipijat, dari semula sang imuwan ilmu sosial dan agama bekas ketua, sebagai dosen ilmu politik, mestinya mengerti bahwa donasi
begitu royal itu asalnya bukan dari perbuatan bhatil yang dilarang agama, tapi dipisah sebagai hasil keringat jadi tukang pijat, bisa ratusan ribu tanda tangan kalok perlu diatas materai enam ribu rupiah. Kok tega
teganya, menistakan tujuan yang begitu mulia dengan menerima "donasi" dari hasil korupsi ?, dasar sudrun. Akan terlalu sibuk bila massanya dikerahkan buat persekusi dan demo di Pengadilan, polisi dan umum tidak takut, tapi risih.
Aku
menjadi saksi puncak pertentangan antara dua sisi ini bukan
saja dimedan intelektual dan emosional tapi juga dimedan fisik, hasil manipulasi informasi sampai terjadi pembantaian, peyiksaan, kesewenang- wenangan ,
memenjarakan tanpa batas waktu, dan lain perbuatan keji. Gara gara tindakan
exstreem dari kedua fihak, tanpa rakham dan rakhim. Gara gara pemegang peran utama dalam hasil pembentukan moral manusia, sang ahli agama pemimpin ummat masih mendua antara ajaran yang dianutnya
dan perbutannya ya seperti contoh diatas.*)
0 comments:
Posting Komentar