Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 02 Juni 2017

UCAPKANLAH DENGAN HATI

UCAPKANLAH  DENGAN HATI.

Kakek moyang saya, mengajarkan kepada kami dari mulut ke mulut, tidak boleh ditulis, kena apa ? akan menimbulkan perbantahan yang tidak ada habisnya,  sudah enam keturunan hingga saya. Suatu  ucapan dalam bahawa Jawa. Dalam ilmu sastra jenis  rangkaian kata ini digolongkan dengan ikatan puisi, seperti yang ditulis dalam buku Sastra bahasa Indoneia. Ucapan orang yang memulai menyadap nira dari mayang  bunga kelapa atau mayang tandan bunga enau, sebelum tadan ini mekar. Tandan bunga dipersiapkan dengan memukul mukul tandan muda ini sampai lemas, tapi tidak luka, tidak hancur, tandan mayang yang tegak keatas  dibuat supaya bisa dilengkungkan ke bumbung, tanpa merusak  sistim jaringan penyalur hara terutama glucose dan sucrose dari pangkal kepucuk tandan bunga  yang kemudian akan dipangkas ujungnya.  Beberapa saat kemudian ujungnya di  pangkas dengan pisau yang sangat tajam agak miring, trus dimasukkan ke bumbung penampung air  nira yang menetes deras. Mantra yang merupakan kebudayaan puisi kuno bunyinya:

Asalamu’alaikum.putri seludang besar,
yang beralun bersisir semayng,
mari kecil, mari,
Aku menyanggul rambutmu, aku membawa  sadap gading…………..
Dari : Saralaras.w.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-dan- conntoh-mantra-html
Jelas pekerjaan menyiapkan seludang bunga enau/kelapa yang masih muda  dengan seludang tertutup,sangat sulit, karena harus membuat tandan itu lemas  tanpa merusaknya. Sambil  bertengger diatas pohon disela sela pelepah daun yang puluhan meter tingginya. Si penyadap perlu sangat hati hati dan berkonsentrasi, supaya kedua tangannya bisa bekerja meremas lemas tandan bunga yang masih dalam seludang , yang keras dan mudah patah, mudah remuk ini.
Sedang di Jawa paninggalan zaman penyiaran islam pada abad kesebelas, dimana seluruh Jawa masih mengikuti kebudayaan Hindu sebelum Majapahit. Ada penegasan niat yang diturunkan dari mulut ke mulut oleh ulama Islam kepada muridnya, bila akan mengawali pekererjaan penting, misalnya akan berangkat merantau jauh  dengan waktu yang tak bisa ditentukan, akan berangkat perang, dsb.  Perlu memperkuat tekad dan mental, bekal yang  diberikan  oleh sang guru/ kiai adalah wajar, tentu saja do’a dalam bahasa jawa yang dimenegerti oleh sang murid.:
Ashadu sahadad Hati, sira aja lali lali Hati, pecat mati aja lali.
Dari:  Idesubagyo blogspot.com.
Kedua Ucapan tekad itu  dalam sastra dimasukkan dalan katagori puisi kuno, mantra, yang dalam Islam ditiadakan kecuali do’a dari Al Qur’an atau Al Hadist yang sahih.
Namun,menurut hemat saya, dari sepuluh abad yang lalu, para Ulama yang mengajarkan Islam di Nsantara kepada masyarakat Hindu, juga mengikuti adat tata cara Hindu dalam menyatakan niat, menjatukan tekad, berkonsentrasi  dengan mantra yang umum di kebudayaan mana saja misalnya di legenda Harry Potter, yang digemari para remaja masa kini , berupa  spells atau curse, sebangsa ucapan magic  dalam Ilmu bahasa juga termasuk mantra, contoh:
Asparicium !! – artinya hilang/menghilang, atau  Avada kadavra !!:  artinya matilah kau.
https//id.wikipedia-org/wiki/daftar-mantra-dalam-Harry-Potter
Lain halnya dengan  apa yang diberikan oleh ulama kuno di Jawa  sepuluh abad yang lalu – melulu untuk mengikuti aliran pikiran masa itu, Satu momentum saat itu memang  sengaja diajarkan dengan jelas oleh para ulama waliullah tanah jawa kala itu, bahwa kalimah syahadat atau kalimah dua itu, pada saat yang tepat diajarkan kembali  karena merupakan azas utama dari ilmu makrifat/ tasawuf, diucapkan oleh sang murid dengan   HATI : Ashadu-alailahailullah waashadu’ana Muhammadarasulullah , juga harus diutarakan dengan HATI, bukan dengan mulut saja,  jadilah bobot sebenarnya dari pengucapan niat itu ( sebelum melakukan perjalanan jauuuh, bahkan menuju alam kematian) , wanti wanti agar HATI tidak lupa, itulah azas pokok kalimah syahadad. Juga azas ilmu makrifatullah/ tasawuf
Begitulah ajaran para Waliullah tanah jawa, menjajari kepercayaan  kuno yang sudah banyak ditukangi oleh rekayasa sosial - Dengan ilmu makrifat/tasawuf, agar sang murid lebih menghayati  ISI  kalimah syahadad dengan HATI,  daripada  KULIT berupa sekedar ucapan, setara ucapan  dan ritual agama agama sebelumnya. Betapa bijaksananya para pendahulu kita berabad abad yang lalu, dalam mengajarkan Islam yang baik. Beberapa abad kemudian kalimah syahadad, yang mendahului orang masuk islam, tidak dimantabkan sampai hati. Lalu sebagian umat islam menganggap mereka jadi kafir lagi, karena  beda dalam penampilan,  beda dalam memberikan title  pada junjungan  Rasulullah SAW,  malah mereka bertengkar hebat, saling mengejek ( dalam serat Gatoloco, Dharmagandul dsb, bahasa Jawa)
Sekarang perhatikan bagaimana sejarah berulang, ordebaru meneriakkan  KEBHINEKAAN NKRI, UUD 45 dan Panca Sila, dalam P4,  hanya dwifungsi yang  berhak secara sahih menjabarkannya  dengan mulut dan pikiran, dicekokkan kepada rakyat, hasil upaya  orde mulut yang mendua ini, dengan hatinya  yang korupt……. gagal. 
Ribuan triliun rupiah jutaan jiwa sudah dikorbankan untuk melestarikan kekuasaannya, bertahan selama sang jendral kuat, selama 32 tahun saja.
Reformasi dengan Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Rakyat didorong dorong OLEH NAFSU SESAT satu kelompok dari bangsa ini,  ke jurang pertentangan dan perpecahan  dengan maksud supaya menganut khilafah Super state ISIS dan NKRI jadi bubar,  demi dominasinya terhadap masyarakat Negeri ini.  Ujung ujungnya menyatukan fund and forces menurut kemando ISIS saja. Demi bekal berunding minta tambah bagian-nya dari  harga minyak mentah. Tidak peduli akibatnya terhadap kehidupan rakyat Negara lain. 
Jangankan bagian dari minyak mentah, sebagian besar dari dana haji  yang membanjir setiap tahun saja ya di pakai untuk kepentingannya sendiri di Saudi Arabia sana. Memang kita tidak boleh menilai secara stereotipe, tapi watak egois memang dominan diantara mereka. Seorang pangerannya  lewat, terjadi kekacauan diantara ratusan ribu calon haji pejalan kaki berjubel di trowongan dengan banyak korban saling  injak. Begitulah tingkah mereka yang tidak memakai hati.
KEBHINEKAAN NKRI, UUD 45 dan PANCA SILA YANG MENJADI LANDASAN  mengangkat Pimpinan Negara ini,  timbul oleh pilihan rakyat, seluruh Negara.
AKU YAKIN RAKYAT  INDONESIA YANG BHINEKA INI, BERTEKAD MEMPERTAHANKAN NKRI, MEMPERTAHANKAN UNDANG UNDANG DASAR 1945 ( SATUSATUNYA JALAN MENUJU KESEJAHTERAAN HIDUP BERBANGSA), MEMPERTAHANKAN PANCA SILA (SATU SATUNYA KEMUNGKINAN SARANA JALAN KESELAMATAN BERSAMA)  -  DILANDASI OLEH PENGUTARAAN  TEKAD  YANG BULAT DARI HATI  SETIAP WARGA  MAYORITAS NEGERI INI.  JAUH LEBIH AMPUH DARI SEKEDAR  AJARAN UCAPAN BAI’AT  YANG DI SESATKAN OLEH MEREKA YANG  NIATNYA MENDUA, LAIN DI UCAPAN LAIN DI HATINYA. BUKTINYA SI HABIB  LARI DARI TANGGUNG JAWAB  AKIBAT PERBUATANNYA YANG SEPELE SAJA*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More