Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 09 Desember 2015

KUWALAT, FENOMENA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

KUALAT ATAU KUWALAT– YANG ARTINYA LAIN DARI DOSA, LAIN KARMA, LAIN DARI  KENA KUTUKAN.
Di  google, Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan sebagai “ kena tulah”, bukan dikutuk.
 Apakah sebenarnya kenyataan fenomena ini ?
Sebenarnya, saya selalu menghindar dari keinginan untuk berbagi dengan pembaca saya,kok sepertinya bicara mistik saja, ternyata pengamatan saya mengenai fenomena ini, yang artinya kurang lebih “kena musibah” akibat dari perilaku seseorang terhadap orang lain, atau makhluk lain yang di dholimi. sengaja atau tidak sengaja. Kita sebut dia kuwalat, atau “kena tulah”, diluar kemauam si korban kdholimannya.
Rupanya keinginan saya untuk berbagi dengan pembaca mengenai hal ini, tidak bisa saya bendung, sebab saya temukan dari pengalaman hidup yang sudah 78 tahun ini, fenomena kualat  ini ternyata ada, dan sangat menyedihkan bagi yang kualat itu, sebab dia tidak menyadari ke --dholiman-nya dan dholim kepada siapa selama masa lalunya itu.
Kualat ini bisa mengenai pelaku siapa saja, orang sebagai entitas individu, atau personifikasi  berbentuk perkumpulan atau kelompok orang.
Lha sekarang, siapa yang bisa mendatangkan “walat” ini ?
Menurut pengamatan saya adalah orang atau kelompok sekumpulan orang, yang TULUS dalam sebagian besar hidupnya, meskipun didholimi. Rupanya ketulusannya sudah tersifat didalam dirinya.
Misalnya bapak ibu  bisa  “ malati” ,  guru guru, orang tua yang sudah pikun, mertua perempuan bisa  “malati” terhadap menantu perempuan, golongan masyarakat yang memandang rendah dan melecehkan golongan lain yang hidupnya tulus, bisa kuwalat !
Mau contoh ?
Seorang noni Belanda, selama perang Pasifik jadi tawanan Jepang, sangat menderita lahir bathin, selama pendudukan Nippon Hokokai. Pada akhir kekalahan Jepang perpaksa mondok di keluarga Petani miskin dekat kota Salatiga, dan si noni ini sangat kagum dan berterima kasih atas perlakuan sederhana namun tulus dari keluarga petani yang tak bernama ini, dia kualat pada inlander yang dia rendahkan.
Golongan yang karena pembodohan yang sistimatik, telah membabat habis guru guru desa tahun 1965, golongannya sampai sekarang membuat apa saja di masyarakat tidak berbuah, kerdil terbelakang, jadi gurem, mereka kualat. Sebab profesi guru yang dikerjakan dengan ketulusan  mengajari anak anaknya sudah dia cederai, meskipun tanpa dosa
Orde Baru, yang dengan segenap keperkasaannya, mendholimi korban korbannya  yang pengikut Bung Karno, dianggap mengikut pemberontakan G30S  yan mereka fitnah, padahal mereka setulusnya mencintai Negara dan bangsa ini.  Penerus Orde Baru telah kualat sekarang, membuat apa saja tidak jadi, jadi gurem, dengan Satria Novianto Gurem di pergaulan bangsa, sudah mendapat cap tanpa etika, berprilaku tengik di Dewan Kehormatan DPR RI,  mereka telah kualat mempertontonkan perilakunya yang tengik didepan rakyat banyak, tanpa disadarinya, mereka telah kualat.
Mertua, yang ngebela belain kepada keluarga yang terdampar di perlindungan mertuanya, memperlakukan dengan tulus layaknya keluarga darah dagingnya, menghembus hembuskan kebencian anak anaknya kepada mertuanya yang menerima keluarga mereka dengan setulusnya, dengan segenap pengorbanan dan kekurangannya, setelah anak- anaknya sudah dewasa telah berhasil sebagai anggauta masyarakat yang terhormat, malah memperlakukan sang ibu dengan penuh curiga apakah kepikunannya di buat buat, dan tidak ada rasa hormat yang tulus dari menantu meantunya, istri/suami dari anak anaknya. Meskipun keadaan ibu yang sudah pikun ini memang memprihatinkan, kualatnya tidak pernah disadarinya. Kegagalan rumah tangganya bukan diterima sebagai cobaan Allah, tapi melulu kesalahan mertuanya, ipar iparnya, yang tidak pernah membuat keluarga si ibu dalam cobaan ini, menderita.  Sayang sudah tidak bisa disadarinya lagi.
Makanya wahai menantu perempuan, jagalah perilaku anda sebagai saingan alami dari mertua perempuan anda, bagaimanapun sang mertua perempuan adalah ibu dari suami anda, seperti anda adalah ibu dari putra putri anda, ibu mertua anda juga berhak untuk diperlakukan dengan respek oleh suami anda, dia sekutu anda bukan saingan anda. Apabila mereka tulus, sungguh anda harus bisa mengerti, sebab mereka malati*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More