TAHUN 2010, TERNYATA GREECE
DAN
ITALIA, TERMASUK NEGARA MAJU ANGGAUTA UNI EUROPA - BANGKRUT ?
Saya seorang Agronomist,
pengertian saya mengenai ekonomi, apalagi ekonomi finance global sangat
terbatas. Akan tetapi berhubung seluruh dunia geger, sampai sampai CEO yang
menguasai uang yang ada seluruh dunia ini diwawancara oleh CNN, apa yang akan
mereka lakukan di Club mereka saat ketemu di Davos Switzerland kini?
Soal pertemuan kota Davos di
Swiss dengan Obama, saya tidak tahu, wong CNN saja ya belum menyiarkannya.
Tapi yang jelas kata “bangkrut”
yang bahasa kerennya “bankruptcy”, kami tahu sekali, bahasa petaninya “puso”,
artinya seluruh modal milik petani dipergunakan untuk ongkos tanam dan
pemeliharaan. E…e… ternyata panennya habis diserang hama atau penyakit tanaman
dan utang ndak terbayar.
Yang ini terjadi di Europa
dimulai dari Greece (Yunani), kemudian Italia kemudian Perancis mulai kesulitan
pancairan dana besar, sebelumnya Inggris berjaga jaga agar duitnya di Bank awet
liquid segala pos pengeluaran diketati, termasuk dana pendidikan.
Di berita TV sedunia rakyat pada
demo, karena mau atau tidak obatnya hanya satu yaitu “austerity measure” bahasa
petaninya hidup sangat hemat, makan sekali-sehari.
Ndak percaya ?
Tahun 1975-an dan tiga tahun
berikutnya ada hama padi wereng coklat (Nilaparva lugens L) yang sekaligus
menjadi vector virus kerdil rumput (grassy stunt) dan wereng lainnya,
menghancurkan panen habis-habisan, petani kelaparan, hanya mampu makan sangat
sederhana, bahkan bonggol/umbut pisang direbus sekedar menangsal perut, bahasa
kerennya “super autere measures”
Tapi ini aneh, Negara Europa, seperti Greece, Italia, bukan negara berkembang,
termasuk negara maju, sudah bebas buta huruf, kematian ibu dan anak sangat
kecil, harapan hidup tinggi. Gini rationya hebat, rata rata 1% penduduk menguasai 70% kekayaan Negara !
Kok Bank Sentralnya bangkrut,
anak pinak bank-bank di bawahnya sudah tidak bisa mengembalikan uang orang.
Pantasnya Negara yang sudah maju
ini (wong negara Turki saja tidak diterima masuk kok) seperti negara negara
Europa yang tergabung dalam Uni Europa, bank-bank sudah ratusan tahun
beroperasi, punya batasan batasan hukum supaya bank itu tidak sampai terkuras
habis oleh resiko apa saja termasuk KKN. E..e.. kok malah bangkrut.
Bila analisa dilakukan menurut ilmu dan istilah perbankan orang akan pusing
tujuh keliling, sebab yang dinamakan harta bank itu ya “activa” bank semuanya,
adalah semua activa itu yang bentuknya macam-macam termasuk piutang yang
nagihnya mudah dan activa dengan kesulitan menagih sendiri-sendiri yang telah
diperhitungkan.
Semenjak Perang Dunia II seluruh
Europa telah berubah, “demokrasi” nya telah menyentuh rakyat bawah yang
ternyata telah mati matian dengan gagah berani dan pengorbanan yang besar, ikut
mengusir Nazi Jerman jadi Maquis. Partizans, Resistance, bekerja sama dengn
Sekutu.
Kaum menengah dan menengah atas
sesudah itu mulai peduli dengan kesejahteraan golongan bawah, buruh berkerah
biru dan buruh tani- timbul aturan pemerintah yang melahirkan welfare country.
Lha memang dua negara yang Bank
Sentralnya bangkrut ini termasuk negara yang tertua dalam segala hal, termasuk
susunan hunian, jalan-jalan di kota kotanya dan sistem sanitasinya, bayangkan
bila harus dimodernisasi sekaligus semua.
Jadi setiap politisi harus
mengikuti zaman, pemilihan Presiden pemilihan Gupernur dan Walikota pemilihan
anggauta Parlemen dan patai-partai, para politisi calon-calon ini selalu
berkampaye tentang kesejahteraan rakyat, lha akhirnya kan ditagih, dan umumnya
mereka sudah mengenal penyelenggaraan “welfare societies/welfare countries”
semenjak Perang Dunia II, artinya memberi kesempatan rakyat untuk hidup layak,
dengan upaya negara.
Jadi bila Politisi hutang pada bank dengan jaminan bangunan Kantor
Municipalities, gedung Kementerian untuk bikin betul WC di rumah sakit, got
pematusan seluruh hunian se-negara, bikin rumah sakit buat orang tua-tua itu ya
memang dari hati nuraninya, didukung secara aklamasi oleh Parlemen-nya, wong
DPR RI saja bikin betul WC di gedung DPR nya dengan onkos 300.000 Euro, lha
disana bikin baru semua jamban fasilitas umum, bikin jalan dan jembatan di
desa-desa mereka yang habis kebanjiran sekolahan desa yang tidak mudah roboh,
sangat mahal, memang budaya mereka sudah tinggi.
Lha kemudian kini duitnya
orang-orang kaya yang sejak dulu dititip di bank terambil oleh keperluan
mendesak itu.
Kebetulan mendadak saja ada prospect baru, meniru tuan Sachs dari US membeli
logam mulia besar- besaran, Jadi rush, oleh orang orang superkaya untuk penanaman modal di lain tempat dan para
marquis-marquisse dan baron dan baroness, para mister Onasis dan para
Papapuolos, Duke Paganinni dan Signor Ferrari menarik uangnya dari bank-bank
itu - lho uangnya sudah tipis dipakai untuk membeayai infra structures kota dan
desa, (tentu saja tidak seperti desa di Mesuji) tidak cukup, sedangkan yang sangat penting,kiriman
devisa US dollar dari TKI (I -artinya Italia ) dan TKG (G- artinya Greece)
susut banyak karena USA juga lagi krisis juga, maka bankrutlah bank -bank di
sana, sementara itu. Ini pengertian fantasi saya.
Seperti biasanya IMF menganjurkan “super austere measures” kayak petani kita,
makan umbut pisang, tidak diterima rakyat, mereka bilang kami bekerja, products
kami laku keras (lihat tas Gucci dan cosmetic dan minyak wangi dibeli
dimana-mana, sepatu Bally kami selalu dipakai anggauta Dewan Perwakilan Rakyat
RI) kok kami yang harus “puso” artinya puasa juga seperti petani Jawa Bali dan
Sulawesi ?
Begitulah pengertian seorang
Agronomist, sangat sederhana.
Pengertian mayoritas kaum menengah dan menengah atas di Europa, menyangkut
pengaturan pendapatan Negara sudah bisa menjejelaskan pengertian idelogi
kapitalis di bawah ini :
IDIOLOGI KAPITALIS
Para Ideologist Kapitalisme
selalu dengan bangga menggaris bawahi bahwa kemajuan yang dicapai umat manusia
setaraf sekarang ini adalah berkat berlakunya hukum pokok yang disakralkan oleh
Ideologist Kapitalisme :
“Hak milik pribadi atas modal dan
alat produksi tidal boleh dibatasi oleh apapun kecuali oleh kemampuan manusia
itu sendiri untuk menguasainya.”
Memang masyarakat yang berbudaya
harus bisa “melindungi” hak milik pribadi setiap anggautanya, mengenai hal ini
masyarakat Dunia sudah sepakat bahkan oleh mereka yang masih hidup sangat
sederhana.
Mungkin hukum ini didapat dari pengalaman manusia jutaan tahun, bagaimana
mereka harus mempertahankan hidup, bukan dalam hubungannya dengan species lain,
tapi dalam hal “hak milik pribadi” ini khususnya nenyangkut hubungan dengan
speciesnya sendiri.
“Homo homini Lupus” adalah
ungkapan sarkastik dari cirinya yang berbunyi :
“ The might is right” bagaimana
pahitnya pengalaman masyarkat manusia sepanjang sejarahnya menghadapi prilaku
sesama speciesnya yang merampas makanan, anak istri/suami, perangkat pakaian
pelindung badan/tubuh dari cuaca dan menghancurkan tempat berlindung
keluarganya, juga kebebasannya seumur hidup dan hidup anak cucunya di bawah
perbudakan.
Dengan demikian bahkan membela
hak milik pribadi diasosiasikan dengan “hak membela diri” untuk “mempertahankan
hidup”. La iya lah, sampai disitu seluruh kemanusiaan setuju.
Dalam satu cerita dari sosok tokoh fiktive yang melegenda dari Masyarakat Dunia
Baru duaratus limapuluh tahun yang lalu di Amerika Serikat digambarkan dengan
indahnya bagaimana Pengacara Daniel Webster membela seorang Petani yang
bangkrut yang terpaksa menggadaikan jiwanya kapada sosok Syaitan, saat jatuh
tempo, di Pengadilan sistim Anglo Saxon ini Si Syaitan dengan Dewan Juri yang
terdiri dari roh-roh Penjahat dan Pembunuh kelas kakap yang pernah hidup di
Amerika Serikat, didatangkan langsung dari Neraka ........dan Juri-juri itu
pada akhir pembelaan Daniel Webster yang menggambarkan bagaimana si Petani
malang itu harus mempertahankan hidupnya dan keluarganya dengan mengerjakan tanah
yang berkali kali puso, sehingga terpaksa menggadaikan jiwanya kepada sang
Syaitan, Dewan Juri yang terdiri dari roh-roh orang Amerika yang nenek
moyangnya hijrah ke sana untuk memperbaiki nasib, para Juri ini telah
tergelincir jadi manusia yang sudah dianggap sekutu oleh Syaitan sendiri, malah
pada mengeloyor pergi tampa keputusan sambil menundukkan kepala, langit keburu
kemerahan di ufuk timur, sudah pagi, si Petani itu harus dibebaskan demi Hukum,
karena dia terpaksa menggadaikan Jiwanya untuk mempertahankan hidupnya dan
keluarganya.
Begitu hebatnya hak
mempertahankan hidup itu dimaklumi, bahkan oleh mereka yang dalam hidupnya
hampir tidak berhati nurani seperti para Juri yang langsung datang dari Neraka
itupun tahu.
Karena bagaimanapun mereka dulu
juga Manusia.
Yang dilupakan atau sengaja ditutup-tutupi oleh Para Ideologist Kapitalisme
itu, sekarang ini “hak milik pribadi” sudah menjadi hak atas tumpukan segala
kebutuhan hidup manusia yang di hak-i oleh beberapa gelintir manusia dan
diperoleh dengan segala cara, “hak milik pribadi” macam ini tidak ada sangkut
paut dengan “hak mempertahankan hidup” seseorang tapi bahkan mengancam seluruh
bentuk kehidupan sangking srakahnya, itu namanya ya CAPITAL dengan huruf besar
yang daya hidupnya dilahirkan dari pemikiran Kapitalisme, dengan hukumnya yang
mutlak tidak bisa di amandemen oleh DPR manapun apalagi oleh DPR RI yang sering
tidur dalam sidang sambil meRoyan dan tidak lupa mengucap Al Amiiiin, sesudah
terima gratifikasi.
Hukum Hak Milik Pribadi itulah
azas dasar Kapitalisme ini dibela mati-matian oleh kampanye yang gencar dan
terencana, didukung oleh semua cabang ilmu, bahkan dicoba juga lewat
agama-agama di seantero Dunia Kapitalis.
Faktanya Allah menciptakan
Manusia tidak sama.
Sudah ribuan tahun yang lalu
fakta ini digunakan oleh ras Arya mendapatkan pembenaran dari “dominasinya
terhadap ras Dravida sebagai kasta Brahmin yang Aria diatas kasta Sudra yang
Dravida , di Anak Benua India.
Kaum Aria yang kasta tertinggi Brahmana dan
Ksatrya memberi peluang pada kaum Sudra untuk naik tingkat menjadi kasta
Ksatryia atau Brahmana setelah dia mati. Mengadalkan inkarnasi, hidup kembali
menjadi ksatryia atau Brahmana apabila mereka taat membersihkan kotoran
manusia waktu masih nidup menjadi sudra - lantas siapa Hindu yang tak
percaya nurut iman mereka ?
Kini siapa yang nggak tahu akal
akalan ini bahkan di India sendiri.
Ada segolongan Ideologist Kapitalis yang menggali hukum-hukum Biology,
mengemukakan bahwa persaingan untuk mendapat makan dalam satu Species akan
lunak bila alam sedang memberikannya secara melimpah, akan tetapi akan menjadi
ganas – saling membunuh bila sumber makanan menyusut dan menjadi langka. Ini
juga berlaku pada hubungan antar Bangsa bahkan antar Negara, karena ini adalah
hukum Alam, jadi ya wajar saja.
Apalah nasib rakyat di
negara yang kaya sumber minyak mentah dikala sumber yang tak tergantikan ini
sudah terasa menyusut ?
(“The lesson of History” oleh
Will and Ariel Durant risalah dari the best seller sebelas jilid dari “The
Story of Civilization” oleh Pengarang yang sama , terjual tiga juta set th
1969)
Sepintas nampaknya memang benar
demikian akan tetapi Ideologists ini lupa apa “pura2” lupa bahwa Manusia itu
meskipun masih satu golongan dengan makhluk Hidup jenis Binatang Mammalia, tapi
bukan golongan Carnivora –pemakan daging - hidupnya sebagai Predator yang bisa
berbuat kanibal karena tidak mungkin makan selain daging, dan juga bukan
Herbivora murni yang tidak mampu mencerna daging tidak mungkin jadi kanibal, tapi
Omnivora yang bisa makan dan mencerna segala organisme dan mineral, jadi watak
kanibal adalah watak “tempelan” kayak Sumanto dari Banyumas itu saja, bukan
seperti gerombolan serigala yang kelaparan yang dibenarkan saling memangsa.
Bahkan sebagai hamba Allah, Islam
mengharuskan umatnya ber-ikrar bila lagi mengawali segala perbuatannya “Dengan nama
Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih”
Bukan bersaing untuk makan satu
sama lain.
Boleh menimbun makanan, energi
minyak tapi untuk distribusi dan konservasi, bukan untuk mencari untung, haram
hukumnya.
Selanjutnya, Ideologists Kapitalis menandai bahwa sebenarnya tuntutan
masyarakat manusia Moderen akan “pemerataan” kesempatan untuk mendapatkan
jaminan kesehatan dan kebutuhan esensial hidup - adalah prakarsa anggauta nasyarakat yang produktivitasnya rendah, Masyarakat kelas bawah yang memang inferior dalam produktivitasnya, akan
menyeret ke arah degradasi kualitas hidup seluruhnya-.
Golongan masyarakat yang superior
menuntut Masyarakat memberikan “kebebasan” untuk berkarya mendorong kearah
eskalasi derajad Kemanusiaan.
Tapi dengan hukum besi ”the
survivial of the fittest” secara individual, lupa bahwa survival “manusia” di
alam ini justru separoh lebih, disebabkan oleh sifat species ini sebagai
makhluk social. kemudian makhluq berfikir, peningkatannya dengan pesat
dari membaca. Tidak heran ini jadi wahyu Allah, sebagai ayat yang pertama di
dawuhkan: " Al Alaq" - Ikroq......
Bagaimana sebenarnya mengukur produktivitas anggauta masyarakat manusia ?
Mengukur hasil akhir dari satu sistim penuh tipu daya, seperti Gayus si pegawai
pajak yang duitnya ratusan miliar atau Cyrus si Jaksa bengkok. Bagaimana
mengukur produktivitas seorang Sufi Ahli Falsafah, Seorang Guru, Seorang Ibu
yang memelihara bayinya?
Memang Manusia sebagai individu tidak akan sama satu sama lain, tapi dichotomi
dengan kriteria inferior dan superior akan diuji apabila ada pandemi virus flu
burung H5N1 apa si Superior akan lebih tahan dari si Inferior? - Jadi apalah
arti pemerataan yang diminta - akan merugikan siapa dan apalah arti kebebasan
bagi si Superior bila sama-sama bernafas dari udara yang sudah penuh dengan
virus H5N1 ?
Si Superior akan membangun Dunia
mereka sendiri yang bebas dari virus H5N1 tapi kapan ? masih butuh modal yang
super kolosal, sementara WHO sudah membunyikan alarm itu H5N1 sudah didepan
pintu.
Ternyata lebih mngkin memberikan
pemerataan sanitasi, isolasi medis dan mengerahkan dana seluruh umat manusia
menghalangi sebisa mungkin penyebaran H5N1, daripada mempertahankan dichotomi
inferioitas dan suprioritas a’la Kapitalisme.
Alhamdulillahi Robbil Alamin.(*)