UANG
DALAM PEMILU INDONESIA. MONEY POLITIK
Yang sangat
mungkin menyelenggarakan politik uang pada setiap pemilu di Indonesia dimana saja, adalah mereka yang punya akses menggunakan uang haram hasil Korupsi, bukan
hasil keringat sendiri secara halal, meskipun dia itu kerturunan Hadratush Syekh
kayak Bupati Bangkalan Fuad.
Mereka yang
jadi balon adalah sosok yang gampang tergelincir, adalah sosok yang sangat
piawai dalam acting, seperti para artis/actress , yang memiliki satu sisi yang bebas untuk bohong diberikan oleh masyarakat.
Di masyarakt
kita yang artis pun belum terbentuk kayak di masyarakat yang sudah tua, artis, apalagi actressnya, secara alami belum terseleksi sebagai seniman, yang umumnya berkarakter.
Yang dikita ini bisa hanya bermodal alami secara lahiriah, cantik dan ganteng. Apalagi incumben, pasti belagu dengan banyak uang. Makasudnya pasti mendirikan dinasti politik, mumpung bisa. KALOK TERPILUIH YA KORUPSI
Penjabat teras yang masih muda cantik dan ganteng, memegang otoritas pengeluaran Negara trilyunan, sangat mudah berubah menjadi actress idola untuk kampanye apalagi dengan uang gampang.
Yang dikita ini bisa hanya bermodal alami secara lahiriah, cantik dan ganteng. Apalagi incumben, pasti belagu dengan banyak uang. Makasudnya pasti mendirikan dinasti politik, mumpung bisa. KALOK TERPILUIH YA KORUPSI
Penjabat teras yang masih muda cantik dan ganteng, memegang otoritas pengeluaran Negara trilyunan, sangat mudah berubah menjadi actress idola untuk kampanye apalagi dengan uang gampang.
Secara
Kedinasan beaya Negara yang besar di level Menteri dan Direktur adalah dalam
bidang "soft ware", karena akan hilang bekas dan berkasnya dengan waktu amat singkat.
Semacam kegiatan kemasyarakatan, kayak yang digeluti oleh Ibu dari Yayasan
Pertamina Foundation yang dengan enaknya membeayai milyaran rupiah untuk pengeluaran penanaman pohon pemghijauan abal abal, dengan organisasi masyarakat abal abal.
Oleh bapak pemilik media cetak yang menilep uang sumbangan masyarakat di
korannya demi menolong korban tsunami di NTT puluhan tahun yang lalu, miliaran rupuah, yang
dia sendiri sudah lupa.
Hanya menunjuk
hutan jambu mete alami sebagai sasaran menghabiskan dan menghapuskan uang
sumbangan milyaran dari pembacanya. Belut ini masih selamat dan tuman/ketagihan, Terakhir salah peran jadi belut listrik, mungkin sesama listrik jadi dia selamat, mobil listrik bodong, wong listrikya dibawa sendiri.
Soft ware yang ternyata makan uang Negara
banyak sekali dan empuk untuk ditilep adalah jenis “penyuluhan” kepada kelompok
rakyat secara Nasional..
Kegiatan Pejabat Pusat dan Daerah yang pasti
finish productnya hanya laporan, banyak foto dan tanda tangan pejabat dan
sasaran ( rakyat atau object) yang
gampang sekali ditukangi. Tanpa merecuki BPK, umpama keadaan jembatan di
seluruh Indonesia, atau keadaan
trianggulasi geodesi seluruh Indeonesia. Yang membutuhkan up date laporan.
Biasanya Pejabat Direktorat sangat kreatip mengadakan anggaran untuk kegiatan ini, yang gampang disulap. Termasuk pejabat dari Bapennas, karena bisa nitip mark up beaya.Pasti dikasih, sebab tahun depan juga berhubungan dengan beliau beliau yang masih muda muda, umurnya panjang, syukur ndak kena stroke karena banyak makan enak.
Biasanya Pejabat Direktorat sangat kreatip mengadakan anggaran untuk kegiatan ini, yang gampang disulap. Termasuk pejabat dari Bapennas, karena bisa nitip mark up beaya.Pasti dikasih, sebab tahun depan juga berhubungan dengan beliau beliau yang masih muda muda, umurnya panjang, syukur ndak kena stroke karena banyak makan enak.
Kegiatan macam organisasi masa yang resmi resmi kayak Pramuka, organisasi mencegah diabetes
melitus, ( tapi bukan mencegah rokok lho), Yang sampai di kegiatannya di lapangan bisa
dihapus tapi beaya dan bukti pengeluaran tetap ada, siapa yang protes ?
Di hulunya pasti besar sekali beayanya, dibawah disulap gampang, uang bisa bagi bagi sedikit, dan disetor buanyak keatas, untuk money politik, siiiiip.
Wong akuntan public sudah acc kok, kemayunya. ( Lha si Akuntan Publik bayaran ini masak ngecek sampai pelaksanaan di lapangan, seandainya ada, bila itu Pramuka, kegiatannya ya ortu diporoti dong, sekolahannya saja sudah lepas tangan)
Di hulunya pasti besar sekali beayanya, dibawah disulap gampang, uang bisa bagi bagi sedikit, dan disetor buanyak keatas, untuk money politik, siiiiip.
Wong akuntan public sudah acc kok, kemayunya. ( Lha si Akuntan Publik bayaran ini masak ngecek sampai pelaksanaan di lapangan, seandainya ada, bila itu Pramuka, kegiatannya ya ortu diporoti dong, sekolahannya saja sudah lepas tangan)
Pokoknya Orde Reformasi ini harus menghapus warisan
kreativitas Pegawainya, mulai menteri Koordinator sampai PNS golongan satu
atau: Ikutkan masyarakat dengan campaign , mesti saja dengan ongkos yang bisa
di tukangi, dasar !!!!)
Paling gampang waspadalah dengan apapun program tingkat
Menteri sampai Direktur. Yan sifatnya soft ware, meskipun wujudnya hanya
surveys, ini mungkin diciptakan buat hasil tambahan, uang perjalanan, untuk ma lima didaerah.
Ingat terakhirnya pak Harto, mau mencetak sawah di
Kalimantan satu juta hectare, semua golongan eselon pusat, menganggarkan
respon surveys untuk menyenangkan sang Raja pikun ini, sebab uang untuk membuat demoplot sehektar-pun sudah tidak ada, hasinya kertas bertumpuk tumpuk diwarisi oleh orde reformasi.
Yang paling menyedihkan masih nongkrongnya disana sistim tipu tipu ini, seperti peternak domba wool bisa mencukur woolnya setiap tahun, tanpa tersentuh pengawasan, gimana ngawasinya wong kegiatan Pramuka dilapangan dan mereka bersekutu dengan ormas yang galak bisa diandalkan dukungannya dengan beaya yang tidak sedikit tentunya, gimana kalok jadi Gupernur sungguhan, Pegawai yang nggak pernah setor bisa di non jobkan to ? Kayak Sang Ratu Khosiah dengan para Jawaranya, dasar.Syukurlah atas kehendak zaman, jeruk dimakan jeruk, tanpa bisa bangkit lagi *)
Yang paling menyedihkan masih nongkrongnya disana sistim tipu tipu ini, seperti peternak domba wool bisa mencukur woolnya setiap tahun, tanpa tersentuh pengawasan, gimana ngawasinya wong kegiatan Pramuka dilapangan dan mereka bersekutu dengan ormas yang galak bisa diandalkan dukungannya dengan beaya yang tidak sedikit tentunya, gimana kalok jadi Gupernur sungguhan, Pegawai yang nggak pernah setor bisa di non jobkan to ? Kayak Sang Ratu Khosiah dengan para Jawaranya, dasar.Syukurlah atas kehendak zaman, jeruk dimakan jeruk, tanpa bisa bangkit lagi *)
0 comments:
Posting Komentar