MENCARI NAFKAH
Sudah menjadi
kewajiban setiap manusia hidup mancari nafkah. Karena dia diberi kebebasan
berbuat. Maka nafkah artinya belanja untuk kehidupan tanggungan-nya.
Allah menetapkan
bahwa setiap hidup ciptaanya sudah diberi rizki secukupnya.
Sebagai tuntunan Allah telah berfirman “Apabila sudah ditunaikan
sholat, maka bertebaranlah dimuka bhumi, dan carilah anugerah Allah ( Al Jum’ah
10)”- google kata kunci rizki )
Rizki sudah ditentukan Allah,
“Dan dilangit terdapat ( sebab sebab) rizki kalian dan terdapat
apa yang dijanjikan kepada kalian. Ad
Dariyat 22)” - google kata kunci rizki
Jadi, rizki mempunyai cakupan jauh
lebih luas dari nafkah. Dua duanya harapannya adalah pemberian Allah. (Syaithan juga mengincar peluang ini untuk menyesatkan makhluq lemah ini)
Manusia diharuskan memilih, cara mendapatkan
nafkah yang halal dan mendapatkan hasil yang halal.
Benar rizki sudah ditakar
oleh Allah, tapi Allah masih memberikan pada manusia hambanya menentukan kualitas rizki ini sehingga nilainya jadi berlipat
lipat berupa barokah kepada mereka yang telah diberi petunjuk jalan yang benar, bukan
mereka yang sesat dan malah dimurkai .
Maka dari itu mencari nafkah dalam
islam, diwajibkan kepada mereka yang masih mampu berbuat menjadi Khalifah Allah
di Bhumi, mereka yang masih berusia produktip, bukan kepada anak anak yang
masih dalam pengampuan orang tuanya, mereka yang sudah uzur.
Adapun rizki harus dicari oleh mereka yang mampu berbuat itu, lelaki dan
perempuan, dengan sadar bahwa bukan kuantitasnya saja tapi juga kualitasnya. Bukan dengan KKN, mencuri, menipu ,dan bakhil, tapi yang halal dan bisa disyukuri dengan amal
ma’ruf nahi mungkar oleh seluruh tanggungan penerima nafkahnya, penerima amal
jariahnya, penerima zakatnya.
Bagaimana seorang muslim/muslimah mencari rizki yang dimulai dengan "Bismillahirakhmanirrakhim", tapi lebih condong ke mencari rizki dengan “ngongso”, pikiran hangkara, menakar pemberian ALLAH dengan kuantitasnya, menakar usaha dngan jumlah modalnya layaknya pasar saham di Wall Street, New York, bukan dengan kesabaran, syukur dari pelakunya, dan fi sabilillah terhadap godaan syaithan yang terkutuk. ? Naudzubillahminzalik.
Makanya tugas para tetua terutama Bapak Ibu, dan Mertua adalah memberi peringatan keutamaan jalan Allah, yaitu Bismillahirakhmanirakhim, dan kewajiban para muda usia dibawah pengampuannya menghargai dan mensyukuri berapapun besar nafkah yang diterima untuk melipat gandakan barokah Allah yang menyertainya amiin *)
Makanya tugas para tetua terutama Bapak Ibu, dan Mertua adalah memberi peringatan keutamaan jalan Allah, yaitu Bismillahirakhmanirakhim, dan kewajiban para muda usia dibawah pengampuannya menghargai dan mensyukuri berapapun besar nafkah yang diterima untuk melipat gandakan barokah Allah yang menyertainya amiin *)
0 comments:
Posting Komentar