9:47 AM
IDE SUBAGYO
KEPADA BANGSA CHINA
Saya menyukai sebagian besar
kebudayaan China,
Sejarah China, cerita melegenda
China, seperti kisah Tiga Netara,
dongeng China seperti Perjalanan
ke Barat mencari Kitab dengan Sun Go
Kong, semua cerita silat bersambung sudah saya a lalap. Waktu masih SMP
saya selalu membaca lebih dahulu majalah Star Weekly yang di bagikan ke langganan hari Sabtu. Supaya saya jadi yang nomer satu membacanya di
keluarga kami, saya jemput teman saya
looper koran yang mendistribusikan majalah itu saban hari Sabtu. Guru ilmu Hayat
favorit saya, di SMP Pak Liem Boen Po,
dari keluarga keturunan China dari Sulawesi. Dokter langganan waktu saya sakit di pengungsian Solo adalah
Dokter Oen, setelah di periksa saja, saya sudah merasa sembuh, bapak angkat saya diwaktu saya sesah pengelola sekalian sopir oplet Ford 6 silinder, Pak Liem, alias pak Wiryo dari Rogojampi.
Waktu seluruh anak benua China jadi Negara Tirai Bambu yang sosialis/komunis,
ada unsur lain yang merasuki sikap bangsa China menurut perasaan saya adalah
kembalinya kebanggaan sebagai bangsa dari Negara Pusat
Dunia ( konon itulah arti kata
China.) Kita menjadi terkooptasi menamai mereka dan keturunannya yang sudah
menjadi warga Negara Indonesia dengan ketururunan
Tiong Hwa. Sebab ada kalanya sebutan China
adalah sebutan merendahkan, satu penghinaan. Meskipun saat itu sampai
sekarang barang barang dari sana selalu ada inskripsi “Made in China” no
problem.
Anehnya, agitasi dan propaganda kaum Komunis China waktu itu selalu dengan berapi api menyebut
Amerika Serikat sebagai MACA KERTAS.
Di kita, waktu itu Amerika Serikat dengan Pesawat B 25 pembom tempur, nun dilaut Arafura Ambon, adalah macan sungguhan dengan pilotnya Mr. Alan Pope telah
menenggelamkan satu kapal cepat dalam
formasi dipimpin oleh Laksamana kita Jos Sudarso. Yang gugur dalam penyerangan
Alan Pope ini. Di kita AS adalah macan
kumbang beneran, dalam kegelapan ada
dimana mana subversi merajalela. Apalagi bila lagi memangsa Freeport.
Lha iya, penyiar radio China bilang AS adalah macan kertas, wong dia jauh
di Peking. Ternyata Penyiar ini ya provokator biasa. Ndak peduli effeknya, rakyat menjadi korban. Pemerintahannya belum mampu menghalang halangi apabila si
macan kumbang terpojok dan menyerang. Kita terlalu jauh.
Sekarang situasinya berbeda, China
sudah menjadi partner AS, sesama Negara kapitalis. Mr. Alan Pope sudah mendapatkan
Freeport tambang emas nomer duanya milik Freeport yang ternyata nakal, tidak mengakui UU pertambangan kita, mengadu
kepada Negaranya Amerika Serikat dan
Presidennya yang ada di belakangnya kebandelan itu.
Seolah olah tidak ada alternatip lagi selain menuruti mereka meberi remah
remah usahanya kepada Negara RI, to hell dengan UU petambangannya. Ya kita berhak cari jalan lain untuk membangun masyarakat kita sendiri dengan cara kita sendiri, tampa diobok obok bangsanya IMF dan World Bank to ?
Lha mbok iya, China sebagai Negara
Kapitalis yang gross national kapital-nya
sangat besar, meskipun tekanan jumlah penduduknya juga sangat besar ini,
agak sabar dan mengalah kepada kita
sedikit. Bersaing dalam memberi kesempatan
kepada kita, sepuluh tahun saja, untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimal rakyat Indonesia yang termiskin, dengan ikut mencegah
para warganya yang menyertai investasi hard wares di Negara kita ini, untuk ngobyek misalnya membangun
kelistrikan dan pelabuhan sebagai kebutuhan minimal rakyat kita yang sudah lama
menderita.
Ikut mencegah warganya bila mereka ikut mencari hasil gaji tambahan untuk kebutuhan secundair mereka, bakerja
secara illegal di sini.
Sebab kejadian ini di blow up oleh
media pemburu dollar kita, ini
menjadikan issue bahaya kuning dengan penduduknya yang sangat banyak menyerbu
ke INDONESIA MERAMPAS PIRING NASI YANG ISINYA TIDAK SEBERAPA BANYAK INI, hanya uutuk lebih cepat bagi beberapa ratus gelintir warganya dari China, hanya untuk menikmati membeli kebutuhan secondair saja.
Mending sekali ini mengalah sedikit, menyediakan tenaganya sendiri sejumlah yang sangat essensial saja, untuk
project membangun hard wares di Indonesia, dengan sendirinya nanti, hasil dari
exploitasi lahan nganggur product
pertanian terutama pangan, akan mengalir ka China dengan stabil cukup banyak
dan harga bersaing, wong kita bukan bangsa
yang aslinya berwatak bakhil, dan tidak kenal terima kasih. Setidaknya on the long
run China tidak melulu tergantung dari gandum Amerika dan Kanada saya, tapi
masih ada beras dari Indonesia, batatas dari Indonesia, casave dari Indonesia,
ikan Indonesia. Sebagai imbangan.
Akan kami pergunakan sebagai
imbangan kesrakahan demi keuntungan besar instan kayak sikap Freeport itu. Sebab memang kita dengan mereka bukan partner apa apa, terlalu tidak seimbang
sebagai teman, menurut mereka cocok sebagai koeli saja. Anda kan ndak begitu
wahai saudaraku bangsa China ? *)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar