.R.M.P. SOSROKARTONO.
IDEALNYA SEORANG
PEMIMPIN DALAM KEBUDAYAAN JAWA
FALSAFAH
HIDUP ORANG JAWA.- SEBAGAI DITELADANI
OLEH
R.M.P.
SOSROKARTONO.
Saya bukan
jawa sentris, saya orang Indonesia, terserah
mau omong apa, tapi kenyataan hidup menunjukkan bahwa iklim dan lingkungan sangat mempengaruhi
watak penghuninya yang telah ribuan tahun turun temurun ratusan ribu generasi tinggal disatu wilayah.
Semua suku pendahulu
di Negeri ini berasal dari satu wilayah penanaman padi, tropikal basah, sejak
zaman batu halus. Sampai zaman perunggu
disusul dengan zaman besi tertandai dari
artefak yang ada, mulai berdatangan manusia dari wilayah iklim lain. Yang termudah mengikuti angin musson barat laut
dari gurun Gobi. Diselingi oleh
pendatang dari anak benua India dari teluk Benggala dengan jumlah yang besar.
Kenyataannya dalan sejarah, perpindahan
kelompok besar sampai 20 000
orang untuk membangun Negara baru datang
dari teluk Benggala sudah zaman awal zaman pertengahan dengan misi menguasai
jalan laut di Samudra Hindia, dan pegembangan agama Budha. Pendatang
dari China, sesuai dengan irama perang dan damai antar negara asal, dan gagal musim di China selatan berturut
turut , tidak pernah dengan orgaisasi besar besaran seperti pendirian wangsa
Syailindra/ Budha.
Organisasi
masyarakat di India sudah dianut sangat
lama, masyarakat berkasta, dengan pengaruh suku Aria yang mendominasi sebagian
besar anak kenua India ke selatan tempat suku Dravida. Kelihatannya sudah sangat stabil.
Sedangkan di
Anak benua China, mereka puas dengan
anggapan mereka, bahwa China adalah pusat Dunia, jadi kena apa harus jauh jauh
pindah. Jadi perang penaklukan sangat tebatas diantara
kerajaan kerajaan di daratan kadang sampai ke Vietnam danThailand. Beda sikap antara
pendatang dari India dan pendatang dari China.
Bagi pendatang China, penguasaan perdagangan sudah cukup untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan. Meskipun belakangan diantara mereka sampai posisi Bupati, baik
diangkat oleh Sultan maupun oleh Gupernur Jendral Belanda..Hasil perkawinan
antara Pangeran Penguasa setempat dengan para putri dari China atau Champa
sering menjadi Raja yang sangat terpuji.
Sedang pendatang dari India waktu itu tujuannya adalah melaksanakn misi penguasaan wilayah jalan
laut, dengan pengembangan budaya mereka Hinduisme dan Budhisme. Makanya mereka memilih Palembang sebagi stronghold
untuk menguasi jalan laut selat Sunda sekaligus Selat Malaka. Brahmana Hindu di Jawa
sering mendukung Orang Kuat setempat yang setia berbakti kepada mereka, menjadi
Raja, bukan dari wangsa Ksatrya India.
Mungkin
pendatang dari padang pasir, juga punya missi sama dengan pendatang dari
India, hanya jarak wilayah dari negeri asalnya sangat jauh dan jumlah mereka
tidak akan bisa banyak, itu saja. Tapi
semangatnya sangat dominan.
Sebenarnya Islam dibawa ke Pulau Jawa oleh
orang dari Yunan, sebelah utara Parsi, masuk wilayah China. Mereka bukan dari Padang Pasir, dan bukan dari anak
benua India dan anak benua China. Coba pikirkan apabila mereka dari Padang Pasir,
pasti kejadian seperi di Sumatra, terjadi juga di pulau Jawa ( Kedatangan utusan dari
Ulama Islam suni utusan wangsa Mamluq dari Mesir), memicu perselisan antara para
pengikut Hamsah Fansuri dan Nuruddin ar Raniri. Munculnya tiga serangkai penyebar
aliran Wahabi dari Arab, pada penghujung abad ke 18, Warga Sumatra barat yang
kembali dari belajar disana, H Miskin, H Piobang dan H Sumanik, memicu perang
Padri, antara kaum Pemurnian islam dan kaum islam Adat, meskipun sudah Islam.
Mulanya Islam masuk di tanah Jawa bersama
dengan kebudayaan toleransi, ( kartel bermoral ) dari pedagang China, dan filosofi hidup dan teknologi ( pencetakan sawah dari rawa sepeti di Mesopotamia) dari Parsi, Jadi pemimpin sangha dari Budha – mudah menerima ( lain dari Budha di Myanmar dengan islam di Bangladesh menyangkut Rohingya), juga oleh kaum brahmana Hindu Jawa karena semua sama dalam memilih
hidup zuhud, daripada kehidupan duniawi yang mewah,(.diwilayah ini sangat nyaman). Khilafah ( politik) dunia Arab, India dan
China, jauh dari kehidupan rakyat
setempat sehari hari.
Hanya,
ketakutan yang mendalam
sampai sampai ketingkat psichosis massal “takut akan kelaparan” berbeda beda
antara bangsa bangsa pendatang itu.
0 comments:
Posting Komentar