ISLAM YANG MENGERTI – ARTI DAN MAKNA DARI AJARANNYA.
Sumanto Al Qurtuby, sorang Dosen di Saudi Arabia, menulis di internet facebook dihimpun musliModerate.com, saya copy paste dibawah ini. Terus terang saya lega membacanya, makanya saya copy paste di tulisan ini biar pembaca blog ini mudah mencarinya di google. Kenapa kok saya interpretasikan moderate dengan mengerti arti dan makna dari ajaran islam, karena dari kakek moyang saya yang kurang mengerti bahasa Arab yang bukan bahasanya ratusan tahun yang lalu, berusaha “mengerti dalam segi bahasa diungguli dengan “rasa” dalam qolbunya. Kebudayaan jawa telah mencapai kemampuan untuk mendapatkan sumber energi yang luar biasa besarnya dari dimensi alam yang lebih tinggi dengan moda teknologi olah bathin, ribuan tahun yang lalu. Sayangnya moda teknologi ini melemahkan entropi dalam senyawa lapisan bhumi, apabila dilatih dengan egoisme yang besar, menimbulkan bencana hebat dengan meletusnya gunung dan tenggelamnya pulau dan benua. Bahkan oleh para Brahmana Tinggi Hindu latihan teknologi bathin ini dibungkus erat erat dengan ajaran dharma, atau hanya dilatih dalam komunitas yang sangat terbatas dan terpencil dipuncak Himalaya oleh komunitas Budha Lamaisme, oleh para Lama yang sangat terpilih telah bebas dari egoisme. Setelah Islam diajarkan di jawa oleh para Waliullah dari Kerajaan Demak Bintoro, ajaran dharma masih erat melekat dalam jiwa orang jawa, dengan olah bathin islami, dilandasi "bismillahirakhmanirakhim" = 2/99 dari Asma Allah yang menciptakan segala alam yang ada dalam olah rasa tasawuf, diwariskan kepada sebagian dari ahlus sunnah wal jamaah. Orang orang alim ini "Anteng mantheng sugeng jeneng" ( RMP Sosrokartono ) yang artinya : Dalam diam, berarti istiqomah ibadah, dalam hidup sangat memegang prinsip kebenaran. Sehingga mampu mentransfer energi dimensi dari alam yang lebih tinggi ke alam kita. Bukan sejenis si "alim pulasan" (serat Joko Lodhang dari R Ng Roggowaresito pujangga kraton abad 19) lain dengan majlis yang ada sekarang, yang sangat egosentris dan tidak berprinsip.
Karena mereka harus toleran terhadap kepercayaan tetangganya orang Hindu, yang memperlakukan mereka sebagai tetangga baik. Merambat kepada perilaku dalam berpakaian, membagi waris, membangun atap mesjid disesuaikan dengan kebiasaan setempat dari petani lahan sawah basah – yang sekiranya tidak terlalu menyimpang dari syari’ah, umpamanya bekerja di sawah menanam padi, tentu saja tidak memakai burkah, meninggikan tapihnya selutut, dulu laki perempuan masih menginang sirih. Konon oleh pendahulu Tuanku Iman Bonjol - masa Tuanku Nan Renceh, menghukum mati bibinya gara gara masih nginang/makan sirih dianggap menodai syari'ah dan dilarang Agama.(encepkuningan blogspot.com. cv.oman blogspot.com) kata kunci kontroversi kaum padri bila bukan karena Tuanku Nan Renceh......)
Sampai sekarang saya masih di terangi dengan pengertian kakek moyang saya yang berusaha menggunakan "rasa” untuk makna setiap surah yang penting, dibaca waktu sholat.
Menggunakan rasa adalah penting bagi orang
jawa, bila digugat oleh para pemikir bahwa "rasa" iru sangat terpengruh oleh emosi, orang jawa bilang ya dibuat"meneb" dulu, kan pelerjaan rumah (PR) orang tua tua zaman dulu ? *)
jawa, bila digugat oleh para pemikir bahwa "rasa" iru sangat terpengruh oleh emosi, orang jawa bilang ya dibuat"meneb" dulu, kan pelerjaan rumah (PR) orang tua tua zaman dulu ? *)
QUOTE :MusliModerat.net - Istilah ‘Wahabi KW’ (KW : Bukan Kualitas Asli) dan ‘Wahabi ori’ (Original) tiba-tiba menjadi populer di media sosial di Indonesia. Ini terjadi setelah Sumanto Al Qurtuby, profesor dari Universitas Al Fahd Arab Saudi menulis istilah itu dalam sebuah tulisan di akun Facebooknya. Sumanto adalah warga Negera Indonesia, sudah tiga tahun lebih dia mengajar Unirversitas Al Fahd Arab Saudi.
;
Sumanto
merasa jengah dengan perilaku sebagian komunitas Islam di Indonesia yang mencoba mencitrakan diri sebagai orang-orang Wahabi, seperti layaknya penganut Wahabi di Arab Saudi. Mereka berpakaian seperti orang-orang Arab Saudi,
memelihara jenggot panjang atau memakai cadar bagi yang perempuan. Tidak
sebatas itu, mereka juga merasa bahwa beragama seperti merekalah yang paling
benar. Dengan mudah mereka menyesatkan atau mengkafirkan orang lain ketika
berbeda dengan dirinya. Mereka juga memandang kemodernan sebagai sesuatu yang
buruk.
Menurut
Sumanto hal-hal seperti itu tidak dia lihat di Arab Saudi, yang merupakan
penganut Wahabi asli. Justru di sana sedang terjadi gelombang perubahan, baik
pemahaman keagamaan, budaya dan gaya hidup.
Menurut
Sumanto, di Arab Saudi saat ini telah terjadi perubahan yang sangat
fundamental. Sudah semakin banyak orang-orang moderat, bahkan liberal yang memahami berjenggot atau memakai jubah sebatas tradisi dan
gaya hidup. Bukan lagi atas dasar alasan mengikuti sunah nabi atau alasan agama
lainnya.
Pada,
awal Agustus lalu Sumanto datang ke Indonesia dan memberikan ceramahnya di Indonesian Conference on Religion and
Peace (ICRP).Usai memberikan ceramahnya Warsa Tarsono dari Madina
online mewawancarainya. Berikut hasil
wawancaranya yang digabung dengan materi ceramahnya.
Melalui
akun Facebook, Anda sering mengkritisi fenomena keberagamaan sebagian kelompok
di Indonesia yang
mencoba meniru-niru keberagamaan orang-orang di Saudi Arabia,
apa yang ingin Anda sampaikan?
Saya
prihatin dengan maraknya kelompok-kelompok keislaman di Indonesia yang sok kearab-araban
atau kewahabi-wahabian, yang saya sebut di dalam
tulisan-tulisan saya di Facebook sebagai WahabiKW.
Saya
mengistilahkan Wahabi KW untuk membedakan dengan Wahabi ori, yaitu teman-teman saya di Saudi yang Wahabinya itu benar-benar asli.
Sejak
lebih dari tiga tahun saya di Saudi, saya melihat ada satu perubahan yang
sangat fundamental di sana. Tetapi anehnya beberapa kelompok Islam di Indonesia justru mencoba meniru-niru orang-orang Saudi. Mereka mencitrakan
diri sebagai kelompok salafi dan Wahabi, padahal tidak pas dan
tidak nyambung.
Di
Saudi sendiri banyak hal yang sudah ditinggalkan, tapi justru para Wahabi KW di sini melakukan hal-hal yang sudah ditinggalkan oleh
orang-orang di Saudi, oleh orang-orang Wahabi.
Murid-murid
saya 99 persen Wahabi, jadi saya mengerti karakter
mereka seperti apa. Ada yang liberal, moderat, konservatif dan
walaupun tetap ada yang ekstrim. Ada Wahabi moderat yang misalnya menjadi salafi. Dia tidak mau mendengarkan
musik, tidak mau melihat film. Tapi itu hanya untuk dirinya sendiri saja. Dia
tidak memaksa orang lain untuk melakukan apa yang dia lakukan. Fanatismenya
sifatnya ke dalam. Teman-teman Wahabi saya banyak yang punya prinsip seperti itu.
Misalnya
masalah janggot. Banyak teman-teman Wahabi yang mengatakan, “Saya berjanggot tapi saya tidak memaksakan orang
lain untuk berjanggot seperti saya. Biarin saja, mereka mau berjenggot kek mau
tidak kek, mau
dipotong tipis-tipis kek. Saya
berjanggut seperti ini hanya untuk saya sendiri.”
Saya
pernah melakukan survei kecil-kecilan terhadap mahasiswa saya yang berjenggot.
Saya tanya apa alasan mereka berjenggot? Jawabannya beragam, dan tidak semua
karena faktor keagamaan. Ada yang beralasan karena kalau tidak berjenggot
merasa jelek dan lain sebagainya. Merekapun menyesuaikan panjang dan bentuk
jenggotnya dengan bentuk mukanya.
Jadi di
sana, masalah berjenggot tidak semuanya karena alasan untuk mengikuti sunah
nabi atau alasan-alasan keagamaan, keislaman. Ini berbeda dengan beberapa
kalangan Islam di Indonesia, masalah jenggot saja
fanatiknya minta ampun.
Ada
contoh yang lain?
Contoh
yang lain dalam hal pakaian. Dalam hal pakaian di Saudi juga telah terjadi revolusi
yang luar biasa. Mungkin hanya sekitar 10 persen murid-murid saya yang pakai
gamis, selebihnya pakai celana training, celana panjang, atau bahkan
celana boxer sebatas
lutut. Dan itu bukan hanya dipakai di kelas; bahkan saat sembahyangpun mereka
pakai celana selutut. Laki-laki kanauratnya
cuma sampai lutut saja.
Saat
ini di Saudi yang ketat memakai jubah itu hanya orang-orang tua, atau mereka
yang berada di pelosok-pelosok. Anak mudanya sudah trendy
banget, sudah mengikuti perkembangan mode.
Orang
yang memakai jubah pun saya tanya, apa alasan mereka memakai jubah? Jawabannya
tidak ada satu pun yang menjawab memakai jubah dalam rangka untuk mengikuti
sunah nabi. Mereka bilang loh memangnya
pakaian nabi 15 abad yang lalu itu seperti apa? Sudah tidak dirpoduksi lagi
sekarang. Jadi mereka menganggap memakai jubah itu bukan sunah nabi, ini hanya
pakaian saja.
Menariknya
ada beberapa murid saya yang berkata kepada saya, “Itu orang-orang di Malaysia,
di Indonesia banyak yang berjubah meniru-niru kami mau ngapain sih?
Ini budaya kami, ini tradisi kami, tidak ada hubungannya dengan sunah nabi.”
Jadi
Anda melihat keberagamaan di Arab Saudi itu sebenarnya beragam?
Yang
kadang-kadang salah tangkap oleh masyarakat luar adalah menganggap Saudi
itu sebagai komunitas tunggal. Semuanya pendukung Wahabi ekstrim, padahal tidak sama sekali. Di Saudi banyak faksi, banyak
kelompok, dan banyak pertentangan.
Saudi
itu secara geografi berbeda-beda.Dan letak geografi itu sangat menentukan pola
pikir, kebudayaan, tradisi dan sebagainya. Sama seperti di Indonesia.
Wahabi esktrim itu memang sangat keras. Mereka ada di Saudi bagian Tengah
seperti Provinsi Al-Qosim yang dulu dikenal sebagai tempat lahirnya Wahabisme.
Kelompok-kelompok ekstrim biasanya lahir dari daerah ini.
Selain
orang-orang itu, Saudi sebenarnya sangat terbuka dengan kemodernan, terbuka
terhadap perubahan dan sebagainya. Itu yang saya rasakan dan saya alami. Karena
itu mengkaji Saudi itu harus betul-betul detail. Seperti saya katakan, kita
harus juga mempelajari letak georafi mereka.
Saudi
di bagian Utara yang berbatasan dengan Jordan, itu sangat berbeda
karakter budaya dan tradisinya dengan Saudi di bagian Timur.
Saya
ini berada di Saudi di bagian Timur. Di Saudi bagian Timur ini telah mengalami
proses pembaratan yang luar biasa. Di sana banyak orang Eropa dan
Amerika. Saudi Timur ini adalah provinsi Assyarqiyah. Di provinsi ini,
Amerika sangat berperan dalam melakukan modernisasi Saudi. Bahkan bisa
dikatakan kemodernan Saudi diciptakan dari sini.
Di sini
terdapat pabrik minyak terbesar di dunia Aramco, yang juga menjadi tempat
kampus saya. Letak kampus saya berdampingan dengan Aramco. Kampus saya ini
dibuat oleh Amerika dan Inggris dalam rangka membantu Arab Saudi melakukan
modernisasi.
Yang
saya tangkap di Indonesia itu seperti yang saya ceritakan tadi, mereka kurang bisa membaca
perubahan-perubahan yang ada di Arab Saudi. Baik sosial, kegamaan dan
sebagainya-sebagainya.
Kita
jangan mudah terhipnotis oleh apa-apa yang ada di Saudi. Apa yang tidak tampak
biasanya itu yang lebih menarik. Mungkin teman-teman di sini menganggap setiap
adzan warung-warung, toko-toko di sana semua tutup. Iya tutup depannya, tapi
belakangnya tetap buka. Kita perlu kejelian melihat hal-hal seperti itu.
Ada
pertanyaan menarik, kenapa sampai sekarang Bahrain itu dibiarkan sekuler
dan liberal?
Tahu jawabannya? Bahrain itu seperti Bogornya orang Jakarta, kalau ingin
apa-apa larinya ke sana. Yang haram di Saudi menjadi “halal” di
sana. Karena itu setiap akhir pekan jalan ke Bahrain itu macet total, persis
seperti kalau mau ke Puncak.
Orang kan
pada dasarnya sama butuh hiburan, meskipun pakaiannya tertutup dia tetap butuh
hiburan. Tapi bukan berarti semua yang ke Bahrain itu niatnya untuk yang
buruk-buruk. Sebagian sekadar refreshing, misalnya nonton film.
Yang
mengalami proses perubahan yang luar biasa bukan hanya Saudi, tapi Arab secara
umum. Orang di sana sudah bosan dengan apa yang mereka lihat. Padang
pasir lagi, onta lagi. Tidak ada pemandangan yang menarik.
Makanya
jangan heran, mereka kalau liburan ke tempat-tempat seperti Hawai, Prancis dan
lain sebagainya. Jadi setiap musim haji, orang-orang datang ke Mekah, ke
Madinah sementara mereka ke Prancis, Hawai dan lain sebagainya.
Orang-orang
di sana sudah kebarat-baratan. Tapi anehnya orang-orang Indonesia malah kesaudi-saudian. Ini kan jadinya kebalik-balik.
Sejak
kapan sebenarnya perubahan di Saudi ini terjadi dan meliputi aspek-aspek apa
saja?
Perubahan
besar-besaran terjadi ya sejak sejak ditemukan lading-ladang minyak. Dengan
penemuan minyak terjadi pembangunan yang besar-besaran. Pemerintah dan
masyarakat Saudi mulai membuka orang-orang luar untuk masuk. Di Saudi sekitar
30 persen masyarakatnya adalah kaum pendatang dari berbagai negara terutama
India, Pakistan, Banglades dan Filipina.
Di
daerah saya tinggal, banyak sekali orang-orang Filipina sampai ada istilah
Manila kecil. Karena memang di sana tempat orang-orang Filipina bermukim.
Mereka membuat toko sendiri, membuka barber
shop sendiri dan
macam-macam lainnya.
Yang
menarik dari orang-orang Filipina ini adalah banyak bencongnya.
Menurut saya memang Saudi adalah tempat yang sangat aman untuk kelompok
biseksual. Makanya banyak kelompok-kelompok biseksual di kawasan Arab, bukan
hanya Saudi. Kenapa? Karena di sana aman sekali. Peraturan larangan berduaan
kan hanya untuk bukan muhrim, kalau untuk sesama lelaki atau sesama perempuan
tidak ada larangan.
Kalau chek
in ke hotel akan ditanyakan mana iqomah-nya. Iqomah itu
kalau di sini KTP. Mereka bertanya iqomah untuk
mengetahui istri orang yang mau chek
in itu. Kalau yang chek
inperempuan masa ditanyakan mana istrinya?
Jadi
perubahan di Saudi saya kira bagian dari konsekuensi logis dari industrialisasi
dan modernisasi di sana yang sudah berkembang sejak 1970-an, ketika ladang-ladang
minyak ditemukan. Ketika terjadi booming ladang
minyak, Saudi membutuhkan banyak tenaga kerja asing. Masuknya orang secara
otomatis berarti masuknya budaya.
Perubahan
budaya tersebut sebenarnya tidak disikapi secara frontal oleh masyarakat di sana.
Yang sering marah-marah itu kan Wahabi-Wahabi ekstrim. Wahabi ekstrim itu maksudnya ulama-ulamanya. Selain mereka itu enggak
ada, termasuk raja-rajanya.
Raja
Fahd itu liberal sekali. Dia sangat American
minded. Barang-barang dan perlengkapan di kampus
saya hampir semua menggunakan pruduk Amerika. Komputer harus Dell, software-software-nya
harus Microsoft. Dan semuanya harus asli, karena kalau tidak asli haram hukumnya.
Jadi
selain perubahan dalam konteks pembangunan dan modernisasi, perubahan di Arab
Saudi juga terkait perubahan budaya dan gaya hidup. Termasuk juga perubahan
tentang peran perempuan.
Ide
emansipasi wanita sebenarnya sudah lama sekali, sejak Raja Fahd, bahkan sejak Raja
Faisal. Sejak Raja Faisal sudah terjadi proses revolusi bahwa perempuan
itu harus mendapatkan peran dalam hal-hal yang sifatnya publik, maka
didirikanlah kampus-kampus khusus perempuan.
Pada
masa Raja Abdullah, perempuan mendapat peran yang lebih luas lagi. Mereka
diberikan hak untuk memilih dalam pemilu. Mereka juga diberikan kesempatan
untuk duduk dalam dewan syuro, dewan yang bertugas memberi nasihat kepada raja
terkait kebijakan-kebijakan politik pemerintah Saudi.
Terkait
gagasan perempuan boleh menyetir mobil, sebenarnya itu sudah lama. Cuma untuknyeneng-nyenengi Wahabi-Wahabi ekstrim, kemudian ditunda, sampai beberapa kali. Meskipun
sebenarnya kalau diberi kesempatan nyetir mereka enggak berani juga. Gawat
sekali nyetir di Saudi, mereka semrawut, enggak
mau di atur. 30 persen kematian di Saudi karena tabrakan kendaraan.
Mereka
butuh legitimasi. Yang kedua adalah bagian dari perjanjian antara keluarga
As-Saud dengan keluarga Muhammad bin Abul Wahab pendiri Wahabi.
Saudi
itu didirikan oleh dua konsorsium yaitu faksi agama dan faksi politik. Faksi politiknya adalah Muhammad bin Saud, yang kemudian menjadi raja, dan faksi agama di bawah Muhammad bin Abdul Wahab, yang kemudian menjadi pengawal agama. Jadi itu
konsekuensi logis dari perjanjian tersebut.
Anda
katakan Saudi saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam
berbagai aspek, termasuk gaya hidup. Tapi kenapa orang-orang Indonesia yang
kuliah di sana seolah tidak melihat perubahan-perubahan itu, dan mereka datang
justru dengan membawa gagasan-gagasan Islam yang
ekslusif, tidak toleran, merasa benar sendiri dan lain sebagainya. Kenapa itu
terjadi?
Orang-orang Indonesia yang kuliah di Saudi kebanyakan mengambil kajian-kajian di bidang
keislaman, khususnya kajian
hadits atau usuludiin. Karena mereka belajar di fakultas-fakultas ini, sudah
pasti pulangnya menjadi Islam tiang listrik yang tegak lurus ke atas, tidak bisa belak
belok.
Bisa
dimaklumi karena di sana buku-buku kajian tentang Islam betul-betul dibatasi. Mereka tidak boleh membaca buku-buku di luar
yang mereka tentukan. Ada semacam indoktrinasi bahwa yang boleh dibacaitu
adalah buku karya-karya atau pemikiran tokoh-tokoh tertentu.
Di
Saudi, di kampus-kampusnya biasanya ada perpustakaan-perpustakaan yang tidak
boleh diakses oleh oleh mahasiswanya, melainkan hanya bisa diakses oleh dosen.
Karena saya dosen, saya bebas mengaksesnya. Dari situ saya tahu apa-apa saja
yang dilarang, subjek-subjek apa saja yang dilarang, pemikir-pemikir siapa saja
yang dilarang. Yang sudah kita tahu misalnya adalah buku-buku sufisme.
Dengan
kondisi seperti itu bisa dimaklumi kenapa mereka kemudian menjadi ekslusif,
tidak toleran dan merasa benar sendiri, contohnya seperti ustad Firanda yang
dikenal oleh Jemaah Indonesia karena salah satu tugasnya memang mengajar orang-orang Indonesia yang umroh.
Ustad
Firanda ini berasal dari Universitas Islam Madinah, universitas tertua di Saudi, didirikan tahun 1961. Kampus
itu didirikan dalam rangka membendung pemikiran Jamal Abdul Nasir dari Mesir,
yang saat itu ingin menjadikan nasionalisme arab, anti terhadap sistem monarki.
Pada
saat itu Jamal Abdul Nasir mengusir semua aktivis Ikhwanul Muslimin dari
Mesir.Yang menampung mereka adalah Arab Saudi. Para aktivis dan
pemikir itu kemudian direkrut untuk mendirikan Universitas Islam Madinah.
Salah
satu tokoh yang terlibat dalam pendirian Universitas Islam Madinah tersebut adalah Syeh Abdul Muhsin Al-Abbad. Syeh Abdul
Muhsin Al-Abbad ini punya murid namanya Syeh Abdul Rozak. Nah Syeh Abdul
Rozak ini punya murid namanya Firanda.
Karena
hubungan guru murid ini Firanda diberi kesempatan untuk ceramah di masjid
Nabawi. Dia kemudian diberi tugas untuk mengajar orang-orang Indonesia yang umroh. Dia ini yang menanamkan kepada jemaah haji Indonesia untuk jangan mengunjungi kuburan Nabi Muhammad.
Dalam
konteks Saudi, kalau ada yang anti terhadap Syiah, memusuhi Syiah pelakunya adalah teroris, atau kelompok ekstrim yang
sifatnya individu. Tidak pernah ada kelompok seperti Front Pembela Islam(FPI)
yang datang dengan membawa pentungan, mengkafirkan dan mengusir-ngusir Syiah. Kalau ada kelompok seperti itu
pasti dibubarkan. Makanya di Saudi tidak ada kekerasan komunal, kekerasan massa
seperti yang dilakukan seperti FPI atau kelompok lainnya di Indonesia.
Di
Saudi kelompok seperti itu akan menjadi musuh Negara. Pemerintahan di sana
tidak mau kerajaannya menjadi tidak stabil, negaranya menjadi kacau. Kekacauan
sosial itu akan membahayakan status quo, akan membahayakan pemerintahan Saudi.
Saat Raja
Abdullah berkuasa, pernah diadakan dialog nasional Sunni –Syiah. Tokoh-tokoh Sunni –Syiahdiundang disuruh bersatu. Raja
Abdullah sendiri yang memprakarsai dialog Sunni – Syiah tersebut. Raja Abdullah juga membebaskan orang-orang Syiah dari tahanan yang ditahan karena sebuah kerusuhan.
Tidak
hanya itu, Raja Abdullah juga memberikan akses kepada orang-orang Syiah untuk bekerja di banyak bidang pekerjaan. Memang Raja
Abdullah dikenal sangat moderat, karena itu banyak orang Syiah suka terhadap Raja Abdullah. Tokoh-tokoh Syiah sangat mengapresiasi Raja Abdullah.
Ada
suara bahwa fenomena gerakan anti Syiah di Indonesia itu
didanai oleh Arab Saudi, apakah menurut Anda ini benar?
Soal
kampanye anti Syiah, saya melihat itu sebetulnya
oknum-oknum dari kelompok-kelompok yang saya sebut Wahabi ekstrim itu. Merekalah yang berusaha melakukan perluasan sentimen
anti Syiah ke berbagai negara. Tapi bahwa itu menjadi sebuah keputusan
pemerintah saya berani jamin tidak.
Saudi
memang berkepentingan dengan Iran, dengan Bahrain, dengan Emirat dengan Kuwait,
Yaman, dan Suriah, karena memang itu dalam lingkaran geografi geopolitik Saudi. Tetapi tidak punya kepentingan dengan Indonesia yang jauhnya minta ampun,
tidak ngefek sama
sekali.
Jadi
menurut saya, kalaupun itu ada, itu dilakukan oleh kelompok-kelompok yang saya
sebut kelompok Wahabi dan Salafi ekstrim. Kemudian kampanye tersebut disebarluaskan oleh Wahabi-Wahabi KW yang ada di Indonesia.
Saya
percaya itu bukan dari politik pemerintahan, tapi semata-mata dari kelompok tertentu,
gerakan-gerakan tertentu yang didorong untuk melakukan gerakan anti Syiah.
Kalau
itu dilakukan oleh pemerintah, kenapa tidak Syiah di sana saja yang lebih dulu diberantas. Kenapa harus jauh-jauh ke Indonesia. Syiah di Saudi ada sekitar 15 sampai 20 persen.
Saya
kira begitu. Tapi bahwa mungkin tesis saya keliru, bisa saja. Saya sampai
sekarang masih belum melihat bahwa gerakan anti Syiah yang ada di Indonesia saat ini bagian dari politik global pemerintah Saudi. Tapi lebih kepada kelompok-kelompok Wahabi KW yang ada di sini.[MadinaOnline]
UNQUOTE.
0
inShare
inShare
Kontak Kami !
Kritik, Saran,
Informasi, Pemasangan Iklan atau Kirim artikel dapat dikirimkan kepada kami
melalui email muslimoderat@gmail.com
Dapatkan Berita Terbaru MusliModerat via
Email:
Berita Terkait
:
·
Kebohongan Ustad
Wahabi dalam Menjelaskan '' Siapa itu Wahabi? ''MusliModerat.Com ~
Wahhabiyyah atau Wahhabi merupakan firqah (sekte) yang pengasasnya bernama
Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat 1206 H).… Read More...
·
PM Prancis:
Salafisme dan Wahabisme Ancaman Nyata Muslim dan PrancisPerdana
Menteri Prancis Manuel Valls. MusliModerat.Com, PARIS -- Perdana Menteri
Prancis Manuel… Read More...
·
Target Mereka Bukan
Syi'ah Yang Sebenarnya Tapi NU KeseluruhanMusliModerat.Com - Target
utamanya bukanlah syiah yang sebenarnya, tetapi adalah NU keseluruhannya.
Indonesia tanpa NU akan mudah seka… Read More...
·
KH Hasyim Muzadi :
Waspadai Syi'ah, Wahabi, HTI, IM, Komunis dan LiberalJombang,
MusliModerat.Com ~ Saat ini Indonesia sudah kebanjiran pengaruh dari luar
negeri baik itu dari segi agama, ideologi, politik,… Read More...
·
Waspadai Buku-Buku
''Sifat Shalat Nabi'' Terbitan Wahabi Disekitar AndaMusliModerat.Com
- Belakangan ini marak buku-buku shalat ala Wahhabi dengan judul "Sifat
Shalat Nabi" yang diedarkan di masyarakat dan dij… Read More...
Siapa Gubernur DKI Pilihan Anda?
Informasi
Terkini
Top Sepekan
Official Page
Sumber :
http://www.muslimoderat.net/2017/02/sumanto-al-qurtuby-kaum-wahabi-di-saudi.html#ixzz4a7i9a7fz
0 comments:
Posting Komentar