MENGARUNGI USIA MUDA YANG AMAN BAGI DIRI SENDIRI, DAN MASYARAKAT SELURUH NEGARA.
Masa muda adalah masa yang
sangat penting bagi yang bersangkutan terutama
bagi masyarakat dan Negara ini.
Orang muda, zaman sekarang diatas usia 17
tahun sudah mampu mengerjakan secara fisik pekerjaan orang dewasa, yang usianya
diatas-dia 15-26 tahun. Tapi beda umur ini juga membedakan kemampuan berfikir analitis secara rasional dan tenang, jauh dari emosi yang melonjak
lonjak, sering berakibat buruk bagi orang lain.
Lain dari zaman yang sudah lampau, sebab para junior belajar pada guru private, segala ilmu dan meditasi, bersama beberapa murid lain yang sering berbeda umur banyak, mereka hidup bersama sang guru, jadi dalam perguruan, semuda apapun dianggap saudara seperguruan, diperlakukan sebagai orang dewasa, kematangan jiwanya lain dari murid sekolahan sekarang.
Tuanku Rao jadi komandan kavaleri umur 16 tahun, kayak Mulan, Joko Tingkir alias Sutowijoyo, Kayak Thio Bu Ki, kayak Pemuda Brahmana dari Mada yang kebetulan jadi Bhayangkari Kota baru Wilwatiktapura lama sekali, mungkin dari usia belasan tahun. Dia, tiga generasi menjadi orang lingkaran dalam pendiri kota, yang baru muncul di bhumi Jawa, Wilwatiktapura. Sampai sumpahnya yang terkenal itu "Sumpah Palapa" Sampai Perang Bubat, sampi zaman cucu dari para pendiri kota itu, yang sudah menjadi Ibu kota kerajaan Majapahit.
Keguncangan yang hebat masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa, setelah Presiden Sukarno digulingkan, sangat mempegaruhi masyarakat secara luas, sering sampai tidak diperkirakan, sebab dilaksanakan dengan terror masal terutama di pulau Jawa di tahun 1965.
Anggauta masyarakat tersingkirkan meliputi jutaan penduduk diseputar pabrik Gula di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dimankan
selamanya, ditawan tanpa proses, dibuang ke pulau Buru, dan dirumahkan – korban paling besar dikalangan petani yang
mendapat bagian dari tanah erfpacht Pabrik Gula, tanah bekas milik Belanda, Yang
dibantai adalah masyarakat pendukung bung Karno yang dicap Komunis, dari akar rumput baik dari Nasionalis maupun
Agama, sebenarnya Presiden Sukarnolah yang di-incar,
sebab berani melawan neokolonialisme
Amerika Serikat, membangunkan Masyarakat Dunia non Blok.
Bagian paling pahit ini harus
saya tulis, kerena mereka yang telah usia
kawin pada saat pengucilan pendukung
Bung Karno selama 35 tahun orde baru berkuasa, sudah beranak pinak, meskipun dalam kesulitan ekonomi dan hidup tidak normal, sering bepuluh tahun sebagai single parent, sebagai warga disisihkan karena penyakit kusta.
Banyak yang mengalami
keguncangan jiwa hebat dalam
kehidupan bermasyarakatnya, bahkan akibatya banyak anak anak mereka yang sekarang
berusia 23 -48 tahun yang mengalami keguncangan jiwa dan menderita psichosis –
psichopat, tanpa disadari.
Beda di masyarakat yang
sudah tua dan maju, yang telah lama menapaki industrialisasi.
Dimasyarakat kita, dinamika sosial hampir tidak ada.
Di masyarakat jajahan yang baru merdeka, ada stigma, hanya satu jalan saja untuk
mencari nafkah cukup buat hidup layak – memanjati jenjang social dengan
ijazah.
Padahal Islam mengajarkan
empat dari lima jalan mencari nafkah adalan berdagang. Tapi sudah menjadi
anggapan umum berdagang adalah kurang formal, penghasilannya tidak menentu (belum mengerti saja berapa penghasilan KARTEL pedagangan cabe)
Sedangkan nasib mereka yang
disisihkan dengan keluarganya akan kehilangan jalan mencari nafkah.
Di AS pun pernah terjadi
hal yang sama di tahun 50 han : Mc Carty- isme, Mc Carty, seorang senator yang sangat
fanatic anti komunis, merajalela memburu para simpatisan komunis di AS, sehingga
setiap orang bisa dicurigai, masyarakat yang jadi gempar ( belum oleh FBI). Jadi simpatisan gerakan keadilan
terhadap ketimpangan masyarakat AS saja,
seperti rasialisme yang tersegragasi sangat tajam terhadap ras dan warna kulit sudah di cap
komunis dan disisihkan. Dinamika sosial dianggap wajar, asal mau bekerja, jual burger dipinggir jalan masih cukup buat nafkah.
Keguncangan jiwa yang hebat
menjangkiti :
Putra putri pejabat
Putra putri seniman
Putra putri akar rumput
Karena orang tuanya
disisihkan bahkan ditahan, diamankan
selamanya oleh para Penggarap tanah Pemerintah,
selama zaman Jepang, jaman perang kemerdekaan, 8 tahun. Kok dibagikan pada para sialan ini, patani tak
bertanah, tanpa memperhitungkan mereka yang telah 8 tahun menggarap dengan para
santrinya, ya tidak heran kemudian jadi algojo, tanpa merasa bersalah dipermukaan. Mereka penderita psichosis, siap membunuh kaumnya sendiri yang mereka anggap murtad.
Kemudian selama 35 tahun
Orde Baru berkuasa, Putra Putri Kiai pun mendapat perlakuan yang miring dari Penguasa Orde baru.Antara lain Subchan ZE alm.
Banyak yang tepincuk jadi
kepala gang anak muda, meskipun panggilan sehari harinya “gus” tidak diacuhkan
oleh sistim. Dan frustasi berat. Trus jadi penderita psichosis yang tersamar.
Pajabat jaman orde baru
tidak bisa merunut rel moral yang wajar
dari masyarakat dulu, melainkan harus menyenangkan atasan yang berkuasa mutlak atas anggaran. Sedang para juniornya
sudah terlanjur konsumtive tak terkendali. Bahkan putra putri seorang mayor jendral
menjadi walikota pensiunan ABRI yang berdwifdungsi, juniornya sudah pada usia kawin malah tidak survive tanpa
dukungan finansial yang tidak sedikit setiap bulannya, harus didukung oleh
orang tuanya, tentu saja secara finansial belum sampai ke posisisi Ponco Sutowo, atau Tomy misalnya, ya tapi gaya hidupnya sama, Pribadinya jadi tertekan, menderita
psichosis dan menjadi psichopat tanpa maunya
Putra seorang Kiai terkenal dari darah biru dengan panggilan
“gus” mempunyai pesantren besar, terpincuk
pergaulan dengan gang sangat boros, dijadikan
Kiai Pondok modern dikawinkan tambah menjadi jadi akhirnya menderita
gangguan psichosis bipolar disorder
akhirnya cuma jadi tukang omde (omong gede ) merugikan orang sekitarya.
Dari keluarga seniman
kenamaan, meskipun sang
seniman jadi sasaran kekejaman
Orde Baru, dipulau Burukan, tanpa bimbingan sang kepala ‘gilda’, yang sudah di pulau Buru, mencari jalan sendiri, generasi keduanya ini ada yang sangat beraroma penderita
psichosis – nama besar kerabatnya - kemampuanya sendiri kecil. bukas salah dia, yang ini penderita psychisis, yaga bibopolah disorder. Prilakunya tidak bisa ditebak.
Kebetulan tulisan saya di
blog ini yang jadi sasaran, Blog ini tidak akan jadi buku, lebih tersebar dan murah dari buku, bisa diakses lewat i-phone, jadi kuwajiban saya
terhadap masyarakat, sudah saya penuhi dengan blog ini saja, terima kasih kepada google semoga bisa dibaca khalayak ramai sampai lama, seperti apa adanya. Pembaca berhak memuat comment terbuka di blog saya, diberi kesempatan oleh google. Isinya sudah di pagari oleh UU Penyiaran, harap pembaca bijaksana. Hak ciptanya masih dilindungi Undang Undang. Sebagi gantinya buku buku yang berton ton beratnya, maka akrablah dengan Mbah Google, tanyalah berulang ulang dengan telaten mengganti susunan kata dalam pertanyaan anda, jangan lupa pisahkan dengan koma, (,) sering anda mendapatkan situs yang mengejutkan. Anda bebas menghindari hoax dan sampah yang lain, atau memamah biaknya.
Sampai ke derajad tukang
batu. Para juniornya masih bisa kejangkitan psichosis ini. Tapi untungnya mereka
tidak sempat jadi penderita psichosis karena tidak sempat
menggunakan otaknya. Dan tidak kurang
penting gilda mereka masih utuh, tidak tersentuh Orde Baru, sehingga
bila anggauta keluarga gilda-nya kuat, mereka mudah mencapai jenjang tukang batu. Bukan lulus STM saja,
wong ST saja sudah lama tidak ada..
Mengaduk semen pasir sampai puluhan tahun, para junior dari akar
rumput ini, melayani para tukang
bangunan. Mereka diakui setingkat kepiawaiannya mendapat pengakuan dari
seniornya, sampai mereka beruntung mendapat
boss atau mendapatkan bowheer yang mempercayainya memainkan cetok dan
kasut.
0 comments:
Posting Komentar