2:21 PM
IDE SUBAGYO
TATAKELOLA IMPORT BAWANG PUTIH (
Alium sativa L)
Pemerintah akan menyelaraskan tatakelola
import bawang putih dengan petani bawang putih Indonesia, dengan menggunakan
kebijakannya sesuai usul mereka.
Apabila ditinjau dari sisi budi daya
bawang putih di Indonesia, sebagian besar wilayah yang dipergunakan untuk
bawang putih adalah lereng gunung dengan
ketinggian diatas 2000 meter diatas
permukaan laut, cocok di lereng timur
atau tenggara gunung karena kelembaban relatipnya biasanya lebih rendah dari lereng barat. Sejak
berkembangya industry agrokimia sesudah Perang Dunia II, bawang putih menjadi
vaforite dari pemodal besar, karena sangat memerlukan fungisida dan pupuk
buatan dalam jumlah besar, sedang panen
nya hanya kelipatan 15 – 17 dari bibit yang ditanam, sangat langka hingga mencapai 20 kali lipat
bibit umbi yang ditanam. Area yang dipilih sekitar Batu/Malang, Pacet Nojokerto, lereng utara gunung Wlirang dan sekitar
dataran tinggi Sumatra Utara
Hanya sedikit di Sarangan (lereng
timur G. lawu) dan Penebel (Utara Tabanan Bali) nasih ditanam oleh petani
tradisional untuk keperluan pasar local saja, karena verietas local ini tidak
bisa bersaing –meskipun aromanya sangat baik tapi umbinya sangak kecil, nyaris sebesar biji
semangka, kelipatan bibit menjadi panen juga kecil saja, daya tahan terhadap
cendawan cukup, makanya petani trdisional juga masih menanamnya.
Kesimpulannya introduksi budidaya
bawang putih (Alium sativa L) mempunyai kendala penyesuaian
dengan lingkungan tropis basah masih sangat besar, sangat intensive
modal, jadi merupakan usaha “petani
kaya” yang dengan mudah menjadi importer
sekaligus distributor komoditas yang dibutuhkan rakyat banyak. Sedang kontribusinya dari bertani terhadap kebutuhan bawang putih masih sangat
sedikit.
Dari sisi pedagagan gampag sekali
golongan “Petani bawang putih” ini jadi penentu harga dan stock komoditas ini,
demi kauntungan a’la kartel.
Sebaliknya Alium sativa L ini merupakan
tumbuhan yang teradaptasi dengan iklim sabana sub tropis, disana dengan mudah hidup meliar. Jadi budidaya dan seleksinya di daerah subtropis
pinggiran padang rumput/ padang pasir,
sangat mudah dengan berhasil membudidayakan tanaman bawang putih, misalnya
sebagian besar lahan pertanian di China. Masih disebalik-nya, bangsa China
menggunakan tapioca ( tepung singkong/ tepung aci)
hampir disetiap resep masakan mereka seperti kita menggunakan bawang
putih disetiap resep masakan kita.
Apakah Pemerintah dan Petani
singkong yang seharusnya membicarakan bagaimana melipat gandakan sampai puluhan
kali produksi yang sekarang untuk mengimbangi ketergantungan kita dengan bawang
putih produk andalan China ? . Di pulau Jawa singkong memang bukan pilihan untuk
memperluas tanaman bududaya ini, karena sangat banyak menyerap hara tanah dan
secara potensial mempercepat erosi lereng karena panennya harus menggali tanah
hingga mudah longsor. Makanya di
Perkebunan Kopi dan Karet dilarang menanam singkong sebagai pengisi
lahan sebelum tanaman pokok Hak Guna Usaha yang diberikan pemerintah, menghasilkan.
Yang dimaksudkan petani singkong itu adalah petani di lahan gambut yang sangat
potensial bagi tanaman budidaya
singkong, disana mampu menghasilkan leih dari
70 ton/ha singkong.
Sebagai budidaya , pelu dirotasi dengan budidaya tanaman lain Disamping kemampuannya untuk menjadi tanaman pengisi
sebelum dikembangkan tanaman pokonya berbuah, misalnya kelapa sawit.
Atau bahan makana ternak kering seperti
Crotolaria jungcea, Mucuna sp, turi ( Sesbania grandiflor L) atau bangsa
tanaman Leguminaceae/berbiji polong yang lain yang tahan terhadap tanah yang asam, hijauannya dapat dikeringkan dibuat
tepung makanan ternak sumber protein ?
Dengan merekalah ketergantungan
kepada import bawang putih harus dibicarakan, sebab mereka sangat memerlukan
dorongan modal dari Pemerintah, mencari
untung dengan perluasan dan pengolahan produk baru untuk peternakan yang sangat
dibutuhkan di negeri ini seperti di NTT – Disamping lagi, untuk membayar bawang putih yang kita butuhkan membuka perwakilan dagang disana, menjual lisensi HGU di lahan gambut kita, yang harus dijaga jangan sampai terbakar ?
Hanya pemerintah dalam hal ini imaginasi dari menteri pertanian sendiri-yang bisa
mengupayakan kombinasi ini. Bukan “petani” bawang putih , yang hanya bisa
mengkombinasikan dengan kartel keuntungannya saja, karena masih lama kita mempunyai kultivar sendiri bawang putih, untuk lahan tropik basah meskipun tetap di dataran tinggi*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar