Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Minggu, 24 Juli 2011

Kesempatan untuk Ber-Metamorphosis

Bertumbuh dan berkembang adalah peristiwa alami yang wajar, merupakan keniscayaan.
Bertumbuh dan berkembang yang setiap tahapnya merupakan perubahan yang “menyolok” – sebagai contoh yang  klasik : telur –kepompong- kupu kupu pada serangga golongan Lepidopthera.
Human mind sampai saat ini masih bertumbuh dan berkembang. Juga mengalami metamorphosis.
Kebenaran memang ada dan kebenaran sejati tidak akan berubah, seperti kebenaran  yang tertuang dalam wahyu Illahi, kebenaran hukum alam, kebenaran hak azazi manusia, kebenaran ilmiah dari penelitian penelitan. lam menamakannya sunnatullah.  APABILA melenceng SENGAJA penafsirannya karena UNUTK memanipulasi atau belum sampai dalam nalar masyarakat. YAN MAKLUM.
Bila diamati kebiasaan makan orang seluruh dunia saat ini, berapa persen yang sesuai dengan “kebenaran” yan sudah didapat dari segala sumber  hingga saat ini, mengenai gizi makanan dan pola makan, cara makan, dan cara menyediakan makanan yang sesuai dengan “kebenaran” yang telah ditemukan ?
Begitu juga bagaimana kehidupan sehari hari bangsa manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk bermasyarakat, seberapa sesuai dengan “kebenaran” dari berbagai sumber yang telah didapat selama ratusan ribu tahun existensinya ?
Meskipun sekali lagi kebenaran itu ada dan tidak berubah, tapi tumbuh dan berkembang, Hingga paham betul terhadap sunnatullah.
Orde Baru yang dipimpin oleh Jendral Besar Suharto selama tiga puluh dua tahun berkuasa mutlak di Bumi  Nusantara,  menciptakan himpunan kebenaran yang memang  benar untuk di hafal, dicamkan dan disebarkan diantara lingkaran lingkaran kekuasaan beliau melebar sampai ke rakyat jelata di RT/RW  Rukun Tetangga dan Rukun Warga : yaitu P4
Ini singkatan dari  Pedoman Penghayatan Pendalaman Panca Sila.
Buku panduan P4 yang 300  halaman folio kurang lebih ini rinci dan tidak ada yang salah sampai ke titik dan komanya apalagi isinya, yang komplit bisa menjadikan setiap Warga Negara  RI  dibawah rezim Suharto, Agamis, Nasionalis, Gotong royong tenggang rasa, tidak terkotak kotak, tidak korupsi besar besaran, semua kompak dibelakang ABRI.
Infeksi  virus yang  memastikan  si “Powerful tent to Corrupt” terjadi  sewaktu semua oknum  yang dipayungi dwifungsi yaitu  menguasai kewenangan militer dan sekaligus kewenangan sipil sedang giat menggali tugas disetiap bidang kehidupan, sampai jadi sumber rakhmat bagi si penggali  dan hanya langit diatas mereka, yang antriannya paling depan, yang lain dikelak kemudian hari, seperti janji Dai Nippon Taikoku.
Ikrar utama pembukaan P4 menyatakan hanya ABRI dibawah Jendral Besar Suharto yang berwenang menafsir pelaksanaan P4 dalam kehidupan sehari hari.
Celakalah mereka Warga Negara Republik Indonesia yang  dianggap tidak bisa menyimpan P4 ini dalam kesadarannya – dan satu satunya Institusi yang berhak menilai apa bekal simpanan P4 dalan benak setiap Warga Negara Repiblik  dibawah rezim Orde Baru Jendral Besar Suharto hanyalah  ABRI dengan segenap Aparat kelengkapannya – Cap musuh Panca Sila yang celaka  bisa dijatuhkan kepada setiap individu warga Negara Republik ini oleh Babinsa ( Bintara Bina Desa), Koramil ( Komando Rayon Militer) setingkat Kecamatan, Kodim setingkat Kabupaten, Korem setingkat Karesidenan dan Kodam setingkat Propinsi, lembaga itu semua adalah Penilai amalan kesetiaan terhadap Panca Sila dari setiap Warganegara  sekaligus Pengawal P4 selama tiga puluh dua tahun.
Lha  Orde Barunya Jendral Besar Suharto mendadak mrotholi, apanya yang salah?
Ini semisal ulat daun   yang tumbuh tidak sempurna meskipun gembulnya luar biasa setelah ber-metamophosis hasilnya juga tidak sempurna,  trus kejangkitan virus,  busuk mrotholi sebelum menjadi kupu, bahkan ngengat, alhamdulillah ndak jadi.
 Satu contoh lagi, ribuan tahun yang lalu telah datang suatu Angkatan Bersenjata di anak benua India, gerombolan penyerbu dari suku suku bangsa Aria, akhli menunggang kuda, pengendara kereta perang, akhli memainkan pedang  tombak dan memanah  membaca peta dan sandiyudha yang datang  ber puak -puak, bersuku suku dari lembah utara dekat pegunungan Kaukasus, bangsa Aria datang menjadi Penakluk.
Di Mahenjo Daro ( situs peninggalan Kebudayaan kuno yang ditandai sebagai peninggalan bangsa Aria) mendirikan pusat kebudayaan besar, lima-enam ribu tahun sebelum Masehi !
Bangsa Aria berhasil mendominasi seluruh anak benua India dan menjadikan masyarakat teratur dengan produktivitas tinggi, bertahan ribuan tahun, setelah ABBA ( Angkatan Bersenjata Bangsa Aria ) nya berhasil melewati metamorphosis menjadi Kasta Penguasa - Kasta Ksatria yang bersekutu dengan kaum  Inteligensia dengan mendudukkan sebagai kasta Brahmana. Sedangkan Pribumi cukup menjadi Waisya dan Sudra saja.
Yang pantas disimak bukan rakayasa apa saja guna mempertahankan hegemoni bangsa Aria ini selama ribuan tahun sebab telalu banyak,  tapi metamorposis yang menyakitkan yang telah berhasil menjadikan kelas Penakluk bangsa Aria ini menjadi kelas/kasta Ksatria yang benar benar mengendalikan diri dengan Noblesse oblique yang dijadikan teladan  kaum Ksatria sepanjang zaman dimana saja diseluruh dunia. ( ini pengelolaan factor internal yang menentukan)
Tidak sulit mendapat bukti bahwa metamorphosis Orde Jendral Besar Suharto menjadi kasta Ksatria telah gagal, lebih sia - sia daripara Ksatrianya kaum Rahwana pada epos Ramayana.
Bila kita simak keadaan Corps Kepolisian kita sekarang, dua belas tahun setelah Orde Baru mrotholi, Corps Kepolisian ini telah di cetak merupakan bagian dari ABRI nya Jendral Besar Suharto, digodog selama 32 tahun. 
Selama era Orde Baru memang jadi satu satunya Corps Kepolisian  di Dunia yang termasuk Combatant Armed Force, mengalami kegagalan dalam ber-metamorphosis menjadi Kasta Ksatria, karena tidak ada suri tauladan dan upaya yang sungguh sungguh, terbukti dengan sikap Orde Baru sebagai Pencetak pola pikirnya mengajari meremehkan, menistakan suri tauladan cikal bakal Kepolisian Republik Indonesia :Pak Hoegeng , Pak Awaludin Djamin dll, tanpa alasan yang masuk akal, karena beliau beliau bukan musuh Panca Sila. Yang jelas beliau Polisi yang sebenarnya, konsekuen sepanjang pengabdiannya.
Meskipun kaum inteligensia Orde Baru kelompok  Prof. Dr. Nugroho Notosusanto alm.  berusaha  keras merubah sejarah kepahlawanan Perjuangan bersenjata  merebut kemerdekaan Republik ini, melawan agresi militer Pemerintah Kolonial Belanda sebagai kepahlawanan  kaum militer, terutama Perwiranya yang sejak semula sadar  memposisikan diri menjadi militer professional  menikmati kelebihannya dan menambal  kekurangannya yang kemudian menjadi inti Orde Baru, yang asalnya dari PETA, Heiho dan bekas KNIL, bekas Polisi Hindia Belanda, orang muda yang mencari kemantapan kehidupan, terbukti kebanyakan mereka pada kawin pada tahun 1946, belum setahun rambut dipanjangkan dan sumpah perjuangan diucapkan, akan berjuang membela kemerdekaan sampai Penjajah terusir dari bumi Nusantara. ( ya  untuk apa bergudang gudang bekal perang semesta tentara Dai Nippon: gudang  gudang pangan, hasil perkebunan, textile, suku cadang mesin industri, timbunan kayu jati gelondong maupun olahan, alat transport  -siapa yang menguasai – untuk apa kalau tidak untuk bekal kawin dan hidup  kecukupan – kan sudah merdeka meskipun masih dalam suasana perang th 1946 -1949 ?) 
Sinar kepahlawanan mereka jangan sampai  pudar oleh  arti tindakan kepahlawanan rakyat Negeri ini dalam sejarah bikinan Orde Baru, guna menciptakan hak moral untuk mendapat haegemony Orde Barunya Sang Jendral Besar sebagai Kasta Penguasa.
  Juga perang frontal di garis pertahanan perbukitan barat kota Surabaya dengan front sepanjang puluhan kilometer dari Wringin  Anom  sebagai lambung kanan/flank selatan-tepi utara sungai Brantas, Tambakboyo sampai lambung kiri/flank paling utara  sampai daerah rawa  dan tambak sekitar Tandes, setiap jengkal parit parit pertahanan dan pill boxes ( Inggr)/genki(Jepng) / sarang senapan mesin berat dan kanon anti tank konstruksi beton peninggalan tentara Dai Nippon dengan garis pertahanan mengambil keuntungan medan yang berbukit bukit landai menghadap ke timur, dipertahankan bersama sama: TKR   – kebanyakan  profesional  ex militer/Polisi, Heiho, PETA, dan KNIL), Tentara Pelajar(banyak SMP sedikit SMT), Laskar Laskar Rakyat, dari Jawa Tengah  dan Jawa Timur, secara frontal menghadapi puluhan panzers - machine gun/Bren-gun carrier, personnel carrier  lapis baja, tank Saracen dan Chieftain dari inggris, pesawat tempur Inggris Spitfire, yang dua berhasil dirontokkan oleh meriam  anti pesawat terbang Bofor berlaras ganda oleh Pak Gumbreg pemuda Surabaya, satu hancur bersamanya saat berduel head to head, dengan Penembak meriam  sasaran udara  Pak Gumbreg sendiri, pada bulan  kedua  sesudah Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945 , moment itu tidak dihitung sebagai hari peringatan penting dengan penanggalan merah, karena hanya memperingati  kebangkitan kepahlawanan rakyat.
Para extremist ini adalah anak rakyat, yang selama perang kemerdekaan mengorganisasi perlawanan bersama penduduk setempat nyaris tanpa  ikatan jaringan komando langsung dari tentara territorial  yang harus bertahan, dan juga menghidupi keluarganya.
Sebaliknya gerilyawan adalah pemuda pemudi tanggung yang masih di bangku SMP dan SMT (SMA) pemuda pelajar yang sangat mengerti seluk beluk kota, topografi dan akrab dengan penduduk setempat, dan gandrung Kemerdekaan,  Para gerilyawan ini  tidak dilindungi Konvensi Jenewa sebagai tentara, tapi sebagai extremist  nyaris sebagai penjahat.
Apa lacur, begitu getolnya pemalsu sejarah terutama di era Orde Baru, untuk menciptakan dasar pijakan metamorphose demi hak haegemony kaum militer professional sebagai bapak sekaligus ibu atas lahirnya Republik ini, sampai sampai  merekayasa, hanya mengakui para ex Gerilyawan ini sebagai veteran perang pemerdekaan RI hanya sebagai prajurit biasa, yang tentu dalam tata penghormatan militer paling rendah, sangat memalukan, karena pemuda pemudi tanggung ini mengabdikan diri pada masa damai di Republik ini puluhan tahun, setelah menamatkan sekolahnya, meskipun sampai Akademi dan Perguruan tinggi,  kemudian hidup sebagai warga negara biasa. Para pemalusu sejarah ulung di Negeri ini, lupa bahwa pemuda pemudi tanggung yang jumlahnya berbatalion -batalion dseluruh bumi Nusantara ini hanya muncul sekali sepanjang sejarah, yaitu saat Republik ini lahir saat mengalami krisis untuk diakui sebagai Republiknya bangsa yang merdeka. Tidak bakalan ada lagi “veteran prajurit dua” yang sekaligus tidak diakui sebagai prajurit oleh Konvensi Jenewa, tidak ada lagi sesudah ini, mereka adalah “Kusuma Bangsa” gugur dalam bertempur atau wafat karena tua dan sedih. Keturunan merekalah yang akan mewarisi  Republik ini, sebagai Warga Negara-Negara yang bisa mengayomi seluruh warganya. 
Sosialisme yang dibahas oleh Dian Su di internet dengan dengan objective dan bersemangat mulai dari tulisan tulisan klasik Karl Marx, Lenin, Mao Tse Tung, Teng Hsiao Ping, keputusan konggres konggres PKUS dan PKC temasuk kekagumannya terhadap soslialisme a’la Cina, semua benar tidak ada yang salah, namun,  kenapa juga mrotholi   itu  sosialisme  a’la USSR dan Sosialisme a’la RRT ?
Karena Rakyat Pekerja, Petani Gurem yang membangun Pertanian Kolektip, Organisasi dan Pimpinannya sudah tumbuh dan  menjalani metamorphose, atau berkembang atau membusuk dalam kepompong, akankah muncul sebagai organisme yang “baru” yaitu kupu kupu yang tak terbayangkan sebelumnya, tidak peduli kutukan atau pujian dari siapapun, karena hanya organisme yang baru inilah yang mengerti tugas dan tujuannya.
Apabila sdr Dian su dkk akan mengungkap dan membahas betapa benarnya konsep konsep masyarakat sosialis yang pernah ada, lewat pemikiran pemikiran Pimpinannya, aku dan teman temanku ya pernah melakoni itu,  lima puluh tahun yang lalu, bahkan sampai mencaci dan mencurigai satu sama lain, tak henti hentinya, saling mengkhawatirkan “penyelewengan”, melahirkan conformisme yang menyesakkan dada.
Problimnya ya tetap saja, yaitu  vested interest atau pemelintiran yang disengaja dilakukan oleh “lawan”yang sebenarnya sangat mudah ditengarai ,  dan keterbatasan  wawasan dan kesempitan manusia yang masih disandang oleh “kawan” sendiri yang sangat sulit dilerai.
Aku yakin, dengan daya pikir dan daya menyerap informasi yang hebat seperti anda dkk, adalah factor internal  existensi bangsa ini, yang menentukan dalam suatu proses utama, sekarang anda akan mengalami metamorphosis. Anda dkk mampu mencari tahu kenapa jalan sosialisme yang pernah ditempuh oleh Uni Sovyet dan RRC kok mrotholi, berani meninggalkan kesalahan yang dibuat oleh para pendahulu, berani berfikir bebas dan segar menghadapi tantangan jangka pendek maupun jangka panjang, tantangan dari sumber yang sama, kebodohan yang diexploitasi oleh vested interest dan kesempitan bathin manusia sendiri.
Hanya ada satu pelajaran dari pengalaman sepanjang zaman mengenai proses metamorposis kelas yang memimpin masyarakat manusia, yaitu kelas ini benar benar tidak memerlukan kekejaman, meskipun tegas tanpa pandang bulu dan terbuka, tidak perlu melakukan pembunuhan masal tanpa pilah pilah, bebas dari keserakahan dan kelicikan egocentric selama existensinya, atau metamorphosis-nya tidak akan berhasil baik,  menjadi organisme yang cacat dan hanya akan musnah sebagai sampah sejarah.
Sebab proses metamorphosis, bukan untuk menghasikan platform untuk mendominasi disatu masyarakat sebagai kelas yang berkuasa seperti rezimnya Khmer Merah, atau bentuk rekayasa  satu bangsa mencari keuntungan perdagangan  seperti kelas ksatria Perang Salib zaman pertengahan, atau kelas Bankir dan Enterpreneur pada era  perdagangan bebas  dengan satu  hukum maha kuasa : pasar bebas, ataupun untuk dasar memenangkan misi peperangan semesta untuk merampas sumber daya masyarakat lain seperti terbentuknya Das Herrenvolk dari kaum Nazi Jerman,  atau “Exeptionalisme” nya orang Amerika, sebab semua itu mengandung kebohongan, dan pembodohan,  pemelintiran interpretasi, penyebab pemaksaan kehendak dengan kekerasan, seperti ulahnya Orde Baru lalu. 
Tapi metamorphosis kelas yang mapu memimpin umat manusia adalah proses perubahan idea umat manusia yang transcendental kearah  existensi masyarakat manusia yang lebih bermartabat sesuai  harkatnya sebagai Khalifah Allah dimuka  Bumi  dalam proses ini harus tidak ada kebohongan dan tidak ada pembodohan (*)




0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More