Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 26 Agustus 2015

LAHAN GAMBUT

LAHAN  GAMBUT.
Saya menulis  artikel ini sangat seadanya,   bila pembaca ingin tahu mengenai gambut atau lahan gambut ada banyak artikel di google ini dengan kata kuci ‘lahan gambut’ saja, sudah banyak informasi
Soalnya harus ada keberanian yang bereaksi cepat dan tepat meskipun hanya pilot project bebepa puluh Hectare tapi sekarang juga, sementara masih musim kering , hanya tinggal beberapa bulan saja.
Kenapa musim kering, sebab gambut dimana saja di dunia selalu sangat dekat hubungannya  dengan rawa – dan rawa sangat berhubungan dengan adanya lahan relatip datar dan luas dan adanya luapan air dari sungai yang sangat lama, atau selama air sungai tidak kering ya masih ada genagan air yang bisa sangat luas tidak ikut surutnya sungai  sungai karena air terperangkap dalam satu dataran dangkal jutaan tahun.
Sisa vegetasi -lah yang memenuhi selebar  rawa itu, dan sisa kegiatan vegetasi yang hidup subur ini bila mati ditak habis terurai sepanjang tahun melainkan selalu tersisa kaena ada dibawah air dalam suasana anaerob. Maka terjadilah endapan bahan organic yang semakin  tebal bisa mencapai puluah meter, mempengaruhi seluruh ecosystem di hamparan rawa gambut itu.  Lho ko bisa terbakar ? Bisa terutama dimusim kering yang pajang, bahan organic yang dalam suasana anaerob itu tidak sempurna terurai masih banyak karbohudrate yang  tersisa, masih sangat lama untuk C ini mesalya jadi batu bara yang asalya dari kayu kayuan tertimbun sampai jutaan tahun, sedang gambut ya demikian tapi lauh lebih muda dan dedaunan lunakpun masih menyisakan carbohydrate yaitu semak dan rerumputan  yang tidak terurai  sempurna maupun larut air. Melainkan menjadi substansi lapisan gambut yang serupa spon (sponge),  bila musim kering,  air yang terkandung  dalam spon ikut melorot ke kedalaman dan bahan carbiydrate ini menjadi kering dan sangat mudah terbakar. Bila lahan ini dibakar lahan gambut pemukaannya akan turun maka akan terjadi penurunan permukaan gambut yang sangat merugikan ecosistim  diatasnya. Sedangkan spon ini harus tetap berisi air meskipun sangat asam dengan pH rendah sekali sampai 3-4 dan berwarna peperti teh kental. Sebagian dari abu gambut terlarut di air dengan reaksi basa, maka lahan gambut akan rusak menuyusut turun permukaanyua.
Konsekensi yang logis dari fihak ilmu  Pertanian, harus tetap menjaga kandungan air dalam spon  gambut, merubah reaksinya dari asam  lemah di zona akar untuk budi daya yang tahan tanah asam seperti padi,jeruk  dan banyak tanaman tropis lainnya , tidak akan dengan sendirinya mereaksi netral berarti pHnya jadi 7. Untuk semua tananan  budi daya yang tidak tahan tanah asam. pH dapat dinaikkan dengan kaptan aau kapur Pertanian, umumnya batu kapur yang dhaluskan hingga  sekecil  saringan 200 mesh. Ada dari kaput tohor batu kapur yang dibakar terlebih dahulu. Ada rumusnya untuk pemberian kaptan ditanah tanah asam, untuk menaikkan  pH. Ada pH meter di pasaran dengan alat pengukur banyaknya ion H+ bebas, yang di air suling hanya 7.  Sedangkan dissosiasi air yang sudah asan ion H+ lebih banyak,  dan di air yang basa ion H+ lebih sedikit. Karena pH adalah  minus logaritma ( dengan mantis 10)  jumlah ion H+. maka makin asam makin banyak ion H+ jadi minus  logritma lambang bilangannya  kecil, sedangkan tahan basa kandungan ion H+ sedikit jadi minus logritma ion H+nya ya tinggi. ( itung jumlah 0 dibelakang koma, ialah  bilangan ion H+ dari satu gramol air dikalikan -1)
Jadi tanah air kita punya lahan gambut (kalau tidak sudah dibakar semua) jutaan Ha ini kekayaan yang tiada taranya untuk pertanian, hanya harus diturunkan permukaan airnya dari zona akar pada musim banjir, dan dinaikkan permukaan airnya pada waktu musim kemarau sampai sekitar zona  akar  sejenak Ingat jeruk Pontianak ditanam diatas lahan gmbut tanahnya  ditinggikan secara individual pohon, dan hasilnya sangat bagus karena air ada dan zona akar diatas permukaan air. Di Kalimantan tengah saya dengan cassava/ubi kayu cultivar 'gajah' dttanam dilahan gambut dengan sangat berhasil.
Air dtnggikan untuk membasahi zona akar sejenak, lantas diturunkan lagi, tapi wanti wanti tidak boleh sampai turun sama sekali dan tidak bisa dinaikkan setinggi permukaan di zona akar lagi. angat dihindari  pengeringan dengan saluran pematus tanpa bisa dikendalikan ,  bisa mengeringkan lahan gambut , tapi ini tidak boleh,  untuk menjaga daya dukung tanah terhadap bagunan jalan dan jembatan, rumah, bandara, rel KA, dll, tanpa kandungan air sampai jenuh di spon ini daya dukungnya ikut gembos, jadi tidak bisa dikerjakan secara militer asal mengeringkan saja. Lain halnya di Nganjuk Utara ( bukan lahan gambut tapi tanah brumosol yang nyaris kedap air, sangat liat berwarna hitam ) dibuat sistin 'surjan' artinya ada satu strip tanah yang direndahkan ada strip tanah yang ditinggikan, yang direndahkan bisa tanam padi pada musim kemarau dan polowijo pada saat yang sama, begitu pula pada musim penghujan. Lha ini apa ndak bisa ditrapkan di tanah gambut ? kan bedanya bagian yang ditinggikan katakan 40 cm seterusnya lebih kering dan bagian yang direndahkan dari permukaan normal jadi lebih basah sangat dekat dengan permukaan air tanah, untuk bekerja cepat sangat diperlukan alat alat berat.
INGATLAH KEMBALI BAGAI,MANA PARA WALI ISLAM DULU, BKERJA DRNGAN TENAGANYA MENGGALI KANAL KANAL DAN RAWA RAWA DENGAN PARA SANTRINYA, DISUSAP  JAGI PERSAWAHAN DUA KALI PANEN SETAHUN, MENGATASI PROBLIM PENGANGKUTAN HASIL SAMPAI DI PELABUHAN KAPAL BESAR, DENGAN PERAHU BERLUNAS DAN BELAMBUNG DATAR SUPAYA DRAFTNYA PENDEK,   SEORANG WALI SAMPAI DIJULUKI SUNAN KALIJOGO, SEKARANG FUNAKAN TOFOLIOT GUNAKAN DRONE
TAPI CEPAT KERJA, JANMGAN RAPAT SAJA.

Untung sekarang ada alat berat, excavator, back hoe, bulldozes, grader,  pompa pompa berbagai ukuran , chipper untuk mencacah semak semak dijadikan kompos , chain saw untuk membersihkan lahan dan pepohonan, dan sepeda motor untuk diisi dengan bensin hasil kencingan dari tanki dll. Yang tentu saja ada harganya, juga bahan bakar BBM pasti. Tapi bila niat, pasti ada jalan, wong kita telah di propokasi dengan di-anjokkannya rupiah sampai kini kita nyaris telanjang nilai rupiah kita dari US dollar, kalok kita minta utang alat berat  dan dibayar dengan hasil pertanian kita apa Amerika Serikat mau mengerahkan Armada ke tujuh ? ha kok nggak boleh wong komunis sekarang sudah tidak ada ??*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More