ULIL ABSHAR ABDALLA VISANYA DITOLAK OLEH KEDUTAAN BESAR MALAYSIA.
Kami tahu siapa sosok Ulil Abshar Abdalla ini , dari banyak tulisannya dan sikanpnya dalam bidang agama dan politik, terutama di twitternya @ulil. Dia memang cenderung ke pemikiran Gus Dur pada umumnya.
Kok tiba tiba dia ngetwit, bahwa visanya ditolak oleh Kedubes Malaysia, dia berkunjung ke sana untuk menghadiri salah satu peertemuan Islam.
Dia memang activis dalam Jejaring Islam Moderat.
Entah secara resmi dia dituduh jadi penganjur aliran Ahmadiah, yang di Malaysia dilarang. Entah hanya tuduhan tanpa bukti. Kenyataannya dia itu NU dan pengagum Gus Dur. Sedangkan Nahdlatul Ulama dikenal dengan ajaran Islam yang disiarkan oleh para Mubaleg dari Parsi dan Yunan, mencerminkan keteduhan dan toleransi kepada adat yang tidak menyimpang jauh dari syariah. sebelum aliran Whabiah dari Jazeerah mengadakan pembersihan dari kotoran gaya hidup setempat, menuju Islam yang kaffah, mirip Arab dari jaman Rasulullah Muhammad SAW, Rupanya dekat dangan Muhammadiah. (Ada ceritanya sendiri mengenai Muhammadiyah luar dan Muhammadiah dalam – sedangkan Muhammadiah luar dipimpin oleh Muhammad Basya Dahlan dari situs google kata lunci Pekalongan Utara Bersatu kata lunci Van Der Plas,Syekh Ahmad Syurkati ( pendiri Al Irsyad) dan peranan Freemasonry -
Situs yang sama dengan kata kunci : Meluruskan distorsi sejarah........
NU ada, embryonya jauh sebelum ada Muhammadiah, tradis paera wali. sangat konsisten dengan sikapnya yang “uzlah”( menjauhi, berseteru, non cooperative dengan penjajah Belanda) apapun budaya yang berbau penjajah Belanda tidak dipakai,, jang malah di cap kolot pada waktu itu, pake clana komprang dibawah lutut dan sarungan kopyah. Petani NU tidal mau kerja di Pabrik Gula atau jadi buruh perkebunan tebu. ( konon sampai sekarang diwilayah Sidoarjo, ya begitu) Sedangkan Muhammadiah pakai celana sepatu sering ndak pake songkok, tidak berseteru dengan tatanan modern.
Islam di Malaysia adalah agama Negara, tidak heran Negara ikut mengatur pelaksanaan Syariat Islam. Perkembangan agama Islam di semenanjung Malaka persis seperti perkembangan Islan di Sumatra pada umumnya, melalui jalur perdagangan, di kota kota bandar.rata rata sesudah abad ke 11 Masehi, jadi lewat jalur perdagangan antar pulau dan antara negara sambung menyambung caravan dan perahu dari Sinkiang, Yunan dan India, merunut jalur perdagangan, ke Nusantara, Belum ada mbaleg dari Hadramaut dan Arabia, kemudian baru wangsa Mamluk di Mesir yang mengganti wangsa Fatimiah datang utusan ke Nusantara, membarsihkan pengaruh aliran Fatimiah sebelimnya ( konon syair syair islami karangan Hamzah Fansuri mirip dengan ikatan syair bahasa Persia) diganti dengan ajaran yang lebih fundamentalis.oleh Nuruddin ar Raniri dkk.( buku Dr Slamet Muljana)
Kebudayaan Parsi dan China sudah jauh lebih tinggi dari budaya orang Islam dari Jazirah Arab, telah mengenal masyarakat yang rapi terorganisasi berdasarkan kepentingan umum misalnya dalam bidang pengairan, lebih lebih didaerah Mesopotamia.
Penyiar agama islam asal dari Parsi, Yunan yang petama datang di Nusantara, dari sana pasti manusia unggul sehingga seandainya beliau beliau ini dagang, pasti dagangannya barang yang berharga dan lanngka sepeti kaftan dan rompi dari wool domba parsi atau domba karakul, senjata /pedang dari baja Damaskus yang berniali sangat tinggi, dihargai oleh peguasa setempat. Seandainya beliau beliau ini orang berilmu, pasti ilmu yang sangat bepengaruh kepada pertmbuhan masyarakat, misalnya kebisaan membaca dan menulis, dan berhitung membuat neraca laba/rugi dengan angka Arab, yang dengan mudah dan singkat melambangkan 12 digit bilangan, ilmu geodesi untuk membuat saluran saluran irigasi, atau ilmu arsitektur yang rumit seperi membuat lengkung kubah dsb. ilmu pengobatan dengan sterilisasi alat alat kedokteran. Dengan demikian para akhli agama islam ini menjadi populer dantara penguasa setempat.
Tinggal bahan bakunya masyarakat macam apa yang akan diberi pelajaran Agama islam itu. Masyarakat yang terpencar pencar dan kebanyakan masih tingal perpindah pindah di pedalaman dengan dengan membakar hutan untuk huma ( slash and burn) dengan penguasaan di kuala sungai unuk manarik palak barang barang yang dibawa keluar masuk sungai ke pedalaman...
Atau masyarakat yang sudah terorganisasi teratur seperti organisasi pengairan di Jawa dan Sumatra Barat. Untuk masyarakat yang masih terpencar pencar di huma huma di ajarkan syari'ah Islam yang dekat dengan budaya Arab, yang tidak memberatkan. Untuk masyaraka yang sudah terorganisassi menurut kebudayaan Hindu, yang diajarkan adalah tasawuf Islam kepada para Brahmana rendah dan para ksatria, sedangkan para waisia dan sudra diajari membaca dan menulis huruf hijaiyah dengan bebas, dan moderasi berpakaian , bukan burkah tetapi hijab saja bagi perempuan dewasa yang lelaki memakai dan sarong dilipat rapi dan dibebatkan diatas celana komprang untuk bekerja, demi menyediakan alat sholat (sarong) bila waktunya tiba, memakai songkok, bukan sorban a;la Arab..
Pendekatan para penyiar Agama Islam ini berbeda beda. Begitu pula ajarannya mengenal Islam yang pokok dan yang tidak pokok akan dipilah pilah, yang pokok pun diambil terpenting dulu yaitu mengakui Allah yangTunggal, tidak laki dan tidak perempuan, tidak penah dilahirkan, dan tidak ada yang bisa menyamai, menentukaan segala apa yang diciptakannya, sedankan manusia sama derajad dihadapan Allah.(menghapus kasta dari Hinduime) Mereka bisa mempertimbangkan masuk Islam, demikian itu karena pengislaman ini dengan sukarela bukan dengan peksaan kekuatan fisik.
Dipulau Sumatra dan di semenanjung Malaka banyak bertebaran kerajaan kerajaan kecil yang hidup dari perdangangan di kuala sungai, sedang rakyatnya bertebaran dihutan mengumpulan hasil hutan dan bertani huma perpindah pandah, maka yang jadi sasaran adalah Raja dan masyarakat pedagangnya. Alias mubaleg Islam ini mendukung feudal setempat dengan inotivasi pengetrapan ilmu, geodesi, kartografi dan pelayaran, pengobatan dan sterilisasi, pembukuan dsb, mereka mengikat persahabatan.
Sedang di Pulau Jawa Kerajaan kerajaan sudah mengorganisi pengairan, para mubaleg ini tidak masuk kedalam sistim setempat, artinya ikut menguasi tanah pertanian beririgasi,- menjadi tuan tanah,, hanya membina persahabataban dengan Raja setempat. Tapi membuka rawa rawa dimuara sungai dengan teknologinya, dengan teropong teodolit dan nivelier, untuk membangun saluran saluran pengairan dan pematusan rawa secara sistimatis untuk keperluan tanaman padi, seperti di Mesopotamia. di muara sungai Brantas dan sungai bengawan Solo., kemudian menaklukkan rawa besat daerah Demak dan mendirikan Keerajaan Demak BIntoro di sana. Dengan kelebihan strategis dalam angkutan hasilnya hanya dengan perahu berlunas dan berlambung datar, sangat membantu angkutan dari sawah penyosohan dan ke pelabuhan. Lain sekali dengan sawah berundag dilereng lereng gunung yang dibangun oleh Msyarakat Hindu, akhirnya angkutan jadi kendala, untuk menjediakan beras sebagai mata dagangan ke pelabuhan pelabuhan samudra..
Dengan teknologi dan mencerdaskan rakyat mubaleg islam ini dapat menaklukkan tulang punggung ekonomi penguasa setempat, tanpa banyak perlawanan. Dan kaum inteligensia yang berpikir, mendapatkan lubuk ilmu yang tidak bakal kering yaitu keimanan dan tasawuf, ditambah azas islam yang berbuat apapun atas nama Allah yang Maha rakhman dan Maha rakhim- otomatis pembawaannya jadi sangat sabar. Lain dengan kasta Brahmana atau Bhiku dan Bhikuni yang meninggalkan kedunaiwian, tapi mengandalkan kekuasaan atas lahan pertanian beririgasi teratur, hibah kepada ashram atau wihara, dikerjakan petani dengan setoran untuk wihara dan ashram.
Mas Ulil hidup dan dibesarkan di pulau Jawa, kakek moyangnya jadi Islam kepincuk dengan ilmu tasawuf bagai masuk samudra yang tdak bertepi, hidup lurus kejalan ukhrowi dan duniawi yang beazas bismillahirakhmanirakhim. Tentu saja disalah mengertikan oleh masyarakat yang langsung berasal dari huma huma yang berpindah pindah dan penakik karet/getah perca yang terpencil, dengan kesempitan pengertian didasari atribut atribut Islam ragawi saja..
Biasa membina kepercayaan setempat, dengan mengutamakan yang pokok dan mengesampingkan sejenak yang kurang pokok, demi ukhuwah islamiyah, tahu bahwa yang tidak pokok itu hanya bawaan keadaan hidup dari asal usul ajaran agama sebelumnya, pasti akan rontok dengan sedirinya.. Sebab ajaran Islam yang pokok adalah universal. Bukan hanya atribut atribut saja, berserah diri untuk kepentingan pribadi yang tidak habis habisya (wajar untuk setiap manusia), akan tetapi dengan seta merta beramal jariah dengan tenaga dan harta dalan pergaulan msyarakat, Dengan demikian berkah Allah menambahi kekurangannya. Inilah azas kakek moyagnya.
Lha jangan masygul bila disingkur (dihadapi punggung) Dubes Malaysia, dikira Ahmadiyah kek, dikira syi’ah kek dikira islam modernis kek, pokoknya yang lain dari mereka ya murtad. Lha ajaran kakek moyangnya ya gitu, mereka hanya punya conformisme masyarakat primitip, tanpa berpikir, ya maklum. Pencaharian pokok yang digeluti terakhir, menjelang Peerang Dunia ke II mereka jadi tukang takik (sadap) karet, ya terpencil ya terpencar, kurang berbudaya, sudah jadi doctor dalam science pun juga masih jadi teroris dinegara orang.
Konon di Afganistan dan Pakistan, bila orang didakwa pengikut aliran ini (ahmadiyah) bisa langsung dibunuh tanpa perkara*)
S
0 comments:
Posting Komentar