Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 23 Februari 2016

iLMU PERTANIAN -CARA MEMPELAJARI SUATU ILMU

IILMU PERTANIAN. ILMUNYA FOLOSOF/PEMIKIR.
Sebagaimana  cabang cabang Ilmu yang lain, paling mudah mencari posisi Ilmu Pertanian diantara ilmu ilmu yang lain adalah menurut cara mempelajarinya, Satu Universitas sebagai pusat penyebaran dan pedidikan segala Ilmu dibagi menjadi Fakultas Fakultas ilmu yang pokok:
. Illmu Hukum, Ilmu Susial Politik tergolong  ilmu humaniora, Ilmu Kedokteran,  Ilmu Farmasi, Ilmu Ekonomi,  Ilmu dasar Kimia, Fisika, Matematika. Ilmu  exacta.. Disamping Ilmu Ilmu Terapan dar masing masing fakultas yang sangat banyak,  sangat dibutuhkan masyarakat dipelajari di Akademi Akademi, diharapkan jasanya dari pelajaran disana laku dalam msyarakat.
Ilmu  Pertanian dalam pengembangannya dibagi menjadi Ilmu Peternakan, Ilmu Kedokteran Hewan, I,mu Perikanan dan Ilmu Kehutanan..
Selanjutnya masyarakat umum menggunakan Universita Univesitas , Akademi Akademi, unuk mencari tempat investasi bekal anak anaknya : Pendidikan , demi meperolah nafkahnya dalam hidup nanti.
Saya mendapat kesimpulan, bahwa Imu Pertanian, berkembang sejak “tanah” menjadi pusat perhatian menghasilkan barang dagangan dan bahan strategis untuk pangan dan Industri. Dengan lahirnya era industrialisasi, dsamping Pertambangan dan Metalurgy, di akhir abad pertengahan.
Oleh karena dari saat ilmu Pertanian itu berkembang, teknologi pedukung belum berkembang, dan tanaman memang makhluk yang harus hidup bebas di alam yang berubah rubah, dan berbeda beda menurut pola iklim di bola dunia ini.
 Ilmu Pertanian lebih mendasari pemahamannya dengan berfikir analitik, menghubungkan pola alam dan tanaman, . supaya  budidayanya berhasil, ya wajar.  Menjadikan ilmu ini mengajari berfikir secara sistimatik, ilmunya para filosof/pemikir.
Sedang ilmu Kedokeran mendasari ilmunya dengan pendalaman secara rinci jaringan yang saling melekat satu sama lain dan berbeda beda fungsinya. Ilmu ini berkembang dengan menghafal, mengingat, menandai dengan kuat,  menandai dengan sangat teliti fungsi setiap jaringan normal dan sakit. atau bermasalah, menjadikan Ilmu ini ilmunya para Master/ Undagi/Empu.
 Para Master/undagi,makanya tidak heran bahwa pasien dilarang minta fotocopy status riwayat sakitnya selama dirawat di RS itu diberikan pada ke RS yang lain bila si sakit pindah tempat tinggal. Sebab mungkin merupakan perlindungan profesi master/undagi ini sendiri.
Para Master mengumpulkan pengalaman undagi lain yang lebih berpengalaman sejalan dengan kemajuan teknologi (yang sangat pesat berkembang), dengan bayaran yang sangat mahal, karena mnyangkut nyawa orang. Mempengaruhi pola pikirnya untuk menjadi conservative, karena pengalaman yang sudah teruji dari waktu ke waktu.
Sebagai ilustrasi saya sajikan pertukaran pendapat antara Professor ilmu Kdokteran dengan tataran akademis S 3 dengan sarjana Ilmu Pertanian peringkat S 2. Mengnenai agama Islam, karena keduanya  muslim, berumur diatas 70 tahun, sudah sangat matang dibidang ilmu ukhrowi ini dengan pola pikir masing masing.
Kedua sosok muslim  ini membahas terjemahan dari satu kalimah suci dari AL Qur’an, kalimah Basmallah  kedalam bahasa Indonesia.
Satu kitab Al Qur’an dengan terjemahannya menulis “Bimillahirakhmanirarkhim” dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia “Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih”, yang satu lagi menterjemahkan dengan “ Dengan {menyebut} nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengsih” dengan kata menyebut dalam kurung, yang maksudnya kata itu tidak ada dalam tranliterasi kata demi kata. Yang lain lagi kitab terjemahan itu menulis “ Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih” kata menyebut tidak dimasukkan dalam kurung, karena ditafsirkan lebih pas dengan situasi posisi Allah jauh diatas manusia, jadi hanya boleh disebut saja. Sedangkan terejemahan  Dengan Nama……. Atau Atas Nama………. Tidak pas. Sang professor dengan pola pikir kenservarivenya tidak menganggap penting perbedaan terjemah itu karena hanya tafsir ( dia tidak siap membicarakan hal ini seumur umur), dan condong ke “Dengan menyebut Nama”……….karena posisi Allah adalah Junjungan manusia, jadi tidak pas bila berani mengatas namakannya, meskipun dari 99 Asma Allah, hanya dua ini yang boleh di atas namakan yaitu Pemurah dan Pengasih, dalam segala perbuatannya di Dunia sebagai Khalifah Allah.
Si Pertanian, karena biasa menggunakan pola berfikir yang analitik acute, menghubungkan kalimah suci ini dengan perintah Allah di surah Al Baqarah ayat 30, yang berbunyi dalam terjemahannya “Akan Allah angkat manusia menjadi Kaliffah KU di Bhumi……., Lha gimana, sudah diangkat kok tidak mengerti tugas dari Yang Mengangkat.  Hanya mengatas namakan Yang mengangkat, dalam hal Pemurah dan Pengsih thok. Bukan Asma Allah yang lain dari yang 99 itu !  Jadi harusnya berani tanggung jawab, sudah sama apa enggak perbuatan dengan tugasnya.
Karena penasaran, si Pertanian memberanikan diri untuk men sitir kata kata peninggalan Gus Dur Almarhum yang berbunyi:
Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa baca Al Qur’an, maka kamu pertuhankan bukan Allah tapi Al Qur’an.
Jika kamu musuhi orang yang beda agama dengan kamu, bararti kamu pertuhankan bukan Allah, tapi Agamamu,
Jika kamu menjauhi orang yang melanggar “moral”, maka kamu pertuhankan bukan Allah tapi “Moral” Pertuhankanlah  Allah bukan yang lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah kamu harus menerima semua makhluk karena begitulah Allah.
Terus makna dari ajat suci Al Qur’an, Al Ikhlas : Qulhuallahuakhad, Allahusomad, Lamyalidwalamyulat. Walamyakullahu khufuanakhad. Dengan risalah Gus Dur ini makna surah ini jadi gamblang.
Sesudah orang meyakini bahwa Allah yang dipertuhan itu menerima semua mahluk, maka Allah itu Tunggal. Hanya Allah yang menetapkan kejadian apapun di Bhumi dan dimana saja. Dia tungggal dan tidak ada apapun yang menyamaiNya.”
Maknanya bila kata mutiara Gus Dur ini benar benar dicamkan, kita hanya mempertuhankan Allah dengan perbuatan, maka, apapun kejadian yang ada adalah sudah kehendak Allah, amiin. Berarti bila orang bisa bersemangat menyebut Nama Allah, bahkan mengatas nanakan Allah, membakar dan membunuh karena persoalan agama, moral, ajaran suci,  menghancurkan kota dan bangsa, itu bukan kehendak Allah, tapi tanggung jawab manusia yang belum mempertuhankan Allah satu satunya, bukan Ajaran suci dari wahyu Allah. Bukan Agama, bukan Moral. Ya benar Pak Profesor, berfikir itu gampang disusupi bisikan iblis, dalam beragama lebih selamat, tidak berfikir. Contohya sesama Ilmu yang harus brfikir Ilmu Hukum, ada Pangacara brilyan, OC K, membela tersangka yang sudah disperate, ada putusan majlis Hakim yang melunak karena pembelaannya. Satu saat orang dibawah wewenangnya pikirannya ditempel iblis, si ahli Hukum terbuai bisikan iblis juga, dia di vonis hakim bersalah. Bagimu si pertanian ?., Tetaplah berfikir mengenai apa saja,  dan berlindunglah dibawah naungan Al Fatihah, sehingga nuranimu cerah, karean berfikir itu tidak melanggar Undang Undang,. Sebgai "Pribadi muride GURU" - Ingatlah kalimat pesan RMP Sosrokartono.alm.*)

















0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More