Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 15 Februari 2016

OPTIMISME SAYA MENGENAI KAPAL PENGANGKUT TERNAK

OPTIMISME SAYA, MIMPI MENGENAI KAPAL PENGANGKUT TERNAK.
Negara mengadakan kapal pengangkut ternak besar, khusus untuk normalisasi harga daging diseluruh Indonesia. Upaya yang bagus, karena bakat wilayah kita di NTT adalah peternakan. Sedang pemakan rendang daging adalah penduduk pulau Sumatra. Doktrin usaha Pertanian mengatakan bahwa “Peternakan adalah utilisasi dari produk pertanian”.
Jadi mengusahakan perbaikan untuk transportasi ternak besar yang cepat dan nyaman bagi sapi/kerbau ini adalah sangat baik, akan memberi kemudahan bagi konsumen daging dan peternak. Apalagi bila baliknya kapal khusus ini ini diisi dengan makanan ternak hay atau silage, bahkan kmpos, kalau perlu dalam bentuk di press jadi briket yang ringkas, Apa ndak bisa ? Bila mau mestinya bisa. Apalagi bila dikapal istimewa tersebut dilengkapi dengan instalasi biogas, sekaligus kompressor dan tabung gas dari kotoran ternak ternak yang diangkut, kan lumayan ? Sambil mempopulerkan energy yang terbaharui, biogas dari NTT
Membuat kompos sudah dilaksanakan di Kota Madya Surabaya, bukan dari sampah tapi dari hijauan pangkasan tanaman kota dari taman taman, peneduh jalan, tapi juga dari halaman halaman rumah penduduk secara perorangan malah penduduk harus bayar mahal untuk menyingkirkan dedaunan hasil pangkasan ini. Ya rezekinya awak depo sampah dekat hunian yang diberi lahan, mesin penghancur dedaunan, dan terpal untuk memadatkan dan memeram kompos ini. Sebab bensin, tenaga dan tempat telah dibayar oleh Bu Risma. Beliau membutuhkan komposnya untuk taman taman beliau.
Saya tidak mengincar dedaunan dari pembabatan hutan lho !!
Tapi penanaman pakan ternak, untuk daerah NTT memang perlu dibantu dari daerah lain yang hujannya agak merata sepanjang tahun, mereka sangat terbantu oleh upaya pembuatan pakan dari lain daerah yang bukan dari limbah pertanian, sebab di pulau Jawa pun limbah petanian ini sudah tidak mencukupi untuk peningkatan pupulasi ternak, lebih lebih musim kemarau. Jadi anggap saja menanam hijauan setengah liar di bekas botak raksasa hutan yang dibabat dengan bulldozer sambil menata lahan dengan terasering, dan pematusan yang terencana, mebersihkan tonggak tonggak perakaran hutan adalah upaya peralihan sementara pembentukan tanah tanah pertanian nanti.
 Lebih optimis lagi, bila kta tidak mampu membuka lahan buat pertanian di bekas hutan yang dgunduli ini, apa ndak lebih baik, tanah tanah gundul ini datur diteras, dan dibajak dengan bulldozer terus ditebar benih tumbuhan yang mampu mengikat N ( Papillionaceae ) yang kaya protein , tidak beracun – untuk dijadikan hay atau silage yang dipadatkan  atau kompos yang dipadatkan. Untuk upaya pertanian kita yang tanahnya semakin kurus ? Darimana buldozernya darinama mesin perajang, penghancur dedauannya ? Ya hutang !!. Bila kita sudah berhasil membayar jalur kereta cepat Jakarta-Bandung dengan tapioca, batatas dan terong, apa buldoser, mesin pencacah hijauan, kalau perlu pabriknya, apa kita tidak dipercaya bisa  dan mau bayar ?
Kita cicil dengan daging, ikan dan serealia hasil percepatan cyclus tranformasi dari tanah yang bakal atau sudah rusak jadi tanah pertanian atau setidak tidaknya ndak terbakar sewaktu musin kemarau, sambil mengadakan pakan ternak untuk menambah kekurangan pada musim kering di daerah selain NTT dan Jawa Timur, guna memenuhi kebutuhan daging ini, juga untuk menyicil hutang, kan lahannya disini, petani dan peternaknya disini ? Sehingga kapal kapal tenak ini mendapat angkutan balik, bahan yang sangat dibutuhkan di NTT dan pulau Jawa, pusat dari pertanian intensive ini.  OPTIMISLAH, INSYA ALLAH akan terwujud impian ini.
Maaf ini mimpinya orang yang sudah uzur, saya di blog  ide subagyo,blogspots.com – juga menyicil untuk membayar hutang, karena saya sekolah gratis.*)



0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More