Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 11 Februari 2016

SERI MEMBANGUN BANGSA KE i

SERI MEMBANGUN BANGSA.
KETULUSAN
Bukan  rahasia lagi, intisari dari seluruh pelajaran manusia dalam bernasyarakat  Satu faktor yang sangaat penting,  ADALAH KETULUSAN  setiap anggautanya.
Katulusan watak sosok individu manusia tidak tersirat dalam rangkaian DNA nya,  benar benar tidak ada organ hidup yang bertautan dengannya. Apalagi keturunannya, contoh Bupati bangkalan Fuad adalah cicit Hadratush Syech Kiai Kholil, Pendiri NU, kok begitu egois dijatuhi hukuman karena terbukti korupsi kekayaan rakyat Bangkalan.
Maaf bila ada yang masih bepegang pada pendapat bahwa hati adalah  organ tubuh yang bertautan dengan ketulusan. Ilmu pengetahuan moderen mengatakan bahwa hati adalah salah satu dari dua saringan di perederan darah, dalam istilah anatomi saringan ini ada dua saringan “sistema portae” hepatis adalah hati dan ginjal adalah “sistema portae renalis”. Jadi bila hati dan ginjalnya berfungsi baik individu yang memilikinya tidak dengan sendirnya menjadi baik
Watak tulus selalu menyertai semua perbuatan kebaikan atau amal yang keluar dari kegiatan hidup manusia – berdasarkan satu pola – yang hanya bisa mampak dari dasar perbuatan baik dari satu individu itu tulus
Kebalikan dari tulus ini adalah culas.  Semua pembaca sudah tahu dan pernah merasakan keculasan dari sesamanya, besar atau kecil. Belum tentu pada permulaannya keculasan ini mewujudkan keburukan, seperti upaya gafatar terhadap petani tak bertanah,  malah sebaliknya. Pokoknya culas adalah asosial,  egois, cuek terhadap masyarakat yang diperalat..
Maka dari itu sudah brjuta juta tahun sejak manusia hidup berkelompok, kemudian setelah jutaan tahun jadi bemasyarakat, Katulusan ini selalu diajarkan – dididikkan pada generasi penerusnya untuk menjadi dasar semua perbuatan satu individu demi kebaikan masyarakatnya. Tumbuhlah masyarakat kebudayaan tinggi diseantero kontinen kontinen.
Dari kegelapan ke terang,  pada saat manusia menemukan bahwa ketulusan ini juga jadi dasar terciptanya Manusia oleh Allah, dengan bekal Nurani, maka ketulusan manusia medapatkan pelita selama hidupnya.
Segala agama mengajarkan ketulusan adalah dasar perilaku manusia untuk bernasyarakat. Sebaliknya agama juga mengajarkan bahwa kaculasan adalah ajaran iblis, yaksa, rahwana, siluman apapun yang menjadi sumber keburukan menyesatkan watak manusia. Egoisme. Menepis egoisme primieval ini, kaum Naasrani mengandaikan dengan isyarat "Bahwa manusia tidak hidup dari roti saja"
Pelajaran agama samawi penuh dengan ajaran amal perbuatan yang didasari ketulusan, sangat dihargai oleh Allah. Bahkan walau sekeci zarah, sekecil biji sawi, setidak berarti apapun, asal dikerjakan dengan ketulusan, sangat dihargai oleh Allah. Bahkan bila saja diingat di hati satu individu, dalam keadaan tidak berdaya, selalu mendapatkan perhatian dari Allah aza wa jalla, yang mengajarkan harapan dan optimisme.*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More