KETULUSAN DAN KECULASAN
Setiap makhluk hidup merupakan organisme hidup mandiri, dalam satu sistim metabolisme asimilasi dan disimilasi, dalam keseimbangan dinamis. Semua orgisme hidup harus menurut pola ini dari lahir sampai mati.
Asimilasi berarti mengambil zat yang diperlukan untuk hidup, menggunakan organ organ hidup, enzyme dan gormone, mengambil energy dari metabolism, membuang sisa yang tak dipeluakan tubuh sisa pembakaran disimilasi.
Pasti ada periode juvenile, periode masak dan periode tua dan mati. Karena alam dimensi ini ditakdirkan berpasangan, maka zat hidup bepasangan jantan dan betina, hukum yang berlaku penyatuan dan pemecahan dari dua jenis, dari makhluk bersel satu sampai ke deajad makhluk tertinggi, penyatuan dari dua spermatozoid jantan dan betina jadi embryo – bentuk juvenile menjadi bentuk masak/dewasa dan betuk tua dan mati. Sampai pada taraf bentuk yang tetap dari dua gender, jantan dan betina. Semua dengan perjuangan bersaing satu sama lain. Proces hidup ini harus dilewati oleh semua makhluk hidup secara sendiri sendiri secara individu masing masing.
Jadi sifat egoistic sudah dimiliki oleh bahkan makhuk bersel satu, bentuk amuba maupun jenis makhluk yang mampu mensintesa protein dari alam dengan fotosintesa atau chemosintesa. Sedang amuba dan manusia bermetabolisme, mengubah hasil sintesa dari makhluk yang mampu mensintesa protein dengan enegi sinar maupun enegi kimia mineral alami jadi protein menjadi dasar hdupnya sendiri. Bagaimana tidak egois ?
Manusia makhluk istimewa pada tataran tertinggi piramida makanan, memenangkan arena dunia dengan ketrampilan dan pikiran, didasari dengan bekerja sama satu sama lain, belajar satu sama lain.
Sangat berhubungan erat dengan penanaman watak tulus adalah PENDIDIKAN.
Kesadaran untuk bekerja sama satu sama lain, sudah ada sejak jutaan tahun, masih terhalang oleh warisan hidup sebelumnya jauh dikedalaman prinsip makhluk terendah, yaitu egoisme dengan segala alasan yang tidak tulus alias culas.
ITU MENJADIKAN KITA “ENEK” KEMAUAN SELURUH FRAKSI DPR RI KITA PERIODE 2014 -2019 YANG DENGAN SEGALA ALASAN YANG ELEGAN, NGOTOT MEMASANG PENGAWASAN KEPADA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DARI GOLONGANNYA. Bukan alasannya yang salah, tapi reputasi TIDAK TULUS YANG SANGAT NYATA EGOIS MEMBUAT LEBIH NYAMAN KELOMPOKNYA, KARENA JUSTRU DISANA LAHAN UANG SANGAT TERHORMAT UNTUK KORUPSI BERJAMA'AH. Sebagian besar anggauta institusi itu berwatak yang menjadikan reaksi rakyat negastip, curiga ada maunya apa ini ?
Mereka sudah terlanjur terpilih oleh rakyat, berkat dukungan Partai politik yang tidak punya ideology melainkan menawarkan kamapanan sentiment kuno kepada konstituen-nya, praktek feodalisme didalam ranah suku ras dan agama, yang masih ditingkat sangat rendah nilainya dalam masyarakat majemuk yang luas. Jadi sebenarnya ketulusan berbangsa bukan jadi motif dasar menjadi wakil rakyat pemilih yang lebih dari 120 juta ini. Bagaimana persoalan PENDIDIKAN di Masyarakat ini?*)
0 comments:
Posting Komentar