Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 24 Februari 2016

RMP SOSROKARTONO, KALIMAT PARADOKSAL

RMP SOSROKARTONO:

MURID GURUNE PRIBADI, GURU MURIDE PRIBADI, PAMULANGE SENGSARANE  SESAMI, GANJARANE AYU LAN ARUME SESAMI

Murid (adalah) guru (dari) Pribadi, guru (adalah) murid (dari) Pribadi , pelajarannya dari sengsara yang diderita sesama manusia, ganjarannya adalah kebaikan rasa bewrsyukur dari sesama


RMP Sosrokartono alkhi bahasa (Linguistic) dengan sendirinya, secara tatabahasa beliau pasti benar, bila aneh pasti desengaja.. Lulusan Universitas Leiden, Negeri Belanda. Priyayi ( nobility) lancar menggunakan 26 Bahasa, juga dapat menggunakan lebih dari 10 bahasa Daerah Nusantara  ini, alkhli bahasa Jawa juga. Dalam bahasa bahasa Kepulauna Nusantara, tatabahasanya tidak begitu rumit, Konstruksi kalimat standar pokok adalah : pokok kalimat- sebutan – pelengkap penerita, atau pelengkap peyerta.

Kalimat peninggalan beliau diatas membingungkan,  dirangkai tiga kata, induk kalimat dan anak kalimat terdiri dari tiga kata, nampaknya dengan pokok kalimat yang berbeda, menyimpang dari gramatika kalimat majemuk.  Coba dibaca terbalik menjadi: Pribadi muride  Guru,  pribadi gurune murid.  Jadi dua kalimat yang dirangkai seperti biasa, pokok kalmiat- sebutan-pelengkap  dan anak kalimat pokok kalimatnya sama- ya wajar, pokok kalimat sebutan dan pelengakap penderita dan wajar dirangkai karena pokok kalimatnya sama,  terangkai dengan pokok kalimat dan anak kalimat dengan pokok kalimat yang sama yaitu Pribadi.  

Induk kalimat bila menjadi kalimat sendiri berbunyi  Pribadi gurune murid  . Yang artinya memang Pribadi itu gurunya sang murid atau orang yang sedang belajar atau beguru. itu yang didepan

Yang dibelakang   menjadi kalimat sendiri akan berbunyi

Pribadi  muride GURU – artinya ya pribadi itulah muridnya sang GURU                                                        yang sedang mengajari jalan yang benar.


Maka maknanya : Wahai orang yang sedang mencari jalan yang benar, bergurulah lah pada MURID  SANG GURU, cari sampai ketemu.
Sedangkan Al Fatihah ayat ke 7 dan ke 8  Pembaca surah itu mohon prtunjuk tuntunan ke  ke jalan yang benar, Yaitu jalannya orang yang Enkau beri Penjuk. Bukan jalannya orang yang sesat serta mendapat murka.
Surah Al Fatihah ini adalah ummul Qur’an – induknya Al Qur’an, yang dibuka dengan Bismillahorakhmanirakhim –Dengan nama Allah yang maha Pemurah dan Maha Pengasih.
Inilah surah Wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad sallalhu alaihi wasalam, lewat Malaikat Jibril. Beliau mendapat petunjuk dari sang GURU.
Yang jelas si Pembaca surah ini tidak menyebutkan permohonannya, jalan yang
benar yang dimaksud seperti apa, tapi seperti yang telah Allah tunjukkan pada mereka yang mendapat rakhmat. Ummul Qur’an hanya member petunjuk bagi Pembacanya penjuk yang benar itu akan mendapat pendahuluan bahwa perbuatan si pemohon akan sesuai dengan tugasnya menjadi Khalifah di Bhumi, dengan azas Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih thok tidak ada yang lain.
Jadi petunjuk benar dan salah dari surah berikutnya dari Al Qur.an dan Al Hadist hanya dipagari dengan tugas dan kuwajibannya menjadi rakhman dan rakhim, bukan lainnya umpama mengadili suatu perkara tentu tidak boleh dengan nama Allah yang Maha Adil, atau Allah yang Maha Benar.

Begitu pula menimbang persoalan sikap kelakuan Manusia, petimbangan yang diperkenankan Allah adalah didasari oleh azas Pemurah dan Pengsih fithrah manusia yang sebenarnya.*)  

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More