Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 25 Maret 2016

AZAS FEODALISME MULAII HAPUS DI sULAWESI

YANG SAYA TUNGGU TUNGGU TELAH MUNCUL - E E MUNCUL DI PANAMA PAPERS TG 5/4/016

Hari ini tg 25/3/016 di berita pagi Metro tv atau CNN saya kurang jelas, ada sekelumit berita : Rakyat di Makasar atau Maros berdemonstrasi damai,  dengan poster dan spanduk dan peserta yang cukup banyak menyuarakan agar  ” pelaku korupsi pengadaan lampu penerangan jalan di Maros,  penjelidikannya dilanjutkan oleh KPK” 

Bagi masyarakat umum, demo ini wajar dan  merupakan satu konsekuensi dari demokrasi yang sudah berlaku dinegeri ini.

Bagi saya yang jauh juah hari mengamati perilaku masyarakat Bugis dan masyarakat Makassar, kejadian ini sungguh melegakan, dan membuat saya sangat optimis dan sekaligus bersemangat.  Seluruh Sulawesi, sudah tiba saatnya terbebas dari feodalisme.

Foedalisme sendiri, sebenarnya pernah ada atau masih ada di dunia ini, yaitu sistim masyarakat yang berjenjang dalam hak dan kuwajiban-ya yang bersumber dari filial atau keturunan. Yang tertinggi adalah Raja atau apapun Kaisar atau Tenno, atau Tsar, atau Syahansyah, dsb.

Karena panjangnya kurun waktu sistim ini maka feodalisme dalam masyarakat feodal merembet ke budaya ( yang dianggap adhiluhung – yang dilestarikan oleh masyarakat Jawa)  merembet ke dasar kehidupan masyarakat, merembet ke jiwa masyarakat umum, yang hanya bisa dirasa oleh orang luar lingkungan itu.  Pada dasarnya bila menyangkut perilaku bermasyarakat yang baik, diciptakan oleh feodalisme adalah keperwiraan atau perilaku menurut azas “noblesse oblique” atau watak keperwiraan, dalan masyarakat Jepang jadi idealnya watak  samurai, watak nobleman, watak priyayi yang dakui oleh masyarakatnya sebagai watak baik. Yang buruk  adalah menggerombolnya orang sekitat keturunan bangsawan untuk nunut memperoleh penghormatan dari masyarakatnya. Bukan saja penghormatan tapi juga hak lebih dari orang biasa. Semua kenalan saya di Sulawesi adalah “sepupu satu”  dari setiap tokoh masyarakat daerah itu. 

Tambahan data tg 8/4/016. mengenai "Panama Papers" mengkonfirmasi keadaan ini, lebih cepat mematangkan rakyat Sulawesi untuk sadar bahwa yang ningkring di punggungnya selama ini, sudah waktunya disuruh jalan sendiri, jangan minta gendong rakyat Sulawesi saja, dengan menyembunyikan celengan babinya di Panama, karena asal usul kekayaan yang luar biasa ini terkumpul mulai Orde Baru !! Ya biasa, dana dari pemerasan project infra strukture dan kredit bank yang macet dan agunannya ternyata asal asalan saja, begitu bayak tersebar disana.


Nah ini yang jadi  ganjelan, semua orang “sepupu satu” dari Puang Andi Odang yang Gupernur Sulsel jaman Orde Baru, konon semua Staff Gupernur ini harus menyapanya dengan Puang Andi Odang, baru diterima keberadaanya. Korupsi adalah hak para Andi, para Puang, Karaeng, para Daeng yang meluber ke kerabatnya. juga wibawa uang-nya kerabat dari  kerabatnya tokoh pejabat, ikut merasa kena imbas kehormatan itu. Tidak peduli uang dari mana. Sedangkan sejarah mencatat bahwa semua mereka yang mendapatkan kehormatan feodal sejak jaman penjajahan adalah para  taklukan, penjilat penjajah, yang menanda tangani “ Lange traktaat” traktat panjang – dalam sejarah dikenal dengan dokumen Penaklukan kepada Penjajah Belanda. Sekarang malah dapat dukungan suara Pertai apapun  dari kaum feodal ini. Semula yang melawan Belanda dihapus hak haknya, jadi orang buangan.  Rupanya rakyat Sulawesi Selatan sudah terbebas dari kebiasaan feodal ini, Supaya Para Penjabat eksekutip, Judikatip, Kepolisian, Legislaip dan Kejaksaan tidak ewuh pakewuh, menyidik penjahat koruptor ini tidak pandang bulu, para demonstran yang membanjir, mereka sudah terbebas dari feodalism skala puak dan kampung. Semoga ini titik awal dari revolusi mental rakyat Sulawasi seluruhnya, Insya Allah.*)  Pesan dari saya : cari berita di media electronik RMOL. mengenai tabungan celeng/babi, di Panama atau dipuluhan tempat sorganya koruptor menyimpan uang, bebas palak, dan bebas dari investigasi asal kekayaan.*)      

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More