9:05 AM
IDE SUBAGYO
HASIL PERENUNGAN SELAMA ENAMPULUH LIMA TAHUN MENGENAI PERILAKU KORUPSI – JADI SUDAH FINAL – TIDAK AKAN BERUBAH
LAGI.
Kembali ke asal muasal hidup wadag manusia.
Sudah ditandai bahwa pembentukan janin dari embryo manusia dalam rakhim
ibunya dari telur yang sudah dibuahi sampai
jadi bayi sudah dihimpun dalam Ilmu Ontogeny. Ilmu mengenai pertumbuhan organ organ entitas fauna untuk berangkat jadi entitas dewasa. Ternyata ontogeny ini adalah
Filogeny (ilmu yang menandai pembentukan
dunia fauna dari amuba hingga manusia) yang dipersingkat. Dari jutaan tahun
menjadi Sembilan bulan lebih tiga minggu. Jadi janin manusia jadi amuba dulu, lantas jadi koloni sel, semacan Volvox angauta binatang laut yang belum ada diferensiasi sel sel, terus jadi menyerupai sebangsa cacing, lantas menyerupai fauna bertulang belakang, trus membentuk extremitas, bakal tangan dan kaki, trus kehilangan ekor, terbentuk paru paru dari epidermisnya, dan seterusnya jadi janin vertebrata golongan Primata, dengan otak yang besar. Selama lebih dari sembilan bulan.
Dalam dunia fauna, dunia binatang,
mulai yang satu sel sampai Primata. Motif utama kegiatan hidupnya adalah mencari makan
dan berkembang biak.
Korupsi adalah kata lain dari mencari makan yang
dimotori oleh egoism. Juga mulai dari amuba hingga primata.
Kenapa yang tertinggi primata ? Karena primata menggunakan
tangannya, sebagai pendahulu dari manusia memakai alat, batu, lidi, tongkat –
semua tersedia di alam. Sedang manusia purba membuat alat sederhana, pemukul batu dirucingkan, hingga
rocket ruang angkasa.
Mencari makan dengan berbagi dikenal dalam dunia
fauna, diselang saling dengan perkelahian sebentar, trus dilanjutkan dengan
aktivitas terpenting makan, sebanyak banyaknya secepat cepatnya diantara kompok
yang berbagi itu.
Tidak ada yang punya akal untuk menyimpan atau
membawa lari tanpa dikejar teman kelompoknya, perilaku yang tanpa disebut
korupsi.
Karena itu upaya yang sia sia, pasti dikejar dan
rebutan kembali.
Pada primata banyak yang menyimpan makanan di
pipinya, tanpa bisa direbut oleh kelompoknya
Jadi prilaku korupsi berakar dari egoism yang dalam dunia fauna tidak bisa
terlaksana karena tidak punya akal dan alat, kecuali yang ada pada tubuhnya (
kantung pipi).
Egoisme adalah motif utama mencari makan, pada masyarakat manusia prilaku
makan semacan ini disebut "rakus". Diwarisi dari dunia fauna, berakar
dalan sekali dalam semua kehidupan. Kecuali dalam perilaku semua ibu dengan
bayinya, selama bayinya belum mandiri. Perilaku ini diperintah oleh instink,
tanpa dipikir. Cara Allah memelihara makhluknya yang masih lemah.
Jadi pada masyarakat manusia perilaku koruptive kata lain dari egoism dunia
fauna, harus ditangkal dengan pendidikan berbagi sejak sangat dini, sejak lahir
dan terus menerus oleh masyarakat, atau puaknya dipertentangkan dengan perilaku egois dan rakus dengan menahan diri. Pendidikan sejak dini adalah vaccine alami untuk
menangkal perilaku korupsi disamping pendidikan moral dari berbagai sumber,
agama, budaya, ditekankan pada perilaku
berbagi dan menghormati masyarakat. Tentu
saja dengan keteladanan guru guru, yang jadi manjur krena ketulusan penyampaiannya. Juga undang undang anti korupsi yang
kensekuen dan tegas, misalnya UU KPK. Sebaliknya dari egoisme ke- fauna- an. DPR kita berusaha melemahkan UU KPK ini. mereka cari yang lebih cocok, memberi peluang untuk egoisme dan koruptive a'la feodal kampungnya.
Lha koruptor ya harus mendapat hukuman,
disamping dimiskinkan seperti orang bangkrut (tidak boleh menguasai hak milik, kecuali hanya untuk membayar utang thok), juga menjalani pengabdian yang paling rendah
kepada masyarakat selama jangka waktu menurut kejahatannya. Ini hasil renungan yang
sangat lama selama hidup saya, juga godaan kesempatan yang ada, tapi tidak saya
gunakan jijik kepada kerakusan itu sendiri, juga alasan yang syah, karena takut api neraka, dan saya tidak bangga dengan hasilnya, selama
masih bisa hidup biasa tanpa perilaku egois yang merugikan masyarakat, anda
bisa percaya itu menyehatkan rokhani - karena tidak pernah takut*)
.
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar