9:03 AM
IDE SUBAGYO
KEPADA TEMAN AHOK
Saya mennton siaran Metro tv tg 8/3/2015 sekira jam 5 sore, atau jam 7 sore
saya tidak ingat, isinya wawancara bertiga satu dari Teman Ahok, satu dari
Pengamat Politik seorang lecturer dari Perguran Tinggi. Satu pembicara dari PDI Perjuangan.
Dari penampilan nyata nyata stereotype fisik mereka: yang dari partai
setengah baya, berkacamata trendy untuk profesinya, bibir sangat mudah
menggambarkan perasaan hati, cair
mudah bergerak, dari mulut yang relatip lebar ( maaf wajahnya mirip Pak Ganjar
Pranowo Gebernur Jateng, tapi tarikan bibirnya pak Ganjar ini lebih banyak ke
senyum olah ragawan keramahannya lebih
menonjol dari yang ini, tapi jelas
beliau lebih tua, maaf lebih banyak tarikan ujung bibirnya kebawah sekejap) , dengan
tatapan ke kamera yang penuh percaya diri.
Yang dari Perguruan tinggi lebih
solid, pandai menahan diri, bicara tegas. beperawakan agak berisi. Mengenakan
hem bathik lengan pendek, banyak warna merah tua.
Lha yang dari Teman Ahok, muda,
nyaris remaja, rambut agak gondrong tersisir rapi, kerempeng, lebih nampak
selalu menahan diri terlatih dari posisi
existensinya, yang selalu direndahkan. Tetapi menggambarkan keluguan single
mindedness dan kekerasan hatinya. Terbaca di mimiknya, sangat dipandang sebelah
mata oleh si bibir tipis orang partai yang “berpengalaman”. Sang partai lebih diberi kesempatan bicara
oleh pewawancara. E saya hari ini 10/4/2015 pagi sudah ngelihat di tv, si krempeng potong rambut jadi lebih rapi.
Sang petugas partai, sangat menikmati pembicaraannya, dengan mengetengahkan bahwa
partai telah sangat berpengalaman mengolah situasi politik, dipercaya oleh
organisasi dari tukang sampah, ranting
ranting, sampai cabang cabang sampai tokoh yang tetap survive selama pergantian
iklim politik setiap rezim, nadanya ya tetap mewakili rakyat, membela keutuhan
NKRI, bukan sara, jadi pasti bukan bonek pendukung club sepakbola. Jadi balon
executive harus lewat mekanisme partai, demi mencegah kekerdilan “sara” atau kepentingan
kelompok kecil. Buktinya partai hampir selalu mendukung Penggede executive
jagonya, lebih dari satu periode, karena tepatnya penjaringan balonnya dengan
bibir yang sangat cair. Lha apa itu cuma
pertemanan di "Teman A Hok" ?
Saya rakyat yang sudah
mengalami empat zaman, lima kekuasaan
rezim, ya hanya berfikir dalam bathin, sayang marhaenisme sudah tiada, jadi si
bibir tipis tidak perlu bicara mengenai itu.
Sebaliknya rakyat ya sudah tahu tentang politik transaksional/dagang sapi antar teman teman partai mereka, mereka juga menarik "uang mahar" dari setiap balon untuk jabatan apa saja yang jumlahnya sampai milyaran. Lha bagaimana bisa pulang pokok bila diincar oleh KPK terus terusan ? Makanya mereka semua sepakat untuk bikin udang undang melemahkan KPK. Duh penginnya bekerja sama dengan ABRI seperti dulu, sekali pukul sudah beres. Malah Abrinya sudah enek dengan mereka, susah disuruh langsung melawan rakyat, sedang mereka menikmati hasilnya.
Sedang saya penonton tv, sudah uzur hampir 80 tahun, mulai muda remaja sudah tergetar oleh pandangan
Bung Karno, mengenai Marhaenisme, Sosialisme Indonesia dan Trisakti. Umur saya
menjelang 80 tahun, muslim, hidup zuhud. Selalu mengenang Pak Hugeng dan Pak Jusuf
Selalu terancam dianggap tersangkut G30S selama rezim Orde Baru. Berarti masuk jurang tanpa dasar.
Pengamat Politik dari Perguruan Tinggi, berbicara laconic, tapi melahirkan
simpati pada si kerempeng, yang sangat muda, berkemeja ukuran terlalu besar, karena
pekerjaan mereka mengumpulkan tanda tangan dan bukti dukungan tertulis di
kertas yang ada fotocopy KTP Jakarta Raya dengan organisasi yang sangat
profesional tanpa bayaran. Mendukung calon perorangan calon Gubernur A Hok, mengagumkan. Sambil jadi sang pemembawa angin politik segar, sebab
pemberi dukungan yang berKTP Jakarta terkumpul dengan pengertian yang mendalam
bahwa rakyat sudah mengerti apa artinya hidup bermasyarakat plural yang modern
sangat complex, bukan sekedar organisasi patembayan desa, atau gerombolan
preman yang berkedok agama, atau suku dan ras. Semoga rakyat Jakarta Raya cepat aktip mengumpulkan dukungannya dengan KTP dan pernyataan mendukung pencalonan A Hok/Heru satu juta, berjuta juta suara individu mendukung calon
perorangan “Teman Ahok” ini, amiin.
Adapun rakyat kecil yang tertarik mengais kehidupan di Ibu Kota tidak hanya
perlu agitasi ekonomi, agitasi keagamaam. Agitasi ke Betawi-an, tapi upaya
sosio- ekonomi yang nyata berkesinambungan.
Yang bondho tenaga thok – ya mbok dibantu untuk bisa bertani di lahah lahan tidur yang masih
sangat luas dimana saja di Indonesia, tunjukkan maksud A Hok ya seperti pindah kerumah susun itu, yang bisa berketrampilan perorangan
maupun dengan kelompok, diupayakan perlindungan organisasi Perlindung yang
dipimpin orang yang tulus dan zuhud seperti Teman Ahok si Kerempeng dengan hem
yang kedodoran ini (tapi bersih lho), apa ini menunjukkan badannya sangat kurus, nggak kayak si tembem dari Majelis Kehormatan Dewan yang bikin orang sebel, tapi pengetahuan komunikasi modern mereka rata rata sangat
luas, menelorkan upaya seperti gojeg, bantuan kepada keluarga pasangan suami- istri
bekerja – Dengan organisasi modern sehingga bisa menyewa penjaga anak usia dini, bukan sekedar PRT migrant dari desa,
tapi profesional yang bekeja dengan jam, terorganisasi, bayar asuransi kesehatan, kecelakaan profesi,
jaminan hari tua, menyekolahkan anak anaknya. Yang bisa menangani bantuan pada si pengais rezeki migrant ini, nanti ya SEJENIS TEMAN AHOK ini, si Kerempeng yang hemnya kedodoran ini,
mereka pandai, tulus, dan bisa hidup zuhud, masih merasa nyaman, sebab
pengetahuannya yang rata rata luas, bukan penjilat begundal socialites anak koruptor atau anak pentolan partai yang pasti jadi anggauta DPR RI, tapi mereka jago netizen, handal dengan sumber
informasi yang tanpa batas, aku titipkan nasib bangsaku kepadamu, anda teman mudaku !*)
Aku di blog ide subagyo,blogspots,com. Facebook dan g+ di subagyo koesno di laman profil, email subagyo.surabaya@gmail.com.
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar