Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 28 Maret 2016

WASPADAI PEMBODOHAN

MEWASPADAI  PEMBODOHAN.

Seluruh ,masyarakat kita masih dalam tahap belajar.                                                                   Belajar menyikapi hidup bersama dalam masyarakat  dunia moderen, Satu keharusan yang tidak dapat dihindarkan bila Bangsa ini mau survive secara utuh dan terhormat, di era ini.

Dalam upaya  sepenting ini, kok masih ada fihak yang sampai hati, demi mendapatkan dukungan kepentingannya dibidang politik ( memenangkan kelompoknya dalam pemilihan Gupernur), memelintir ayat ayat suci Agama.

Bicara mengenai “kok sampai hati” itu dengan kata lain “kok keras sekali niatnya untuk mencapai tujuannya” sehingga kerasukan iblis, segitu gilanya ? Sambil berpenampilan kayak pemain lenong, lengkap dengan jubah dan sorban sangat meyakinkan, dan fasih nengutip ayat ayat suci. Memang di tulis dalam bahasa ibunya sendiri, jadi lafalya memukau pendengarnya.

Saya terpaksa terus terang bicara mengenai ini, sebab ini menyangkut perilaku satu ras yang terdidik oleh alam habitatnya ribuan tahun, bagitu keras hatinya, shingga semua para  Utusan Allah diturunkan disana. iblis juga nongkrong disana, tempat bagi dia yang dia pandang sangat strategis.

Mereka sudah sampai hati untuk menyiksa dan membunuh saudaranya, bahkan pimpinannya yang tidak sependapat,  dari sesama agama, sejak ribuan tahun yang lalu, belum puluhan  tahun sesudah Wahyu Illahi  diajarkan oleh UtusanNya yang terakhir.

Pemelintiran ayat suci ini dimulai dengan dalil agama: WAHYU  ILLAHI TIDAK BERTENTANGAN  DENGAN ILMU PENGETAHUAN ini benar sekali. 

Ilmu dunia mederen yang kenyataannya juga dipelajari dari sumber  sarjana ras ini sejak jaman pertengahan,  dikala zaman keemasannya.

Kemudian dia berfatwa bahwa ilmu yang dimaksud adalah Ilmu Agamanya,. Kilahnya memelintir kebenaran ayat suci ini, dengan pertanyaan  “jadi bagaimana bisa - seorang Pemimpin Umat,  bila tidak bisa memimpin untuk beribadah,  bila dia - oleh karena beragama lain, tidak BERILMU untuk melaksanakan lbadah agama itu ?

Si pengkhotbah di TV RI ini dengan audience  umat dari desa dan kampung kampung, puas, tapi dia lupa bahwa  Negara ini bukan Negara Agama. Jadi satu wilayah Provinsi dipimpin oleh Gupernur, dikantor Gupernur, tentu saja juga menurut moral kebajikan agama yang diakui Pemerintah. 

Sedang ibadah dipimpin oleh pemimpin Agama masing masing di rumah ibadah, khusus mendapat subsidi listrik dan PBB  dari Pemerintah, kepada masing masing rumah ibadah  yang diakui pemerintah. 

Maka wahai saudaraku sebangsa dan setanah air, waspadalah terhadap hujah dari orang  habitat dan lingkungan sosial yang asing, yang tidak bertanggung jawab, mau mengatur negeri ini menurut caranya,  berkedok agama !  *)


 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More