9:20 AM
IDE SUBAGYO
MEWASPADAI PEMBODOHAN.
Seluruh ,masyarakat kita masih dalam tahap belajar.
Belajar menyikapi hidup
bersama dalam masyarakat dunia moderen,
Satu keharusan yang tidak dapat dihindarkan bila Bangsa ini mau survive secara
utuh dan terhormat, di era ini.
Dalam upaya sepenting ini, kok masih
ada fihak yang sampai hati, demi mendapatkan dukungan kepentingannya dibidang
politik ( memenangkan kelompoknya dalam pemilihan Gupernur), memelintir ayat
ayat suci Agama.
Bicara mengenai “kok sampai hati” itu dengan kata lain “kok keras sekali
niatnya untuk mencapai tujuannya” sehingga kerasukan iblis, segitu gilanya ?
Sambil berpenampilan kayak pemain lenong, lengkap dengan jubah dan sorban sangat
meyakinkan, dan fasih nengutip ayat ayat suci. Memang di tulis dalam bahasa ibunya
sendiri, jadi lafalya memukau pendengarnya.
Saya terpaksa terus terang bicara mengenai ini, sebab ini menyangkut perilaku
satu ras yang terdidik oleh alam habitatnya ribuan tahun, bagitu keras hatinya,
shingga semua para Utusan Allah
diturunkan disana. iblis juga nongkrong disana, tempat bagi dia yang dia
pandang sangat strategis.
Mereka sudah sampai hati untuk menyiksa dan membunuh saudaranya, bahkan
pimpinannya yang tidak sependapat, dari sesama
agama, sejak ribuan tahun yang lalu, belum puluhan tahun sesudah Wahyu Illahi diajarkan oleh UtusanNya yang terakhir.
Pemelintiran ayat suci ini dimulai dengan dalil agama: WAHYU ILLAHI TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN ini benar sekali.
Ilmu
dunia mederen yang kenyataannya juga dipelajari dari sumber sarjana ras ini sejak jaman pertengahan, dikala zaman keemasannya.
Kemudian dia berfatwa bahwa ilmu yang dimaksud adalah Ilmu Agamanya,. Kilahnya
memelintir kebenaran ayat suci ini, dengan pertanyaan “jadi bagaimana bisa - seorang Pemimpin Umat, bila tidak bisa memimpin untuk beribadah, bila dia - oleh karena beragama lain, tidak BERILMU
untuk melaksanakan lbadah agama itu ?
Si pengkhotbah di TV RI ini dengan audience
umat dari desa dan kampung kampung, puas, tapi dia lupa bahwa Negara ini bukan Negara Agama. Jadi satu
wilayah Provinsi dipimpin oleh Gupernur, dikantor Gupernur, tentu saja juga
menurut moral kebajikan agama yang diakui Pemerintah.
Sedang ibadah dipimpin
oleh pemimpin Agama masing masing di rumah ibadah, khusus mendapat subsidi
listrik dan PBB dari Pemerintah, kepada masing
masing rumah ibadah yang diakui pemerintah.
Maka wahai saudaraku sebangsa dan
setanah air, waspadalah terhadap hujah dari orang habitat dan lingkungan sosial yang asing, yang
tidak bertanggung jawab, mau mengatur negeri ini menurut caranya, berkedok agama ! *)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar