SEANDAINYA MASYARAKAT MANUSIA DI DUNIA INI SATU KELUARGA
Maka, kita msyarakat Indonesia adalah keluarga miskin yang mempunyai anak banyak, lagipula yang bungsu terhambat pertumbuhan mentalnya, dengan sendirinya mempunyai kebutuhan khusus ( menurut ilmu pendidikan sekarang).
Bagaimana Tidak
?
Anak yang bungsu ini secara normal disebut anak Bengal, selalu membuat ulah, rewel dan suka merajuk dan memamerkan tantrum dengan alasan yang tak masuk akal, bahkan bukan perilaku anak normal, apalagi orang dewasa.
Sudah sekian abad, kekuasaan dibagi menjadi tiga institusi pokok, yaitu kekuasaan eksekutip, kekuasaan legislatip dan kekuasaan judikatip. Menurut pengalaman masyarakat Dunia, bila ketiga kekuasaan ini tidak ditangan tiga institusi yang satu sama lain tidak bisa saling menindas, maka mudah sekali menjadi balik kembali ke susunan masyarakat yang sudah ditinggalkan yaitu masyarakat feodal dengan satu Daspot Penguasa dan mudah sekali menjadi sewenang wenang. Sesederhana itu.
Lha si Bungsu yang terbelakang mental ini, merajuk tantrum membentur benturkan kepalanya sambil ngomel menjerit jerit, supaya saudaranya lain bapak, yang tidak dia senangi dan yang masih disangka menistakan si bungsu, karena plintiran berita dari anak tetangga , saudara sial ini bilang mukanya tembem. Si bungsu yang berkebutuhan khusus ini minta ortunya segera menghukum penjara si saudara yang tidak dia senangi ini, supaya tidak bisa ikut pemilihan pemimpin sesama anak anak sepermainan di kampungnya, yang nakal menciptakan sumber permen fresh Polo atau Fishermans friend yang segar memakai minth/ minthol yang keras, memalak a'la Pak Ogah, di halangi oleh temannya yang tidak dia senangi itu, makanya dia dendam. (dia anak emas lho dari pemilik pabrik permen sebelah, sekarang sudah tutup, pemiliknya mati, anak anaknya bukan type pemimpin, cuma type penikmat saja, cita cita bapaknya menjadika mereka Sultan atau Sultanzah kandas, sayang)
Aneh tapi nyata.
Bayangkan bagaimana repotnya sang ortu.
Kalau saya jadi ortunya anak terbelakang mental dan mempunyai kebutuhah khusus ini, dia juga harus dimengertikan tentang sarana aturan keluarga yang fundemental, yaitu ortu yang adil dan beradab, bukan ortu yang Despotik seperti zaman feodal. Apalagi hanya menuruti tantrum yang didasari laporan plintiran berita. Anak tetangga ini mesti diperiksa dulu, jangan lantas digebug kayak zaman pak harto dulu. Masak seorang “tokoh agama” yang kebetulan juga mukanya tembem pak Udin bisa keseleo, sudah berani menentukan bahwa berita ini sudah final ( tidak dipelintir ) memicu berakibat marahnya si anak bungsu terbelakang mental ini, jadi si sial harus digebug ? Karena mestinya dia tahu kemarahan anak luar biasa ini ya seperti itu, bukan memberi nasihat yang sebenarnya, yaitu jangan kesusu tapi diselidiki dulu.
Kan ini mengambil keuntungan dari mengail di-air keruh ? *)
Maka itu, para tetangga yang menginginkan "pressure power" ditujukan kepada ortunya si anak bengal ini, saya mohon pengertian dari para tetangga bakul jajan yang kaya, jangan manjakan anak bengal ini dengan kemurahan anda memberi jajan setiap saat, sebab anak punya keterbelekangan ini akan merasa menjadi "pressure power" bikin ulah kepada ortunya, kepada dunia, bisa merubah ortu yang adil dan beradab menjadi ortu yang pilih kasih kepadanya, merubah kaidah dunia seperti maunya, jadi Dimas Kanjeng diantara saudara saudaranya kandung apa tiri, karena punya "backing" tetangga yang tidak bertanggung jawab.
Kan akan menjusahkan kita semua ? Kalau sudah begitu dia akan ancam dan bawa senjata berat, untuk memaksakan kehendaknya pada siapapun, jadi tukang palak biasa, termasuk memalak anda sendiri, dia kan ketagihan permen fresh, KERAS KAYAK "FIHERMEN FRIEND" yang ISIS, wahai tetangga kaya, karena sudah terlanjur fisiknya butuh gula jauh lebih banyak dari orang biasa, bukan untuk kerja keras demi berbangsa bernegara, tapi untuk berdaya menuruti nafsunya sewenang wenang mendominasi orang waras. **)
0 comments:
Posting Komentar