8:27 AM
IDE SUBAGYO
SEANDAINYA MASYARAKAT MASYARAKAT MANUSIA DI DUNIA INI SUATU KELUARGA
Maka, kita msyarakat Indonesia adalah keluarga miskin yang mempunyai anak banyak, lagipula yang bungsu terhambat
pertumbuhan mentalnya, dengan sendirinya mempunyai kebutuhan khusus ( menurut
ilmu pendidikan sekarang).
Bagaimana tidak
? peristiwa 4/11/2016 Jum'at jm 7 petang, depan Istana Negara RI
Anak yang bungsu ini secara normal disebut anak Bengal, selalu membuat
ulah, rewel dan suka merajuk dan memamerkan tantrum dengan alasan yang tak
masuk akal, bahkan bukan perilaku anak
normal, apalagi orang dewasa. Pendidikan taklid kepada guru, tidak mengerti sejarah.
Sudah sekira dua abad, kekuasaan dibagi menjadi tiga institusi pokok, yaiu kekuasaan eksekutip,
kekuasaan legislatip dan kekuasaan judikatip. Manurut pengalaman masyarakat
Dunia, bila ketiga
kekuasaan ini tidak ditangan tiga institusi yang satu sama lain tidak bisa
saling menindas, bila tidak demikian, maka mudah sekali menjadi balik kembali ke susunan masyarakat
yang sudah ditinggalkan yaitu masyarakat feodal dengan satu Despot Penguasa dan mudah sekali menjadi
sewenang wenang. Sesederhana itu.
Lha si Bungsu yang terbelakang mental ini,
merajuk tantrum membentur benturkan kepalanya sambil ngomel menjerit jerit, supaya saudaranya lain bapak, yang tidak dia senangi dan yang masih disangka menistakan si
bungsu, karena plintiran berita dari
anak tetangga , saudara sial ini bilang mukanya tembem. Si bungsu yang berkebutuhan khusus ini minta ortunya segera menghukum penjara
si saudara yang tidak dia senangi ini, bila tidak mereka tidak mau bobok, tetep dijalanan, supaya yang tidak dia senangi, tidak bisa ikut pemilihan
pemimpin sesama anak anak sepermainan di kampungnya..
Aneh tapi nyata.
Bayangkan bagaimana repotnya sang ortu.
Kalau saya jadi ortunya anak
terbelakang mental dan mempunyai kebutuhah khusus ini, kepada dia juga harus
dimengertikan dicekok-kan tentang sarana aturan
keluarga yang fundemental, yaitu ortu harus adil dan beradab , bukan ortu yang Despotik seperti zaman feodal. Apalagi hanya
menuruti tantrum yang didasari laporan
plintiran berita. Anak tetangga ini
mesti diperiksa dulu, jangan lantas digebug kayak zaman pak harto dulu. anak ini dibesarkan dengan dimanja, semua harus membenarkan tuntutannya karena dia memang anak emas.
Masak
seorang “tokoh agama” yang kebetulan
juga mukanya tembem sudah berani
menentukan bahwa berita ini sudah final
( tidak dipelintir ) bisa berakibat marahnya si anak bungsu terbelakang mental ini? Karena mestinya dia tahu kemarahan
anak luar biasa ini ya seperti itu, maunya si muka tembem dan golongannya yang dari dulu cuek terhadap saudara saudarinya, yang waras mengalah, bukan memberi nasihat yang sebenarnya,
yaitu jangan kesusu tapi diselidiki dulu.
Kan ini mengambil keuntungan dari mengail di-air keruh ? *)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar