3:26 PM
IDE SUBAGYO
KEPADA YTH MENTERI PP DAN K
JUDUL; BUKAN WAKTUNYA LAGI MASSA PELAJAR MAHASISWA JADI “PRESSURE GRUP”
Orgaisai apapun yang menyangkut
Pelajar dan Mahasiswa, harus berlandaskan upaya untuk membantu pengembangan program Pengajaran Pendidikan
dan Kebudayaan. di institusinya tanggung
jawab Rektor, Direktur, Kepsek, Kiai, Ustadz , Bruder dsb. Bukan tanggung jawab organisasi extra/ diluar institusi, mereka cenderung menarik anggauta yang fanatik dan ambisius, memincuk degan taknik tenteer, alias membocorkan soal ujian. Makanya bgitu mereka kuat kualitras abiturient-nya jeblok.
Memang sejarah telah menunjukkan bahwa
lahirnya bangsa ini, bangsa kita Indonesia ya dibidani oleh “Sumpah Pemuda “sebagai reaksi
logis dari politik penjajahan yang “ Devide et impera”
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tiak bisa dipisahkan degan semangat
Pemuda untuk merdeka.
Proklamasi Kemerdekaan tg 17 Agustus 1945
adalah pencetusan dari desakan Pemuda Pemudi Indonesia kepada para
senior Pejuang Pergerakan Indonesia Merdeka, dan dengan tangkas melaksanakan
pertanda zaman, terimbas api semangat para pemuda.
Ternyata Pemuda Pemudi Indonesia
tidak mengecewakan, dengan gagah
berani pemuda pemudi kita semuda pelajar SMP. SMA dan Mahasiswa yang jumlahnya kecil. Telah berani menjawab ultimatum Jendral Sekutu Manserch,
tanggal 10 No[ember 1945 , akan menggempur kota Surabaya dari darat laut dan
udara, bila tidak menyatakan menyerah kapada Sekutu dan NICA . Terjadilah perang kota, selama tiga bulan,
pertahanan wilayah bumi dengan lini pertahanan sebelah
barat kota Surabaya, dari tepian utara sungai Brantas memanjang keutara beberapa puluh
kilometer, sampai ke Benowo.
Inilan front garis pertahanan
satu satunya selama perang Kemeredekaan
lima tahun aksi polisionil Balanda,
dimana rakyat yang berjuang di kepung
diisolasi secara ekonomis hingga
tahun 1950.
Sebagai kosekuensi dari tantangan pemuda pemudi Surabaya 10 Norpmbwr
1945 Sekutu dan NICA meyerbu ke barat
kearah Mojokerto lewat batas kota sebelah barat lahan perbukitan gersang. Malah di utara sungai Brantas sampai ke
Bonowo sudah dibangun garis pertahana tentara pendudukan Dai Nippon, khusus untuk
mempertahankan Wilayah Surabaya denga pillbox /sarang senapan mesin berat,
dihubungkan satu sama lain dengan parit parit pertahanan. Ini adalah perang
frontal dimana pesawat terbang, tank dan
brencarrier ratusan maju menghadapi garis petahanan dengan pillboxes beton bertulang
dan parit parit pertahanan. Sebab sesudah itu, pasukan pasukan TNI kita baru
terbentuk smpai tingkat Komandan Divisi. kemudian, setalah Lasykat Ralyat, TRI dan TRIP, Polisi istimewanya Pak Jasin, berperang, baru Batalion
kompi dan regu TNI di medan perang terbentuk, hanya perangnya adalah pencegatan /ambush ,
skirmish , dan perang gerilya. Dimana pemuda dan pemudi kita, bersama rakyat desa
desa melawan kekuasaan Penjajah Kerajaan Belanda, setiap malam bergerilya ke
kota kota kekuasaan Belanda, dengan resiko melanggar konvensi Jenewa, dianggap sebagai extremist dan dengan
mudah dihukum mati tanpa urusan.
Lha sesudah kedaulatan dimenangkan
walau lewat perundingan KMB, walau lewat jebakan politik Penjajahan dengan
Republik ndonesia Serikat yang disodorkan Belanda, mengerti bahwa Negara Negara yang lain yang akan dimasukan dalan RIS, kecuali Republik
Indonesi dengan Ibu kota Jogyakarta, semua itu buatan Belanda dan kroni kroninya. Jadi RIS adalah
masakan Belanda untuk kepentingan Belanda.
Seumur jagung, RIS tidak bertahan lama, bangsa ini ingin merdeka dengan
persatuan dan kesatuan NKRI, bukan berserikat dengan Ndoro tuan Van Der Plas, dengan
Gusti Dimas Kanjeng, dengan Karaeng
Matinro, dengan Anak Agung Gede Asem, bukan dengan Mamiek Tuan Muda Bermasallah, dengan
Ratu Sokikah, dengan Datuk Maraja Batugundul. Tapi dengan seluruh bangsa Indonesia. Itu sudah dijalani.
Lho wong sudah gitu kok SEKARANG malah bikin organisasi pelajar, organisasi mahasiswa,
yang hanya diajari berorganisasi taklid
kepada kepentingan ragawi yang cetek , dijari berpolitik praktis, jadi pressure group politisi oportunis dengan segenap
kepentingan ceteknya. Sekarang rakyat sudah pintar, Pemerintah sudah lengkap dengan aparat intelijen dan aparat penegak hukum, lantas "pressure group" yang mempovokasi rakyat itu apa efektip ? Selain mereka sendiri jadi pelaku kejahatan melawan penegak hukum dan merusak fasilitas umum.? Didepan CCTV dan ribuan perekam audio-video lagi.
Misalnya wong sudah berhasil mempersatukan seluruh fraksi di DPRD kok digaganggu gugat,
sehingga kesatuan dan persatuannya dibawah panji uang bubar. Lha dengan sendirinya Bapak M. Sanusi tidak terima, dengan segala dayanya, Ahok mesti mundur, SANUSI DKK MAJU. Haji Juling maju,
PNS DKI yang kumpulkan pungli- maju.
Lha kok HMI ikut ikut rusuh demo,
Buni Yani usil unggah pidato yang sudah ditukangi, pembelanya, hanya ingin di shoot tv, menunjukka diri ke khalayak, kentara sekali dengan bahasa badannya, dia yang punya gawe, saking bangganya megap megap, menonjol nonjol duduk ditengah depan mikrofon, ngotot lagi
? Mahasiswa sampai ditangkap polisi, jadi tersangka
provokator, ini mahasiswanya siapa
? Kok masih tergila gila mengikuti
politik praktis jadi pressure group terhadap saudara sendiri, mencederai yang menunjukkan kebolehannya ratusan juta demonstran sehari suntuk berdemo
santun, mempunyai kepentingan satu tegakkan
hukum , bagi yang salah, ya divonis pengadilan, yang benar dilindungi hukum Negara, bukan majelis yang kurang legalitas, mencari pedukung. Anda tidak perlu mencintai Negeri ini, tapi penuhilah tatakrama pergaulan yang wajar. Pikir si Pemuda ketua sayap kepemudaan partai politik atau Oganisasi sosial, wong seniornya ya cari duit dari dukung mendukung dan permainan kata di levelnya. Kanapa saya tidak, mumpung ada yang meliput untuk mass media.
Sekarang oknum dari PKS malah tidak mau penyidikan terbuka, mungkin kuatir kalau kalau si terperiksa ketahuhan menggigit yang lain, dan khalayak tahu dari media.halah, wong rakyat tanpa itu sudah tahu.
Mbok belajar ideologi Islam yang benar,
sehingga bisa mencapai tingkat jadi manusia yang rakhmatan lil alamin …. ! *)
Tg 10 Nopember 1945 ini tanggalan tetap hari biasa, SUDAH DIHAPUS OLEH ORDE BARU. TANPA ALASAN YANG JELAS Bahwa rayat Surabaya telah berani menentang ultimatum jendral tentara Sekutu, yang menuntut penyerahan diri dan senjata dibalas dengan kata "nuts" adalah semangat kemerdekaan.
Ini perang pemperebutkan bhumi sejengkal demi sejengkal, karena tentara pendudukan Dai Nippon siap menghadapi serangan sekutu , pesawat tempur
Inggris “Spitfire”, tank tank Inggri “
chieftain” yang kala itu dijuluki tank raksasa, ratusan brencarrier / kendaraan lapis baja
dengan senapana mesin berat dan regu
regu pasukan komando dengan senjata otomatis, berbaret merah, pasukan gurkha siap dengan kukritnya juga tank dari Amarika
“Patton” yang menjuarai medan perang
dunia ke II , berhadapan dengan parit
parit pertahanan untuk prajurit Lasykar Rakyar seperti Hisbulah, TRI, TRIP, BPRI dan Polisi Istimewa bertahan berlapis lapis. Sudah jauh
jauh hari disiapkan oleh mandala tentara
pendudukan Dai Nippon untuk keperluan ini. Sedangkan garis pertahana itu diawaki oleh kita laskar rakyat. Pemuda Sungkono,
pemuda pemuda dari pedalaman Jawa Tengah , Jawa Timur, TRI, TRIP dan Polisi Istimewa. dengan pillboxes
sarang senapan mesin beton bertulang
yang anti bom pesawat tempur . Konsekwensi HARI PAHLAWAN 1O NOPEMBER 1945., GARIS PERTAHANA INI BERTAHAN
BERBULAN BULAN. Dipertahankan oleh
pemuda pemudi kita.***)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar