Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 25 November 2016

PARTAI POLTtIK DAN TOKOHNYA

PARTAI POLITIK DAN PARA TOKOH  MASYARAKAT, SIAPAPUN YANG BISA BERTAHAN DEKAT DENGAN PENTOLAN ORDE BARU SELAMA DIA BERKUASA, PASTI ORANG YANG LUAR BIASA CULASNYA

 Judul yang panjang ini njaris tidak bisa saya singkat, saya khawatirkan akan membosankan pembaca saya. Tapi apa boleh buat, seginilah kemampuan saya. Maksud saya tulis ini bukan untuk menjelek-kan nama orang, apalagi istilah intelijen Orde Baru “makar”, tapi menyadarkan kita mengenai posisi perkembangan masyarakat kita, yang tidak kita sadari masih dalam kungkungan feodalisme dengan segala kelemahannya menghadapi susunan masyarakat dunia sekarang, yang perlu bersama sama cerdas dan dinamis “dalam sistim masyarakat” yang memang tercipta plural. Tidak akan ada lagi kelompok diluar sistim yang tumbuh sendiri kayak cancer. Karena dibenahi terus menerus oleh kita sendiri segera dengan hukum dan budaya. Pupung Presidennya Pak Jokowi.
Lho selama berkongsi dengan Orde Baru, ternyata ada yang mengumpulkan dana ( temtu saja dengan perangkat KKN ) dan kader kader bertahun tahun   berguna bagi pengeluaran yang luar biasa besar, digunakan  untuk memupuk kekuatan kaum bernalar cupet, fanatik dan penganut radikalisme, berkedok agama. Dibiarkan oleh Osde Baru karena dijadikan sekutu menakut nakuti rakyat. Sekarang ganti kulit, tapi masih ambigous, karena sifat kedernya memang oportunis.
Dicurigai (CIA) berselingkuh dengan kaum radikal skala global, bergaris keras, selama puluhan tahun berkhalwad dengan mereka, menggunakan dana yang sudah tercuci bersih dari kegiatannya berKKN didepan mata Orde Baru dan CIA tanpa disangka. Setiap tokohnya yang terendus KKN,  Penegak Hukum selalu  mendapatkan  uang sudah habis untuk foya foya dengan Miss V, harta dan tahta.
Terbukkti pada demo 411 yang ditugganginya,  berapa banyak dana yang dikeluarkan untuk pembinaan-nya ? 
Lebih dari itu semakin kentara tokoh tokoh yang sangat ambisius, culas, pendapatnya bisa dibeli, ber-spekulasi menunjukkan sifat aslinya yang sangat oportunistik, nimbrung diruang publik secara luas, Alkhamdulillah terbukalah kedoknya. 
Nampak besar sesungguhnya dari gunung es yang selama ini tertutup oleh gemuruhnya gelombang reformasi. 
Masih jauh lebih besar jumlah putra putri bangsa yang membentengi Bangsa dan Negara ini, bertekad mempertahankan NKRI  dari sektor mana saja. Ibaratnya
sekarang waktunya menentang mereka, mana dadamu, inilah dadaku. NKRI tidak bisa ditawar  !!!!!!!  

Apakah kita akan merubah menjadi masyarakat yang lebih demokratis ? Tentunya sangat tergantung dari kesadaran kita, demi percepatan pembangun menyeluruh Tanah air kita ini, yang kita juluki dengan ERA REFORMASI – reformasi mentalitas kita sendiri. Kuat membeayai keamanan Negara.
Seharusnya Partai Partai lah yang mengumandangkan, mengibarkan panji panji reformasi mental ini. 
E, e, malah mereka saling melindungi borok masing masing menjaga “fatsun politik” (jargon bahasa Belanda yang saya hanya meraba artinya) yang ayem tentrem menikmati duit rakyat dari jabatan Negara apa saja, dan menciptakan citra mereka seolah olah jadi pendidik rakyat. Waspadalah pada muka muka mereka yang tembem ini. Tumbuhlah Partai Partai baru didirikan oleh sosok sosok bernaluri business yang memastikan bahwa lewat politik akan lebih gampang menumpuk keuntngan,sebab sekarang bukan lagi jamannya pergerakan kebangsaan atau berdasar idealisme lain. Businessmen yang meneladani Donald Trump ini, sangat cynical terhadap  idealis sebangsa  Ki Hajar Dewantoro, Mohammad Yamin, ataupun Lanto Daeng Pasewang, dan sejenisnya.

Pengganti Presiden kita yang berkuasa selama 32 tahun secara otokratis dan despotis, karena didukung oleh senjata, adalah deretan Presiden yang mendapatkan mandat kekuasaannya kurang lebih secara demokratis yaitu Dr Habibi, Gus Dur, Ibu Megawati, Jendral Susislo Bangbang Yudhoyono selama dua periode, dan Pak Jokowi. Kecuali yang sedang menjabat sekarang, semua menunjukkan gejala feodalisme yang sangat kentara, diketahui masyarakat banyak tanpa banyak komentar. Yaitu menciptakan filial /sanak dekatnya sebagai politisi yang bisa menggantikannya, bila perlu dikarbit. Apa ini bukan cara feodal yang paling awal ?
Apakah ini jelek ? 
Rasanya tidak, sebab sepanjang sejarah, era feodalisme yang sangat penjang juga menghasilkan para penguasa yang jadi suri teladan mausia juga. Ukurannya hanya ketulusan mengabdi kepentingan umum, gampang to ? Ternyata hampir tidak mungkin bagi egois. Ternyata si egois diluar sistim ini lebih pintar, mereka mngelilingi anak peuguasa menggoda dengan apa saja yang bisa dibeli ! Jadi ndak perlu nyuri sendiri.
 Hanya sistim ini sangat rentan terhadap akibat sifat buruk manusia yang berkuasa terhadap kehidupan orang banyak, dengan rekayasa atau terror telanjang, tercipta dengan mudah  untuk pribadi dan kroniya  kekuasaan yang despotis dan otoriter, didukung oleh kekuatan senjata, tanpa kendali, baik untuk dirinyaya maupnn untuk kelompok kroni elitnya.
Apa ini bukan ekses dari feodalisme ? Ya, pasti. 

Kecuali itu, Islam mengajarkan manusia harus me-nomer satu-kan azas BISMILLAHIRAKHMANIRAKHIM, yang sudah lepas dari mementingkan diri sendiri atau mementingkan kepentingan umum . LEPAS DARI KONTROVERSI  berkepanjangan manusia di dunia, dengan segala dalihnya,
 Kembali ke jalan yang benar,, dimohon tujuh belas kali sehari dalam pembukaan surah Al Fatihah. .
Islam mengajarkan sangat perlunya berkorban yang diteladan-kan oleh manusia manusia unggul pilihan Allah, Nabi Ibrahim alaihi salam Nabi Ismail alaihi salam , juga Rasulullah Muhammad salallahu alaihi wasallam, demi ketaatan-nya kepada Allah. Menggerogoti pepentingan umum adalah haram.
 Kepentingan Allah hanyalah demi kesejahteraan manusia hambanya.
 Alih alih pengorbanan kepentinan diri dan kroninya, atau  merugikan masyarakat tanpa sedikitpun merasa salah.  Malah berlagak menciptakan citranya sebagai tokoh yang lugu dan terhormat., sesuai dengan martabatnya  dalam dunia  ilmu pangetatuan, Doktor, Maka itu wahai bangsaku waspadalah. !!! Paper yang puanjaaang sekali ini saya sajikan untuk mempermudah pembaca, saya copy paste dari Infid.org/pdf do/1374164461.pdf
 Saya sendiri sampai pusing “mblenger” membaca ini, maka itu bila malas membaca ya sedikit sidikit saja, bertahap, demi mempertajam persepsi kita mengenai pekembangan masyarakat kita ini, sabar dan tanpa frustasi, maklum dan arif. Karena perjalanan ke masyarakat yang demokratis ternyata masih sangat jauh, nafsu amarah dalam sejarah membuktikan, penggunaan kekerasan senjata hanya membuat jarak ke tujuan makin jauh. Sementara dilain sisi ada golongan yang sengaja memupuk radikalisme dari fanatisme agama, guna merombak kemajemukan masyarakat ini dengan kekuatan dalam waktu yang singkat, mengabaikan kesabaran dan kearifan dari ilmu ma'rifatullah yang anda sandang. Sedangkan upaya yang dangkal  yang didemonstrasikan mereka,  sebenarnya hanya dalih untuk segera duduk di singgasana despotisme, tyran tyran ini mengancam mau mengobarkan revolusi, revolusi apaan ?  Semacam mereka paling jadi terrorist *)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More