Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 01 November 2016

WAHAI BANGSAKU, HUTAN DIPINGGANG GUNUNG GUNUNG SUDAH KALIAN RUSAK DENGAN CEPAT

WAHAI  BANGSAKU, HUTAN YANG DI PINGGANG GUNUNG SUDAH KALIAN RUSAK.

Ibu pertiwi sudah kehabisan air mata, lereng gunung, hutan raya sudah kamu rusak dengan alasan yang sepele,  kalian dipimpin oleh nafsu iblisnya  para feodal setempat, feodal puak dan kampong, bekerja sama dengan  golongan yang memang nalurinya untuk kepentingannya sendiri dan puaknya,  naluri jahat yang lepas kendali,  karena kendali  masih ditangan feodalmu

Air hujan telah menghanyutkan  tanah lereng  terjal dan landai dari bukit dan gunung, tujuh puluh persen  telah gundul kelimis, hanya ditumbuhi semak dan alang alang .

Mau lihat bukti hasil perilaku kalian ?

Lihat di aliran sungai Sa’dang Sulawesi Selatan, dari Rantepao  Tanah toraja,  Makale hingga  Enrekang  didataran  rendah sungai Sa’dang..  Orang Makale malah bangga memperlihatkan jurang gundul disisi selatan jurang  hulu sungai Sa’dang , yang mengukir jurang dalam dan curam seperti miss V di pegunungan yang dilewati.  Sebaliknya lembah miring curam gundul penuh belukar dan alang alang pada musim hujan, musim kemarau rumput semak kering  ( rupanya top soil-nya sudah tergerus oleh air hujan semua ke bawah), lapisan tanah tinggal beberapa cm, saja tidak bisa menyimpan air, kehabisan air selama musim kemarau, (yang bisa tumbuh hanya alang alang dan semak) bagaimana meng-hutan-kan-nya  kembali  ??.  Alih alih membuat bangunan reservoir air di hulu, di ketinggian  dataran tinggi Toraja ( bila perlu dengan pipa pralon– untuk mengangairi  bibir   atas  lahan curam tepian sungai Sa’dang, bukan untuk debiet airnya  guna usaha tani, tapi untuk menyiram penghutanan kembali jurang sempit dan curam sepanjang  dari Makale ke  Enrekang saja, menutupi luka hati  kita yang menganga berabad abad. Tapi malah membangun bendung raksasa di sungai Jeneberang yang musim hujan saja airnya kecil,  karena water catchment area-nya kecil. Dari sungai yang sangat pendek dibandingkan  dengan sungai Sa’dang.

Ini bukti lagi bahwa duit rakyat bertrilyun trilyun bisa habis oleh proyek aneh yang disebut project politis ini, semacam “pork barrel” di Phillipines, untuk mendukung elektabilitas feodal  kelas  puak dan suku saja, sebagai tulang punggung golkarnya Pak Harto, direka yasa menjadi "suara mahal" artinya jumlah suara sedikit tapi ke- terwakilan-nya di DPR RI banyak. biar si feodal puak bisa nangkring disana terus.

Lihat lembah lembah sungai  Cimanuk di Jawa Barat, mulai dari Garut sampai Sumedang, dihulu  bendung Jati gede. Ada belasan kota kecamatan, dibangun dilembah  atau bekas aliran sungai Cimanuk yang rata,  dengan tersedianya air sumur yang dangkal, banyak bahan bangunan rumah tembok, beratap genteng, kurang apa ? Kena apa tidak membuat kota hunian sepanjang  tanah sebagus itu ?

Lantas bulan yang lalu banjir bandang menghabiskan  sebelas kota kecamatan. Ironisnya  lokasi- nya sangan dekat dengan Mekkah-nya  civil engineering  ITB  di Bandung, menjadi sembelit ilmu karena didominasi Organisasi Mahasiswa berkolitik (kolusi politik)  praktis, tapi ideologinya masih karbitan dan jongkok.   Sungai sungai  mendangkal  alirannya di lembah lembah luas   dan nyaris rata. Sekarang sungai sungai- mu ini sudah menjadi dangkal. gampang meluap ke hunian di lembah lembahnya.

Masih tidak percaya, kalian malah bermukim  disana, mendirikan kota kota kecamatan ditanah lembah aliaran sungai dengan  senangnya karena air sumur yang  dangkal, dan tanahnya rata  seperti di aliran sungai Cimanuk dihulu waduk bendung Jatigede itu.  Mendirikan kota kecamatan harus izin Bupati dan Gupernur, kalau asal tanda tangan saja, ya itu akibatnya. Tapi toh  manti bebas hukum, karena tidak mengerti. Contoh ada, seorang menteri, dari kabinet presiden yang lalu. Lebih licin dan kaya dari Ksatria tingkat Jero, dari Puri Singaraja. 


Sekarang   semua kita bangsa Indonesia mulai yang kakek nenek diharapkan  cepat mati,  tabungan pensiunnya dibutuhkan untuk membangun infra struktur,  sampai bayi yang belum  dilahirkan harus memelihara rungai sungainya  supaya manfaatnya bisa diperoleh, dan musibahnya hilang, dan sangat tidak murah.  Lantas mau apa ? Mau main kolitik terus, mempertahankan pengusaha Peng Peng**  dengan semua kakak adik dan sepupu satunya?  Haiyaa*)   


pengusaha Peng Peng bukan pegusaha Gepeng, tapi Pejabat Pengusaha bukan Pengusaha Gepeng

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More