ALERGI TERHADAP ILMU
PENEGTAHUAN ALAM
daur ulang post 26/5/018
Ilmu pengetahuan adalah
alat.
Kecurigaan
terhadap ilmu pengetahuan alam sangat dapat ddisimak di zaman pertengahan
di Europa, abad ke 16, waktu sarjana Astronomi Copernicus menyatakan bahwa bumi
mengelilingi matahahari, sebab tidak sama dengan doktrin Gereja katholik, http://www.katolisitas.org/copernicus-pernah-dikutuk-gereja-katolik/
Pada
kurun waktu yang sekian abad, daulah Isamiyah th 638 – 832, telah menguasai
sisi Afrika di sekitar Laut Mediteranean, malah jazirah Andalusia, menikmati
zaman keemasan perkembangnya ilmu pengetahuan karena dibebaskan dari segala
tahayul dan mengikuti anjuran Agama Islam bahwa manuisa harus berfikir, semua
yang menjadi hukum alam adalah sunatullah.
Satu leoncatan besar daya
intelektualitas manusia Arab ini, ternyata sulit diikuti oleh srtrukture kekuasaan
Negaranya, yang tersirat oleh teladan Rasulullah Mohammad sallahu
allaihiwassallam adalah contoh berdemokrasi yang bertanggung jawab, dengan
penunjukan khalifaurasyiddin sebagai wakil atau Khalifah - Beliau, setelah
wafat – Masih di cemari dengan pembunuhan dua diantara empat sahabat Nabi yang
dipilih oleh wakil masyarakat sebagai khalifah rasulullah, sebab kekerdilan
suku dan clan.
Istilah fungsi
sebagai Amirul mukminin – gelar dan fungsi yang dipilih sendiri oleh Rasulullah
waktu beliau masih memimpin umatnya, dan hanya berlanjut ke empat sahabatnya.
Belum dimengerti oleh bangsa Arab yang sudah menguasai wilayah yang sangat
luas..
Malah disambung oleh anak dari Abu Sufyan diangkat
sebagai Sultan yang sangat berbau feodalisme sebagai langkah peningkatan
kekuasaan kuantitatip dari sekedar Petriarch – Despot suku pengembara
menggembala ternak Arab.
Sedang maksud Rasulullah
saw, sebagai sunnah Rasul dengan contoh menunjuk sahabatnya nyata nyata
menghindari bukan saja lambang feodalisme, tapi menumpulkan kemutlakan
despotisme sebagai yang dicita citakan, berkualitas sebagai Amirul
mukminin, karena kaum mukmin nantinya cenderung meluas ke kawasan suku dan
bangsa lain memakai adat yang berbeda beda. Sayangnya sulit deterima oleh
penghuni padang pasir, masyarakat yang sudah ribuan tahun terbiasa dalam
kehidupan keras padang pasir, memakai disiplin pertempuran
melawan penjarah/perampok, terbiasa sangat menghormati persekutuan yang sangat
diperlukan, antar mereka, hingga saat ini.
Azaz egaliter dan
kebersamaan ini segera diganti dengan azas kepemimpinan feodalisme oleh bani
Umayah dimotori oleh Abu Sofyan, tokoh sangat berani dalam blitz krieg (perang
kilat, yang licin), yang telah mengangkat putranya sebagai Sulthan beserta keturunannya,
masyarakat umum dipadang pasir cocok dengan kekuasaan mutlak dari para Sultan
dan Kadi maupu Wizir, siapa saja, bahkan kepada perwira Inggris Lawrence of
Arabia, sepanjang dapat memimpin penaklukan wilayah lain secara kilat
dan membagian rampasan perangnya adil diantara mereka, dalam rangka adat
mereka. Jadi dari keteladanan Rasulullah yang menuju ke demokrasi, mereka
tidak telaten, dengan serta merta kembali ke azaz doktrin feodalisme yang
sejalan dengan legalisasi kekuasaan para Sulthan dari Allah sendiri, tanpa
secara kualitaitif dan kuantitatif menambah kekuatan produktif ekonomi
masyarakatnya, kemakmuran seluruh masyarakatnya sudah tercapai..
Karena lebih banyak kaum
pengembara ini menjadi lasykar penakluk dari penduduk yang memang sedikit,
produksi manufaktur tetap saja tidak diperlukan pekembangan kuantitasnya,
volumenya, karena dari rampasan perang alat dari besi dan perunggu,
peralatan rampasan yang sangat banyak di perbaiki kualitasnya di kota kota,
misalnya di Damaskus yang terkenal dengan pertukangan besi dan baja,
menghasilkan damascent steel, menempa kembali pedang kaun ksatrya Europa yang
besar dan berat, menjadi pedang Arab yang lebih ringan dan bermutu tinggi, juga
baju zirah yang bajanya diolah kembali, namun produksi massal untuk pasar tidak
dikerjakan oleh pemenang Perang Salib ini.
Doktrin feodalisme ini
diperkuat oleh para ulama Arab yang dekat sang Sultan, menafsirkan titel
Khalifah adalah Khalifa Allah, sedang mskdudnya adalah wakil rasulullah sebagai
Amirul mukminin. Tafsir yang memperkokoh frodalisme ini merembet ke Pulau Jawa
dengan titel Sultan Agung Hanyokrokusomo Senopati ing Alogo Khalifatullah tanah
Jawa, sudah menjelang abad ke 17 masehi, diikuti oleh pernerusnya, malah sampai
ke organisasinya pada zaman moderen.
Selanjutnya Kristianitas
di Europa sebaliknya mengalami perang salib, meskipun hasil akhirnya
kalah. Perang Salib diakhiri dengan jatuhnya Ibu Kota Romawi ke dua
Konstantinopel, th 1454. Sebagai reaksi Europa terhadap dominasi
islam dari kehebatan teknologinya, hasil pengembangan ilmu pengetahuan. Perang
berselang seling dengan dagang sangat lama dan berkali kali hingga kurun
waktu 200 tahun, melahirkan pencerahan budaya berfikir, dikenal dengan
renaissance – yang dengan cepat melahirkan kapitalisme kaum borjuis dan
imperialisme Barat. Semenjak mereka menjelajahi lautan bebas dengan kapal layar
yang lebih baik, dengan kain kanvas dari linen, alat tenunnya dicotoh dari
orang Arab. dan meriam dari foundry mereka, berkaliber lebih besar.
Sangat menambah kekuatan ekonomi masyarakatnya berproduksi masal, apalagi
setelah diketemukan jalan pelayaran mencari pasar produksi nmanufaktur ke timur
oleh Vasco da Gama dan kebarat oleh Columbus, barang manufaktur bukan atas
pesanan saja, sehingga para raja yang hanya tergantung dari pertanian, diganti
oleh para kapitalis dipilih secara demokratis dari para pembesar East India
Company di Perancis Inggris dan Belanda, dalam bahasanya VOC.
Tapi pada penghujung
abad ke 20, Geraja masih menyisakan kecurigaan terhadap ilmu pengetahuan, yang sudah dimulai dari reaksi negatip terhadap Copericus dan
penerusnya Galileo Galilei, ilmuwan Astronomi, pada abad ke 16, yang
bertentangan dengan doktrin kitab suci Kristiani Injil. Yaitu
kutukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam termasuk teori evolusi di
bidang bioligy. karena tidak cocok dengan Injil. Kaum muslimin mengikutinya
karena kurang memperhatikan bahwa Adam dalam semantik bahasa Arab melum
menyatakan bahwa dia wadag manusia, orang, tapi rukh Adam, yang ditiupkan ALLAH
ke wadag bahan dari jannah, bukan dari bumi. Alam metapysica. Di bhumi wadag
halus ini menyatu pada"code" DNA-nya Pythecantropus erectus yang sudah
ada di bhumi lama tapi tetap bodoh. Rukh Adam dan Hawa menjadikan dia sadar
akan Penciptanya, ini tertulis di "code" - DNA Adam dan
Hawa, mungkanya Aborigen Austrslia secara naluri masih percaya Alam mimpi
tataran Alam ada yang Menguasai. Jadi hidup manusia tetap dalam sunnatullah, mendua
berpasangan wadag dan rukh, sedangkan jiwa termasuk wadag karena bisa sakit.
Mati adalah terpisahnya rukh dan wadag. ( idesubagyo blogspot.com), sedang
matinya hewan adalah perpishan antara fungsi/nyawa/jiwa dengan wadag hewani.
atau hayati, nereka ada "hidup" hewani dan hidup hayati, lain dengan
hidupnya manusia.
Juga dibidang politik
ekonomi masih mengandalkan aturan yang sudah banyak ditukangi oleh
kekuasaan Gereja, umpama membakar Joan D'Arc , kejam dan memalukan, penghukuman
gadis Perancis ini yang menjadi penyelamat bangsa Perancis dari invasi
Inggris, diprakarsai otoritas Gereja. Hahwa hak istimewa kaum feodal
adalah kehendak kemurahan Allah, hingga pembebasan petani budak di kekaisaran
Russia, th 1917, yang banyak dikuasai oleh Gereja Katolik Ortodox, dan
para feodal tuan tanah sangat diharamkan, kampanye hitam anti Tuhan merambat
keseluruh Dunia. Bersamaan dengan trend perkembangan ilmu Pengetahuan Barat,
yang membenturkan ilmu pengetahuan alam dengan doktrin Gereja. Dijawab dengan gaya
yang serupa oleh kaum komunis.
Sebetulnya Islam telah
mengajarkan membebaskan budak, sejak Rasulullah Muhammad sallahu allaihi wa sallam,
bahwa perilaku alam itu adalah sunnatulah yang termasuk ajaran dalam pelajaran
Islam, Allahuakbar. Menurut cak Nun (MH Ainun Najib), bahwa orang meludah
keatas sambil menengadahkan muka itu melanggar sunnatullah, ludahnya jatuh
kemukanya sendiri. Mengenal gravitasi bumi adalah mengenal sunatullah, itu
ajaran Islam. Jadi Islam itu Ilmu, Patokannya keluasan Allah yang tak
terbatas dalam Al Qur’an dan Al Hadist, isinya adalah seluruh sunnatullah.
Tidak ada yang bertentangan dengan Ilmu pengetahuan Alam.
Pada akhirya setelah
kaum feodalnya bangkrut karena kalah dalam mengorganisasi ekonomi masyarakat
menjadi ekonomi pasar, kaum kapitalis masih merestui tulisan “In God we
trust” pada uang kertas dan uang logam murah yang dicetaknya, yang
semula untuk mengukuhkan nilainya kepada kaum pekerjanya dengan apa mereka
diupah. ---- Sekarang malah kertas uang dollar yang ongos cetaknya 2
dollar dikodekan 100 sampai 200 US dollar. untuk mengukuhkan nilainya bagi
Negara berkembang yang sangat membutuhkannya masih dilipat gandakan jadi 20
kali nilainya ( itu maunya) Negara berkembang yang paling miskin untuk
membeli pangan, sedangkan untuk Negara berkembang yang masih agak punya
niat hidup, untuk membeli infra structure, mengikuti rengekan Tuan Kapitalis
yang Factories-nya terpencar pencar, mulai Krawang sampai Tangerang,
Muara karang, dia minta dibuatkan jalan tol bebas hambatan, jembatan underpass,
overpass, bebas batas beban jalan OWS ( overwright surcharges) dengan
daya dukung lebih dari 60 ton, halus lurus, sedang membayar pajak
“beliau” enggan, duit keuntungannya dilarikan ke Panama. Dengan
alasan menjadikan dia bisa bersaing dibidang export produksinya, demi
memperkuat rupiah, merengek
sambil:
Mengecilkan infra
structure pembukaan sawah rawa di Papua dan di Kalimantan..padahal hanya alat
mekanisasi pertanian, bukan jalan dan jembatan bebas hambatan, wong sudah ada
sungai dan kanal - paling hanya jetty.
Sedang agama alergi
terhadap ilmu pengetahuan mengenai benda. “Kebandan” dalam bahasa Jawa di
artikan terikat pada kepentingan duniawi.
Ilmu kebandan adalah ilmunya
“bakul” , bukan lmu Pengetahuan terrhadap Benda. suku kata yang menbuat allergi para kapar abamawan adalah dialektika benda, krena sering emnjadi jargon kaun komunis, sehingga mereka memejamkan mata dan mematikan keinginan tahu terhadap intisari ilmu mengenai benda benda.
- Jadi "ngungkuraken kadonyan” ( bahasa jawa) yang artinya mengesampingkan keduniawian, kepentingan harta benda ----tidak berarti bodoh terhadap ilmu pengetaguan benda. Cak Nun sudah sampai kesini, Dia marah bila ditanya ongkos mendatangkan ceramah beliau, beserta kiai Kanjeng, Beliau otodidak yang membedakan antara istilah materialistis yang maknanya “kebandan”. Sedangkan materialisme – ilmu yang mempelajari alam benda, alam duniawi --- bukan ilmu ukhrowi. Padahal manusia hidup memerlukan keduanya, Yang ini beliau juga paham betul. Beliau pakar ilmu ukhrowi. mondok pada kiai besar besar bertahun tahun. Otodidak dalam ilmu ilmu mengenai benda dan perilakunya, tapi beliau mampu mencakup semua sunnatullah, istilahnya holistic karena beliau dapat ilmu dari Islam. Seyangnya ada istilah cemar dan menakutkan yaitu dialektika iilmu benda - akibat ilmu ini jadi pokok pembicaraan umum kaum Komunis. ketakutan terhadap momo gendtuwo, dari simbok pengasuh balita. Allah pemilik dan pencipta sunnatullah dengan kehendakNYA
- Cukup menjadikan populasi jutaan anak muda menjadi masa
mengambang, dalam pembangunan ekonomi bangsa, dan dunia.sayang.
Adalah hasil politik oportunis ordebaru, membesarkan si Tuan, sudah
menyasar keperut kita. Keperut dunia
Diskala dunia,
kebebasan oportunis mengeduk gunung, mengeruk dasar laut, menggunduli
hutan, membakar gambut dimana mana, factories factories berlokasi sekenanya
demi secepatnya menguasai pasar local, bentuk kegilaan ini dibenturkan dengan
ekonomi berencana, yang tidak disukai, tidak sesuai dengan kehendak Bank
Dunia, IMF,.padahal dimasa mendatang, perencanaan idusrtri dan pemakaian
energy, harus terencana holistic, terpaksa diadakan untuk menyelamatkan
lingkungan hidup manusia sebanyak mungkin makhluk hidup, dari bencana pemanasan
global dan kekeringan global. Pangan harus disediakan untuk semua. Semoga Allah membimbing ke jalan yang benar,
kepada ulama dan umaroh, hambanya yang dho’if ini *)
0 comments:
Posting Komentar