1:46 PM
IDE SUBAGYO
MENCERMATI KEGELISAHAN KIAI MUSTOFA
BISRI DI YOU TUBE
PARA
KIAI YANG WARAS, SUDAH BUKAN
WAKTUNYA MENGALAH BERDIAM DIRI,
BENGAN SABAR. BICARALAH ………DENGAN HARKATMU YANG RAKHMAN DAN
RAKHIM.
Begitulah kira kira, apa yang
dicanangkan oleh beliau, yang sajak lama mulai
resah. Beliau menjadi lebih peka dari Kiai seangkatannya karena
sebenarnya beliau juga seniman sastra poetic – bahasa kerennya PENYAIR –
Yang saya tahu, penyair adalah sosok
yang melahirkan makna , terbiasa
mencari kekuatan dari suku suku kata. Dirangkai sebagai
mutiara ………. menurut rasa. Ya, meskipun rasa itu situasional.
Tapi tidak
bagi Kiai meneb, kang sugenge jeneng
Malah sering menerjang tatabahasa……….yang
perlu rasanya harus membekas di jiwa.
saya jadi ikut luka.
Lha iya, sekarang memang sudah
waktunya….Ajaran islam “agemannya”
dipakai mencari alat menumpuk harta,
tahta dan wanita, Si Fatonah. Suryadharma Ali, Anas Orbaningrat – busuknya
ngebaki jagat. Dasar moralnya sudah bejad.
Dari lima generasi keatas, beliau adalah
keluarga Pelajar islam Formal – artinya belajar dari alif bak tak sampai Ilmu Ilmu yang menjadi
alat perkakas untuk tahu apa itu Al Qur’an
dan Al Hadist, tuntas sampai sejarahnya,
demi
mendaya gunakan wahyu
illahiah ini. Untuk
melarutkan beliau ke alam arus rahmatan lil alamin. Itulah islam “ageman” lahir bathin bergenerasi tgenerasi diatas beliau. Diantara
ribetnya dunia penjajahan.
Disamping itu, sepuluh generasi diatas Sarjana Islam Formal moyang
sang Kiai, sudah datang mubaligh dari
Yunan ke Majapahit permulaan. Sarjana
mubalegh islam yang sempat nenyerap kebudayaan Parsi dari Mesopotamia, pewaris budaya kaum majusi –Para wali. yang pelajaran
islamnya massal, merubah mentalitas masyarakart kasta Hinduism yang di
pulau Jawa sudah pengap karena dinamika masyarakat mendeg. Artinya si Sudra akan tetap jadi sudra turun
temurunnya. sampai inkarnasi sesudah
mati, bila lulus. lha mana tahu, apa jadi siapa ? Barubah
ke mentalitas baru ajaran islam, yang lebih dinamis sangat egaliter tanpa kasta
– juga dibidang agama dan masyarakat – Inilah jerohan Abu Dzar, yang dicintai kanjeng Nabi Muhammad salallahu
allaihi wasallam waktu masih bergerilya dibawah tanah di Mekkah – si Badui papa
sudah di baiat memeluk agama Rasululullah. dengan kalimah Syhadad, oleh Knajeng
Nabi sendiri.
Para Wali, mengajarkan imu
Hakikat Islam dan ilmu Makrifat Islam digali dari riwayat Kanabian Kanjeng Nabi
Muhammad dan dari Ummul Qur’an sak mukadimahnya komplit, lha wong sudah kadung ditulis disana. Tanpa hujjah apa apa. Di
jarwa jadi tuntunan hidup seorang muslim dan sekaligus jadi tuntunan orang
sekarat menjelang menghadap kehadirat
Allah – ini yang para wali sampaikan
ke ummat
Hindu yang masuk islam, meskipun
tidak diaben dengan beaya yang sangat besar, masih diterima amal ibadahnya,
dihisab, menurut kadarnya, semua ummat sama. Sesudah mereka mencari cari apa
jerohan ajaran para wali Islam ini, tercantum dalam makna tembang Ilir Ilir, ( di blog idesubagyo.blogspot.com) disamping
diberi gaduhan sawah rawa hasil kerja
sesama muslim, diwilayah rawa Pamotan ( sekarang Lamongan) Dicetak dengan teknologi dari Mesopotamia. Cerita yang ini dikesampingkan
oleh Ulama mubalegh Islam yang datang belakangan yang mengajarkan Ilmu islam
secara formal, masih mending sang Kiai masih mendapatkan serpihan
ajaran sorogan dari kakek moyang sepuluh generasi diatas, disamping mendapatkan
gemblengan selama hidup dari ajaran formal ilmu Islam, dari pondok pesantren
turun temurun, ilmu ilmu untuk menelaah Al Qur’an, tartil, tajwid, nahwu,
sorof, Tata bahasa Arab, sastra Arab, sejarah Timur Tengah, tapi juga masih menerima ulasan SOROGAN
para Wali tanah jawa – yang memenuhi tujuan bahwa islam itu ajaran untuk
manusia seluruh Dunia kapan saja dinama saja, tidak mempersulit ummatnya, sangat
sederhana dan mudah dimengerti – sebab yang mendesign Allah sendiri. Ini yang
digali oleh para wali tanah Jawa, ini yang diambil dari sikap Rasululah Muhammad
salallahu allaihi wassalam, menghadapi orang semacam Abu Dzar si Badui dari
Gifari, termasuk orang yang pertama masuk islam – Nabi percaya, dia disuruh pulang ke Gifari segara. Islam bukan menuntut taklid buta thok, apalagi
memberi jaminan masuk sorga tanpa
dihisab. kalau bukan Allah dan Rasulnya - bila Allah berkenan. Abu Dzar ya belajar untuk dirinya
sendiri sesudah islam berakar teguh di Jazeera.
Tetap anti korupsi, anti feodalisme,
anti KKN dan telah menaggung konsekwensinya, do’a saya setulusnya kepada temanku
ini, yang dibelakang namanya tidak disebut ditambah dengan r.a. oleh ulama mana
saja.
Kalau mau sampai jadi
Kiai……..ya jelas betul harus belajar sampai pol, akan dituruti sampai
mengenal keindahannya Al Qur'an, yang membuat orang sangat bersyukur di tingkat
itu. Ini yang membuat Kiai Mustofa Bisri sedih, orang sudah mencari uang dan popularitas dengan bicara dalil……kembali
ke Al Qur’an dan Al Haidist – supaya laku jadi wakil Legisatip sukur dadi Kepala
Daerah atau Rector atau Ketua MUI , tapi ndak pernah belajar formal ilmu agama
islam yang sudah jadi wilayah baku kaum Ilmuwan Islam formal, dipondok
pesantren 12 -15 tahun. Karena saya-pun
tidak pernah, saya hanya Agronomist-islam. pecinta dan penelaah sejarah
amatiran. Terus terang saya belajar dari google.
Begitu pun masih harus jadi manusia biasa ( jangan sampai
jadi Al Haladz).*)
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar