6:16 AM
IDE SUBAGYO
seri 1
HAK MILIK
YANG MENJADI GODAAN MANUSIA SANGAT GAWAT.
Di seri
pertama judul artikel ini menunjukkan
bahwa manusia selama existensinya yang
omnifora, bisa menjadi pemangsa
segala yang se ganas amuba – meskipun jazad renik tapi tetap mau memasukkan “makanan” kedalam seluruh tubuhnya – juga
sehangkara Tyranpsurus rex- yang
membunuh korbannya tanpa ampun dan tanpa ada puasnya.
Manusia di
Dunia dari Pithecantropus erectus yang mendapat tambahan gene sorgawi dari Adam dan Hawa. Oleh syaithan
juga di kembangkan bakatnya yang mampu meniru amuba dan sekaligus Tyranosaurus
rex, manusia malah menelan dan mengagkangi benda benda sekitar dirinya. Nafsu
amarah dan lauwamah. Dimana syaitan bertahta.
Maka
Allah mengirimkan sederet utusanNya sepanjang zaman untuk membantu menusia
mengatasi godaan syaitan ini. Rasulullah penutup
adalah Muhammad salallahu allaihi wassalam. Singkatnya agama adalah otoritas
untuk mengatur hak milik manusia yang
diwujudkan benda benda dibutuhkan dan dikangkangi diluar kebutuhannya sebagai
pemuas nafsu yang tidak ada batasnya. Khalifaur rasyiddin, Utsman
bin Affan, sebagai Pemimpin – Amirul Mukminin menetapkan tanah garapan di Irak
tidak dibagi menjadi ghanimah kepada para kabilah pemenang perang islam pada saat itu, melainkan
dimiliki oleh Negara – sedang penggarap petani setempat membayar pajak kepada
Negara, disertai gerutu para ksatrya perang pemengang. Sebab
Negaralah yang bakal mebayar banyak pegeluaran dikemudian hari untuk keamanan
dan mempertahankan ketertiban, membangun infra structure, sedang para ksatrya generasi berikutnya bisa
dibayar oleh Negara. Sedang bila tanah
hitam ini dibagi sebagai ghanimah waktu perang dimenangkan, siapa yang akan
membayar beaya pemerintahan sampai
generasi generasi berikutnya ? Ini juga terjadi sewaktu para santri mencetak
sawah dirawa Demak, mereka memilikiya seagai hasil karya mereka. Sampai
generasi berikutnya kepemilikan sawah sudah sangat berubah, dari gadai dan
ijon, akhirnya Negara tidak bisa memperoleh stock dagangan beras untuk export,
yang pendapatannya untuk keperluan Negara, membeayai rehabilitasi sistim
saluran yang mendangkal – seluruh pondasi pendapatan Negara hancur.
Pada zaman
teknologi manusia malah menciptakan mesin otomatis untuk bekerja menghasilkan
benda benda yang sangat banyak macam dan
daya gunanya untuk memanjakan nafsunya. Persoalanya mesin automatis, pekerja yang cermat dan cerdas ini adalah
benda……. Akan jadi milik siapa ? Apakah
agama seluruh dunia sudah siap menentukan siapa yang akan “memiliki” mesin
cerdas yang hanya “bekerja” tanpa minta nafkah tanpa minta istirahat………hanya design, bahan baku dan energy. Tanpa campur tangan autoritas menetapkan hak
milik manusia sampai dibatas mana……..Kepemilikan otomatisasi mesin sekarang saja
sudah merampas nafkah buruh dan pekerja seluruh dunia…….
Lantas bgaimana
menafkahi keluarganya ? Sedangkan berarannya fiukur dari kehidupan buruh bujangan ? lha keluraga yang belum bekerja, beaya sekolah, hidup orang tua yang sudah tidak laku bekerja ?
Sedangkan antara Amerika Serikat dan Mexico sesama
agama Nasrani saja, membiarkan anak anak mati karena politik imigrasi hingga
tega terhadap penderitaan anak saat proses
imigrasi, hingga membuat matinya ? Sedangkan kita di Nusantara lebih
memilih menelantarkan potensi rawa untuk sawah 9,3 juta hektar, hanya karena
tidak senang pada sosok pendobrak dengan berhasil melaksanakan prototypenya, dimana para pemimpin
pendahulunya selalu ada alasan buat menelantarkannya ?
Salah
mengerti isyarat nyata PARA WALI -- membatu “tandur” malah klewes klewes MENJADI NGLANTUR ? Sebab hanya agama dengan prinsip dipimpin
oleh Kepentingan umum - kepentingan murni taat kepada Allah, kepentingan melaksanakan tugas rakhmatan lil alamin
yang lebih luas dapat menetapkan pemiliknya…. Padahal tugasbesar itu harus diselenggarakan dengan Negara karena
kolosalnya beaya , berupa beaya
teknologi dan semangat moral manusia umat yang terinspirasi dawuhnya para Wali,
pelakunya yang bertindak terorganisasi ditetapkan oleh para Amirul mukminin manamya sudah bicara, yang duduk di Eksekutip dan Legislatip – dilapangan dibimbing oleh Ahlinya,
insya Allah dengan kreasinya-mekanisasi sawah rawa, pqasti terlaksana.
Hanya
organisasi Negara yang bisa melaksanakan pemanfaatan rawa untuk sawah,
berlanjut segera dengan potensi yang bisa menjadi rakhmatan li alamin dibidang
pangan – Dari 9,3 juta hectare potensi rawa – bila sebagian barang 4-5 juta ha
saja terlaksana dijadikan sawah, -- beras, yang sebaliknya jadi incaran kaum dagang
konglomerat hitam, ihtikar pangan manusia sedunia – sebagai penjilmaan
shaithan. E, akan sayang bila hanya
terhalang oleh salah pengertian pretensi pribadi satu sosok kekasih para wali, terhadap Amirul Mukminin yang sa’iki, syaitan menciptakan salah mengerti.
Rakhmatan
lil alamin itu elan perjuangan Agama Islam – para Wali sudah memberi isyarah
pada pemuda pemudi ma’iyah……. “Tandur” pasti akan terlaksana, pamanfaatan rawa
jadi sawah, meskipun hanya sebagian dari 9,3 juta ha, sampai 2024, insya Allah
hasilnya sudah bisa membebaskan bangsa bangsa yang chronis didera kekurangan pangan jadi tersandera. Oleh upaya ihtikar pangan yang mendunia, kayak Mesir dan Arab lainnya, hanya menurut saja, bisanya hanya memancung TKW Indonesia, menggiring demo dimana mana.
Pribadi
pribadi pelaksana dan masyarakat manusia di Nusantara - ber Negara, ber Pancasila, bermukim di dunia yang sama, insya Allah akan ada hubungan harmoni dari penyatuan dan penyertaan hak milik yang gawat –
hasil karya semua warga Nusantara dengan para Amirul Mukmininnya, aturan Negara, kan keadilan pasti selalu jadi sendi Agama- Agama di dunia ? harusnya lho *).
Posted in:
0 comments:
Posting Komentar