Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 04 Januari 2019

seri 1 HAK MILIK YANG MENJADI GODAAN MANUSIA

seri 1

HAK MILIK YANG MENJADI GODAAN MANUSIA SANGAT GAWAT.

Di seri pertama  judul artikel ini menunjukkan bahwa manusia selama existensinya yang  omnifora, bisa menjadi  pemangsa segala yang se ganas amuba – meskipun jazad renik tapi tetap mau memasukkan “makanan”  kedalam seluruh tubuhnya – juga sehangkara  Tyranpsurus rex- yang membunuh korbannya tanpa ampun dan tanpa ada puasnya.

Manusia di Dunia dari Pithecantropus erectus yang mendapat tambahan gene  sorgawi dari Adam dan Hawa. Oleh syaithan juga di kembangkan bakatnya yang mampu meniru amuba dan sekaligus Tyranosaurus rex, manusia malah menelan dan mengagkangi benda benda sekitar dirinya. Nafsu amarah dan lauwamah.  Dimana syaitan bertahta.                                                                                     Maka Allah mengirimkan sederet utusanNya sepanjang zaman untuk membantu menusia mengatasi godaan syaitan ini.                                 Rasulullah penutup adalah Muhammad salallahu allaihi wassalam. Singkatnya agama adalah otoritas untuk mengatur  hak milik manusia yang diwujudkan benda benda dibutuhkan dan dikangkangi diluar kebutuhannya sebagai pemuas nafsu yang tidak ada batasnya.                                     Khalifaur rasyiddin, Utsman bin Affan, sebagai Pemimpin – Amirul Mukminin menetapkan tanah garapan di Irak tidak dibagi menjadi ghanimah kepada para kabilah pemenang  perang islam pada saat itu, melainkan dimiliki oleh Negara – sedang penggarap petani setempat membayar pajak kepada Negara, disertai gerutu para ksatrya perang pemengang.                                                             Sebab Negaralah yang bakal mebayar banyak pegeluaran dikemudian hari untuk keamanan dan mempertahankan ketertiban, membangun infra structure, sedang para ksatrya generasi berikutnya bisa dibayar oleh Negara.  Sedang bila tanah hitam ini dibagi sebagai ghanimah waktu perang dimenangkan, siapa yang akan membayar beaya pemerintahan  sampai generasi generasi berikutnya ? Ini juga terjadi sewaktu para santri mencetak sawah dirawa Demak, mereka memilikiya seagai hasil karya mereka. Sampai generasi berikutnya kepemilikan sawah sudah sangat berubah, dari gadai dan ijon, akhirnya Negara tidak bisa memperoleh stock dagangan beras untuk export, yang pendapatannya untuk keperluan Negara, membeayai rehabilitasi sistim saluran yang mendangkal – seluruh pondasi pendapatan Negara hancur.

Pada zaman teknologi manusia malah menciptakan mesin otomatis untuk bekerja menghasilkan benda benda  yang sangat banyak macam dan daya gunanya untuk memanjakan nafsunya. Persoalanya mesin automatis,  pekerja yang cermat dan cerdas ini adalah benda……. Akan jadi milik siapa ?  Apakah agama seluruh dunia sudah siap menentukan siapa yang akan “memiliki” mesin cerdas yang hanya “bekerja” tanpa minta nafkah tanpa minta istirahat………hanya design, bahan baku dan energy. Tanpa campur tangan autoritas menetapkan hak milik manusia sampai dibatas mana……..Kepemilikan otomatisasi mesin sekarang saja sudah merampas nafkah buruh dan pekerja seluruh dunia……. 

Lantas bgaimana menafkahi keluarganya ? Sedangkan berarannya fiukur dari kehidupan buruh bujangan ? lha keluraga yang belum bekerja, beaya sekolah, hidup orang tua yang sudah tidak laku bekerja ?

Sedangkan antara Amerika Serikat dan Mexico sesama agama Nasrani saja, membiarkan anak anak mati karena politik imigrasi hingga tega terhadap penderitaan anak saat proses   imigrasi, hingga membuat matinya ? Sedangkan kita di Nusantara lebih memilih menelantarkan potensi rawa untuk sawah 9,3 juta hektar, hanya karena tidak senang pada sosok pendobrak dengan berhasil melaksanakan prototypenya,  dimana para pemimpin pendahulunya selalu ada alasan buat menelantarkannya ? 

Salah mengerti isyarat nyata PARA WALI -- membatu “tandur” malah klewes klewes  MENJADI NGLANTUR ?  Sebab hanya agama dengan prinsip dipimpin oleh Kepentingan umum - kepentingan murni taat kepada Allah,   kepentingan melaksanakan tugas rakhmatan lil alamin yang lebih luas dapat menetapkan pemiliknya…. Padahal tugasbesar itu harus diselenggarakan dengan  Negara karena kolosalnya beaya ,  berupa beaya teknologi dan semangat moral manusia umat yang terinspirasi dawuhnya para Wali, pelakunya yang bertindak terorganisasi ditetapkan oleh para Amirul mukminin  manamya sudah bicara, yang duduk di Eksekutip dan Legislatip – dilapangan dibimbing oleh Ahlinya, insya Allah dengan kreasinya-mekanisasi sawah rawa, pqasti terlaksana.

Hanya organisasi Negara yang bisa melaksanakan pemanfaatan rawa untuk sawah, berlanjut segera dengan potensi yang bisa menjadi rakhmatan li alamin dibidang pangan – Dari 9,3 juta hectare potensi rawa – bila sebagian barang 4-5 juta ha saja terlaksana dijadikan sawah, -- beras, yang sebaliknya jadi incaran kaum dagang konglomerat hitam, ihtikar pangan manusia sedunia – sebagai penjilmaan shaithan.             E, akan sayang bila hanya terhalang oleh salah pengertian pretensi pribadi satu sosok kekasih para wali, terhadap Amirul Mukminin yang sa’iki, syaitan menciptakan salah mengerti.

Rakhmatan lil alamin itu elan perjuangan Agama Islam – para Wali sudah memberi isyarah pada pemuda pemudi ma’iyah……. “Tandur” pasti akan terlaksana, pamanfaatan rawa jadi sawah, meskipun hanya sebagian dari 9,3 juta ha, sampai 2024, insya Allah hasilnya sudah bisa membebaskan bangsa bangsa yang chronis didera kekurangan pangan jadi tersandera. Oleh upaya ihtikar pangan yang mendunia, kayak Mesir dan Arab lainnya, hanya menurut saja, bisanya hanya memancung TKW Indonesia, menggiring demo dimana mana.  

Pribadi pribadi pelaksana dan masyarakat manusia di Nusantara - ber Negara, ber Pancasila, bermukim di dunia yang sama, insya Allah akan ada hubungan harmoni dari penyatuan dan penyertaan hak milik yang gawat – hasil karya semua warga Nusantara dengan para Amirul Mukmininnya, aturan Negara,  kan keadilan pasti selalu jadi sendi Agama- Agama di dunia ? harusnya lho *).


 

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More