Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 09 Januari 2016

BISMILLAHIRAKHMANIRAKHIM, BISAKAH WHYU ILLAHI INI MENJADI REPUTASI WATAK MANUSIA MODEREN ?

REPUTASI – NAMA BAIK -  PERLUNYA DIMILIKI.

MAHAL, MESKIPUN SUBAIKNYA DICICIL LAMA SEKALI,
SEBAB ADA FAKTOR YANG TAK TERBELI UNTUK MENDAPATKANNYA– WAKTU.
Kekacauan mendapatkan reputasi ini sudah nampak jelas, apabila dalam masyarakat berjangkit penjakit masyarakat yang paling berbahaya, KRISIS NILAI.
 Ternyata hanya dengan sedikit merenung saja, ketemu rumus pokok perjuangan umat manusia sehingga mencapai derajad jadi makhluk tertinggi di dimensi alam yang ini, yaitu intisari segala ajaran, segala agama,  fondasi segala msyarakat berbudaya tinggi yang pernah dimiliki manusia.
Semua itu mengajarkan konsistensi memegang teguh reputasi ini. Sebab reputasi milik siapa saja akan selalu memberikan “cap” atau “ciri” pada pemiliknya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Jadi reputasi didapat dari originalitas demi kebaikan  masyarakat yang dipertahankan bergenesasi generasi dengan persisten.
Peninggalan masyarakat berbudaya tinggi dari zaman yang lalu yang masih relatip wutuh yang kita bisa lacak pelajarannya adalah: :Masyarakat yang mendiami anak benua India lembah lembah sungai Indus, lembah lembah sungai Gangga, dan anak benua China lembah lembah sungai Huang  Ho dan sungai Yangtse kiang.  Masyarakat India, rigid dan tidak flexible, masyarakat China cair dan flexible. Tapi keduanya tetap mengisyaratkan konsistensi masing masing nilai cirinya. Sekarang kedua bangunan masyarakat ini telah menjadi fosil-hidup yang sudah sangat termakan erosi linkungan, namun tetap terbaca, bagaimana setiap komponen dari mereka memegang reputasinya, sebagai komponen masyarakat yang berbudaya tinggi. Bila itu Masyarakat Hindu, para Brahmana mempunyai reputasi tidak pernah  bohong, para Ksatrianya tidak pernah ingkar janji, apalagi sumpah, para kasta bawah waysia dan sudra selalu taat pada kuwajibannya pada masyarakat. Bila itu masyarakat China, mereka terobsesi membalas budhi maupun dendam.
Mereka yang tergabung dalam satu kelas pedagang selalu menghormati janji, janji perorangan didukung oleh seluruh golongan pedagang, mereka mempunyai reputasi itu. Makanya  surat berharga “cheque” tulisan cakar ayan pada sehelai sutra artinya janji bayar sebesar yang tersebut dalam tulisan cakar ayam itu, dipercaya oleh para pemburu dari padang tundra Siberia untuk membeli pelt yang sangat nyaman untuk mantel musim dingin.  Bangsa yang suka berjudi ini selalu bayar kekalahannya. Mereka bisa membalas budi. Mereka punya reputasi ini. Maka kuangxi adalah jalan hidup yang ditaati bena benar. Sangat nyaman bagi Penjabat yang memegang kekuasaan sekecil apapun.
Konon, penghuni wilayah sabuk tropic basah ini, membuktikan bahwa mereka sama kunonya dengan penghuni anak anak benua Asia itu, terbukti dengan adanya fosil Manusia Purba di Jawa Pithecanthropus javanicus dan dilain pulau, maka kebudayaan mereka pasti tidak hanya copy paste dari anak benua India atau anak benua China saja. Bangsa ini pembawaanya  lunak, karena alamnya juga lunak,   cenderung tidak lekat pada hak milik, tidak pelit berbagi pengetahuan dan informasi. Lokasi  tanah airnya begitu nyaman sehingga jadi tujuan perpindahan suku suku bangsa sejak zaman purba, sehingga originalitasnya  tetap ada,  mengambil corak  lokal tapi tercampur gaya berpikir dan berekspresi India, China, maupun Polynesia. Di era modern, bisa dilacak pengaruh  sosio biologisnya dari India,  China dan Polynesia artinya apa yang ditandai dari untaian rantai DNA, dan berperilaku.  ( dkenal dengan ungkapan “masih untung” meskipun sudah babak belur), dalam kesalahan malah tertawa, ungkapan bahwa hidup ini mudah, kesalahan selalu bisa diperbaiki, tidak usah mengamuk..
Bandingkan dengan masyarakat Amerika Serikat dengan Demokrasi liberalnya yang dia khotbahan untuk diikuti oleh masyarakat manusia di Dunia ini.
Bila  nasyarakat berbudaya tinggi diatas bisa bertahan dengan hitungan ribuan tahun dan berpengaruh ke masyarakat lain disekitarnya di Asia Tropik misalnya, larena mereka ( orang India, orang China) konsisiten dengan norma ajarannya. Yaitu mengenai Kasta dan karma ( orang bisa berubah nasibnya dari kasta rendah ke kasta tinggi menurut Hinduisme India hanya sesudah mati, berinkarnasi memetik karma dalam masyarakat,  menjadi angauta kasta yang lebih tinggi atau jadi Dewa).
Hargadiri dan guangxi untuk masyarakat China, orang jadi lebih baik karena dipercaya, membayar kekalahan judinya ( karena menjaga harga dirinya) dan menjaga hubungan/jaringan saling menguntungkan ( kuangxi) dimaysrakatnya. Inilah reputasi mereka.
Lha Golkar reputasinya gimana ?  Ada golongan A ( Agung laksono) mewakili birokrasi nepotisme, ada golongan B (Bakri) mewalkili birokrasi monarkisme plutokrasi dan golonga C mewakili akar rumput yang pecandu joged dan musik ndangndut. Di desa desa banyak jadi kroninya lurah, binaan golkar.
 Dia yang melahirkan Suryadi di PDIP penggerak KUDATULI., dia yang melahirkan kelompok Pemuda Pancasilanya Yapto cs, kelompoknya Setia Novanto di DPR, dia yang melahirkan  Akhmad Tirtosudiro, Bustsnil Arifin, para sudrun yang menjadi pengasuh dan pendidik kader kader generasi Muda Islam,  Kemudian mereka menjadi Pengemudi Partai Partai Islam reputasinya gimana ? Ingat Nazarudin,, ngat Anas Urbaningrum, ingat Bedu Amang, ingat Doktor Rahadi ramelan yang membawa dollar sak koper ngalor ngidul ditangkap FBI, inga Puspoyudo, ingat nyonya Sugihat yang ndak mau kulakan gabah,  ingat Suryadharma Ali, ingat Lutfi Hasan Ishaq, Presiden-nya PKS mudah tergoda wanita cantik cantik hingga uang korupsi sapi habis, sampai CIA ya percaya, ingat Fatonah yang iden ditto. Ditambah lagi satu cara yang rapi untuk mencuci uang skala besar, dengan mekanisme import oleh Negara. komoditas pangan, yang barangnya sudah di timbun di gudang dudang dengan diberi label import, praktek ini berjalan lebih dari 39 tahun - yang ketahuan import sapi oleh Lutfi Hasan Ishaq dan Fatonah - Lantas disembunyukan dimana ? Untuk apa kok disamarkan dengan royal mereka memanjakan wanita, memperebutkan tahta dan harta - habis. Oh tidak, CIA saja percaya, ternyata dipakai membangun menghimpun pengikt muali remaja dengan bapak ibunya a'la Hasan al Bana dari Alamut - dengan mengorganisasi gafatar sudah ribuan, berhutang budi dari uang hasil korupsi terorganisasi selama Orde Baru dan Orde Reformasi itu.  Merekruit dianatara petani miskin yang berhutang budi diberi fasilitas mengerjakan tanah, sarana pertanian dan perlakuan terpuji, sambil dicekoki ajaran perjuangan mereka - mungkin jadi hashishin

Toh semua itu akan berakhir juga bila masyarakat sudah memakai tata pergaulan lain, yang bisa menyeimbangkan kehidupan individu dan kehidupan sosial, dengan berbagi secara material, bukan "oh kasian" saja.  Mungkin setelah tidak lagi khawatir kekurangan kebutuhan hidupnya.

Amerika Serikat dengan masyarakat yang produktivitasnya sangat tinggi tidak mengenal dan bersinggungan dengan  kredo dan reputasi masyarakat yang bisa bertahan ribuan tahun ini, tapi tetap dengan pesat berkembang dan menaklukkan dunia sudah dimulai sejak  duaratus  tahun, dengan credo “ This is a free country” Asahlah kekuatan ( paling mudah bila menguasai pemakaian senjata api)  daya otak individumu dan kalahkan sainganmu,  merangsang kompetisi dan segala sifat tidak sportip ikutannya – Ini masyarakat bebas, kenapa kau tidak jadi yang nomer satu ? Inilah reputasi Negara bebas, demokrasi liberal. Orang Phillipine sebagai bekas jajahan Amerika Serikat menganut ajaran ini, berusaha memiliki reputasi ini – Tapi Presiden Corry Aquino telah membagikan sebagian tanah lahan kebun tebu milik kelurganya kepada buruh tani tak bertanah di lahan itu.  Kapitalis raja industry baja,  Andrew Carnegie seabad yang lalu bilang “ To die rich, to die disgraced”- mati masih kaya raya adalah mati sia sia.
Apa ajaran andalan liberal se-maunya sendiri ini dapat bertahan  lama ? Inikah reputasi yang menjadikan mereka majikan dunia selama ini ?. Apakah untuk selamanya ?
Presiden Obama, berlinang air mata mengingat korban penembakan penembakan  membabi buta dimana mana di AS. Kepemilikan senjata api jadi kompensasi logis,  karena sangat mudah untuk sangat menambah kekuatan individu dengan menguasai senjata api ini, makanya ratusan tahun alot sekali diatur cara lain (umpama dengan izin ketat penguasa-an-nya - demi melindungi masyarakat, terhadap orang stress yang memegang senjata api), jadi masyarakat ini sudah termakan racun kebebasan individunya . Pengetatan memiliki senjata api akan dianggap menggerogoti  reputasi bangsa pemuja kebebasan individu ini. Makanya sangat alot untuk diatur cara lain.

 Pemuja kebebasan individu yang kebablasan, termasuk  anggauta Kajelis Kehormatan dan Ketua DPR RI bisa  kapan saja dengan siapa saja dimana saja menemui manusia lain. Untuk kedok berkomplot  a’la Setia Novanto dan kroninya di DPR RI,  dan orang keblinger lain, (mereka lupa berkomplotnya itu namanya makar- sangat bisa dihukum)– Sampai Presiden-nya sangat risih karena itu, karena terbukti dicatut namanya, rakyatnya geram dengan pameran-memunculkan-watak asing bagi mayoritas penghuni sabuk tropis basah ini.  Saya bisa maklum, karena wilayah iklim dan budaya ini bisa menghasilkan Setia Novanto,  kombinasi dari sosio-biologis sampai di kedalaman jiwa  dari hasil perkawinan silang  India dan China, dan Pribhumi, ada panggilan dari jiwanya untuk berkelompok secara alami, dengan watak ini. Karena di siaran TV pernah Hartati Murdaya Poo mengeluh, kita pengusaha ini apa apa kok ndak boleh, membina usaha mencari keunutngan menurut dia ya dengan cara sebebas bebasnya *)
Menyedihkan memang,  Tapi bagi kita, itu bukan fondasi masyarakat kita, itu penyakit masyarakat kita, mesti deberantas, karena bukan hanya menggerogoti fondasi kehidupan masyarakat, tapi menyebar dominasi tidak sehat, kayak sel cancer. Pristiwa ini pernah terjadi dimasa lampau di pulau lain di Nusantara, ada hasil kombinasi sosio biologis dari Arab, Pribhumi dan China, mengasikan individu indivdu yang cenderung haus darah dan kejam, hampir menghabiskan  satu rumpun suku karena ulah mereka. Begitu pula di Dunia Baru, benua Amerika, suku asli sampai sama sekali nyaris punah.

Disisi dunia yang lain, ada credo “bismillahirakhmanirakhim” yang malah terang terangan tidak dimengerti oleh oleh suku bangsa penerima hidayah wahyu Illahi ini,  sungguh sangat menyedihkan, hanya mereka tidak merasakan kesedihan ini – bisa berapa lama mereka bertahan dalam masyarakat manusia?.
Tapi tidak aneh bila setelah empat belas abad maka ada kombinasi sosio- biologis yang bisa terwujud, bisa mengerti dan melaksanakan credo ini dengan sebenar benarnya di wilayah tropis basah yang punya ciri berlawanan dengan wilayah gurun pasir yang mepet ke wilaya subtropik, dimana credo ini tidak dimengerti selama empat belas abad, boro boro dilaksanakan.
Maka meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan bagi umat manusia akan terlaksana, Insya Allah……. Amin*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More