Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 06 Januari 2016

REVOLUSI MENTAL, BUKAN MAIN MAIN

REVOLUSI MENTAL
Ndelalah…..( bahasa Jawa artinya kebetulan dimaukan Allah ) kok hampir semua media dan anggauta masyarakat mengamini seruan ini, melancarkan seruan Presiden Jokowi:REVOLUSI MENTAL
Karena umunnya para pemimpin Partai koalisi Indonesia hebat maupun koalisi Merah Putih sangat biasa dengan yang semua  bisa diraba dan dirasa – kondisi fisik yang nikmat sekali ataupun nikmat saja,tapi  yang ini perkara mental mereka ndak pernah memikirkan, jadi ya amin saja, toh nggak menyangkut piring nasinya.
Mereka baru kaget setelah revolusi mental ini dilaksanakan oleh Presiden RI yang dipilih oleh rakyat langsung  atas namanya, waktu di konggres partai yang mencalonkanya, kok sampai diingatkan bahwa anggauta partai harus mau jadi petugas partai, bahwa dalam kongres ini dia petugas partai bukan Simbul Negara. Ya adanya peringatan Ibu Mega sebagai Ketua Partai ini kan karena sesudah jadi simbul Negara, Pak Jokokwi menomer satukan kepentingan seluruh Bangsa dan Negara, selama dia jadi Presiden RI, semoga terus begitu, Ini harapan saya sebagai rakyat biasa.
Saya sangat mengharapkan menurut ideology Partai yang mana saja, mestinya ya sama dengan saya – Presiden menomersatukan Bangsa dan Negara- sudah sangat memadai bagi ideology partai apapun  andaikata ideology ini ada, ideology partai lebih dari Ketua Partai. Ketua Partai bisa ganti alami tapi ideologi partai abadi, menyatu menjadi jiwa massanya.
Ternyata  lain, dari Ketua Partai yang tidak berideology apa ideologynya sudah karatan dimakan waktu pancaroba, diterror dan direpressi yang mengancam nyawa, oleh kekuasaan senjata, tercetak Menteri, Dirjen,  Direktur BUMN tapi ideologinya mengikat anggautanya harus mau  jadi Petugas Partai dimana tugasnya ditentukan oleh Ketua, wong ideologynya tidak punya. Ini mah bukan Partai Politik yang berideology, tapi perkumpulan Mafia atau Triad biasa. Pimpinannya namanya Godfather atau Godmother, mareka semua menjunjung Kitab Suci !
Memang keniscayaan Partai Politik dijaman Orde Baru ya  pragmatis, artinya tidak berideology – ideologinya ya meneng manut mangan, dirangkum dalam P4 tanpa cacat, yang dibawa kemana mana sambil mencari uang dimana saja untuk Partai, utamanya ya untuk diri sendiri dan kroninya sebagian kecil, sekecil mngkin, mereka piawai cari  sendiri - misalnya menjual BBM subsidi ke kapal nelayan asing, makanya disatu Kabupaten disepanjang jalan Daendels setiap lima kilometer jalan sepanjang pantai ada pompa bensin, solar, milik sang Bupati dari ex ormas paling top jaman Orde Baru ini, saban sore berangkat ratusan drum BBM melaut diangkut dengan perahu nelayan bermesin  untuk dipancing kapal nelayan asing, akirnya karena rakyat jengkel, Kabupatennya dibakar, rata tanah
Kalau ndak gitu bagaimana membayar rekening listrik buat Kantornya ? Maka itu wahai rakyat, bayarlah iuran buat partai anda, wong radio, TV berwarna, sudah ndak bayar kok. Partai yang baik malah menarik iuran dari anggautanya dan fully acountable terhadap penggunaan dana iurann -terhadap anggautanya dan Negaranya. Tuntut keteladanan dari kadernya untuk membela kepentingan anda -anda- anda semua, harus tercantum dalam statute ideologinya, bila tidak ada celakalah nanti para kadernya, jadi petugas partai tanpa ideology, dijadikan mesin ATM yang harus isi terus, lha kalok ketangkep  KPK  siapa yang malu ? – kalok ndak malu ya dasar *)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More