Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Minggu, 25 Agustus 2013

INDONESIA BERNIAT MELIPATGANDAKAN EXPORT ? SAYANG, MASIH JAUH PANGGANG DARI API……..ANTARA BICARA POLITIK DAN MENGATUR NEGARA

 JAUH PANGGANG DARI API

Asal “tokoh” sekarang bisa bicara politis yang pada garis besarnya menyenangkan hati pendengarnya alias calon pemilihnya. Tapi percayalah bukan asal tokoh bisa mengatur Negara. Karena mengatur Negara sebenarnya adalah meletakkan semua komponen masyarakat bisa jalan diatas relnya, lancar. 

Untuk itu  ddisusun Aparatur Nwegara. Mulai pesuruh kantor sampai golongan eselon IV, III, II, dan I, mulai dari yang fungsional sampai yang strukural. Ini semua anggauta masyarakat yang makan gaji dari pajak rakyat.
Politisi yang pintar bicara dapat dipastikan tidak perlu membuktikan bahwa dirinya dapat mengatur polah-tingkah aparatur Negara, yang ujung-ujungnya memberikan pelayanan 

untuk kehidupan muasyarakat secara nyata, bukan slogan-slogan saja. Ternyata di era Reformasi ke arah Demokratisasi ini banyak Bupati yang salah urus, Guru diangkat jadi Kepala Pengairan Kabupaten, PNS sarjana  yang tidak mempunyai pengalaman kerja yang jelas karena aktif ikut kampanye dan kroninya diangkat jadi Kepala Dinas LLAJR Kabupaten. Kepala  Dispenduk, Kepala Kebersihan Kota dan lain lain kepala. 
Kepala jabatan polits Politisnya ganti, nanti pejabat teknisnya ya ganti, yang menjadi runyam setiap Kepala Dinas selalu mengangkat PNS yang masih baru untuk jadi front liners, penjaga loket-loket yang makin banyak, langsung melayani publik, karena inilah yang paling mudah dilaksanakan oleh Kepala Baru sebagai isyarat ada penguasa baru.
Dan inilah yang jadi penyebab utama setiap pelayanan publik jadi lahannya "Despot-Despot" kecil (thel little despots), yang tengiknya sama dengan tengiknya Despot-Despot yang lain.

Repotnya, kekuasaan Despot-Despot kecil ini tidak terganggu gugat meskipun Kepala Daerah dari Kabupaten, dari Kota Madya, dari Propinsi, dari Negara setiap habis masa jabatannya  ada pemilihan lagi. Baru terasa siap sebenarnya yana berkuasa,  saat itu juga publik minum pahitnya pelayanan Despot-Despot loket-loket kekusaan. 
Pada tataran urusan administrasi publik, kita pasti pernah berurusan dengan birokrasi yang berbelit-belit di loket-loket mana saja yang menjadi urusan perijinan, surat-menyurat, SK-SK dll, semuanya menjadi rumit dan berbelit jika tidak ada 'fixers' yang biasa 'maken klaar' urusan di setiap loket administrasi urusan publik ke pemerintah.
Sungguh jauh jauuuuh panggang dari api, hari ini tidak tanggung tanggung Pemerintah diwakili oleh penjabat eselon bicara di wawacara TV skala Nasional, mengenai upaya Pemerintah untuk menanggulangi segera longsornya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, dasar orangnya politisi plus eselon, botak dan terkesan pintar sekali. Antara lain dengan menggalakkan export ke US, tentu saja di luar hasil tambang. Lha, dibalik itu kira kira bulan Juli, satu perusahaan penjual furmitures dolid woods ysng sudah diprodes dengan kiln peneringan perusahaan Amerika, Ashley yang termasuk besar di sana, telah puluhan tahun membuka perwakilan di Indonesia ( liason Unit) membeli furntures knock down dari pabrik-pabrik mebel (vendors) untuk export di Suarabaya, salah satu liason-liason di Malaysia, Vietnam, China, Taiwan dan India baru-baru ini TUTUP, bersama kantornya di Taiwan dan India. Soalnya bukan apa- apa tapi barang yang disetujui oleh Ashley sebuah perusahaan US untuk dipesan ternyata tidak cocok harganya, karena barang yang sama bila dibeli lebih murah dari Malaysia atau Vietnam. 
Untuk Indonesia menurut saya yang awam menjual furniture ke Amerika itu secara ekonomis strategis sekali, pantas dijadikan perhatian penjabat tingkat Menteri, karena melibatkan oarng banyak, ternyata tingkat Kepala Desa saja tidak, meskipun turn over export Ashley pertahun sudah mencapai enam-tujuh  juta Dollar./bulan. sekarang ditutup. Persoalannya, terrnyata furnitures yang “go” di Amerika itu banyak komponennya berasal dari import juga, karena yang produk lokal (mungkin produk dari Syekh Puji ) kualitasnya nggak memenuhi standard kualitas yang diminta, pembeli pedangang vurnitures di Amerika, Msalnya kehalusan veneer ( triplex), engsel-engsel dan penguat sambungan pojok furnitures dari kuningan bermutu tinggi,dan sekaligus pernik seni masih harus diimport juga yang ini menurut pabrik menelan dana siluman untuk beaya  masuk pelabuhan Surabaya yang tidak sedikit meskipun kayunya banyak. Persolanya yang sepele dibandingkan dengan tujuan strategisnya menyeimbangkan nilai volume perdagangan antara Indonesia dan Amerika. Tapi apa pengertian nilai strategis perkara ini sampai di pemikiran penjaga loket-loket di Pelabuhan  Perak sana ? ini baru salah satu contoh persoalan yang sungguh jauuuh panggang dari api. (*)

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More